Mohon tunggu...
Irma Manurung
Irma Manurung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas Gadjha Mada

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memahami Pendidikan dan Suku Batak Toba : Menggapai Kekayaan dan Kehormatan

16 Desember 2024   09:20 Diperbarui: 16 Desember 2024   09:20 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ayah dan Anak (Sumber : Freepik) 

Dalam salah satu lagu tradisional Batak Toba yang sangat terkenal yaitu, "Anakkon Hi Do Hamoraon di Au (Anak Ku Adalah Kekayaan Ku)" ciptaan Nahum Situmorang, tersirat pemahaman tentang perspektif pendidikan pada Budaya Batak Toba.  Di salah satu baitnya berbunyi seperti ini.

 "Hugogo pe massari arian nang bodari (siang malam aku akan bekerja keras),

lao pasikkolahon gellekki (agar bisa menyekolahkan anak-anakku),

naikkon marsikkola satimbo timbona (hingga mereka meraih pendidikan setinggi-tingginya)

sikkap ni natolap gogokki (sampai batas kekuatanku)."

Lagu ini menceritakan tentang filosofi hidup orang Batak yang memandang pendidikan bukan hanya sebagai hak, tetapi juga kewajiban dan kebanggaan keluarga. Setiap orangtua akan bekerja keras untuk memastikan anak-anaknya berpendidikan sehingga membawa kehormatan bagi keluarga dan menjadi simbol keberhasilan dalam komunitas.

Filosofi yang sering dikumandangkan kelompok Batak Toba adalah Hamoraon (Kekayaan), Hagabeon (Banyak Keturunan), dan Hasangapon (Kehormatan) (Simanjuntak, 2011:142). Nilai Kekayaan dan Kehormatan dipercaya hanya mampu didapatkan melalui pendidikan. Oleh karena itu, setiap orang tua akan mendorong anaknya untuk sekolah setinggi-tingginya. Tidak terbatas oleh status ekonomi, filosofi ini dipegang oleh semua kalangan sehingga tidak jarang orang tua tetap banting tulang untuk menyekolahkan anaknya. Orangtua berharap anaknya hidup lebih baik dibandingkan dirinya. Nilai-nilai ini juga diperkuat oleh filosofi "Anakkon Hi Do Hamoraon di Au" yang merupakan filosofi mendalam dalam Budaya Batak Toba yang menempatkan anak sebagai pusat kehidupan dan kebanggaan keluarga. Filosofi ini tidak hanya bermakna kasih sayang, tetapi juga mencerminkan bagaimana orang tua Batak memandang anak sebagai masa depan yang akan membawa perubahan, kehormatan, dan keberhasilan bagi keluarga mereka. 

Filosofi-filosofi tersebut membentuk tatanan nilai yang akhirnya membentuk perspektif yang kuat akan pentingnya pendidikan. Hal ini mendorong orang tua untuk mengutamakan pendidikan anak-anak mereka, meskipun harus menghadapi tantangan ekonomi atau sosial. Anak-anak yang berpendidikan tinggi dianggap mampu mengangkat status sosial keluarga dan membuka peluang yang lebih luas untuk keberhasilan. Dalam komunitas Batak, keberhasilan anak sering menjadi kebanggaan yang dibicarakan secara luas. Hal ini menciptakan semangat kompetisi di kalangan anak-anak Batak. Mereka didorong untuk berprestasi tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga demi keluarga yang telah berkorban untuk mereka. Filosofi ini juga membentuk pola asuh yang menanamkan nilai-nilai kerja keras dan daya juang pada anak sejak kecil. Anak-anak Batak diajarkan pentingnya fokus pada pendidikan sebagai prioritas utama. Mereka dibimbing untuk tidak mudah menyerah meskipun menghadapi tantangan besar. 

Budaya Merantau (Marserak) telah menjadi bagian tak terpisahkan dari cara masyarakat Batak Toba mengejar peluang pendidikan yang lebih baik di luar kampung halaman (Sari & Agustina, 2020). Orang tua Batak kerap mengirim anak-anak mereka ke kota-kota besar atau bahkan luar negeri untuk menuntut ilmu, dengan keyakinan bahwa pendidikan di luar kampung halaman dapat membuka akses ke jaringan, pengalaman, dan peluang yang lebih luas. Keberanian untuk merantau sering kali datang dengan risiko dan tantangan, seperti harus beradaptasi dengan budaya baru atau menghadapi keterbatasan ekonomi. Namun, semangat juang yang telah tertanam sejak kecil membuat anak-anak Batak mampu mengatasi kesulitan tersebut. Tidak heran Suku Batak Toba tersebar di berbagai pulau di Indonesia, bahkan di belahan dunia lainnya. 

Keberhasilan dan semangat pendidikan orang Batak Toba tidak terlepas dari filosofi-filosofi yang membentuk tatanan sosial di kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang diwariskan dalam Budaya Batak Toba, seperti Hamoraon, Hagabeon, dan Hasangapon, serta filosofi Anakkon Hi Do Hamoraon di Au, menegaskan bahwa pendidikan adalah landasan utama untuk mencapai keberhasilan dan kehormatan keluarga. Pandangan ini menggarisbawahi peran penting nilai-nilai budaya dalam membentuk cara pandang dan tindakan sehari-hari. Ruth Benedict dalam karyanya Patterns of Culture, menjelaskan bahwa kebiasaan dan nilai yang diwariskan menentukan cara seseorang memandang dunia dan membuat keputusan. Dalam konteks ini, nilai-nilai pendidikan dalam Budaya Batak Toba tidak hanya mendorong keberhasilan individu, tetapi juga menciptakan lingkungan sosial yang menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama. Fenomena ini mengingatkan kita akan pentingnya menanamkan nilai-nilai budaya yang positif dalam kehidupan sehari-hari untuk membentuk generasi yang lebih baik melalui keputusan dan pilihan hidup yang diambilnya setiap hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun