Mohon tunggu...
Irama Latif
Irama Latif Mohon Tunggu... -

Irma Latif

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Surat untuk SBY

26 November 2013   16:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:39 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13854565711208049857

Bogor, 20 November 2013

Kepada Yth.

Presiden Republik Indonesia

Bpk.Susilo Bambang Yudhoyono

Dengan hormat,

Bapak Presiden Yth.

Barangkali tindakan saya menulis surat kepada Bapak adalah bentuk pengaduan dari rasa frustasi saya, sebagai investor ritel di BUMN yang telah go public namun hak-hak saya sebagai investor telah diabaikan oleh pemegang saham mayoritas dalam hal ini adalah Badan Usaha Milik Negara.

Profesi awal saya adalah karyawan BUMN perbankan juga, namun karena sesuatu dan lain hal beberapa tahun yang lalu akibat Perbankan terkena imbas krisis ekonomi 1998, maka saya memilih menikmati sisa hidup untuk pensiun dan berbisnis investasi saham.

Pada saat masa pengumpulan minat (bookbuilding) go public BTN, terjadi kondisi oversubscribe hingga dua kali lipat yang mengindikasikan adanya penetapan harga penawaran saham yang kurang tepat untuk initial public offering (IPO) BTN, dimana penawaran saham IPO BTN pada kondisi undervalued yaitu nilai intrinsik per lembar saham BTN adalah sebesar Rp1.092, dengan harga penawaran pada saat IPO sebesar Rp.800,.

Dengan kondisi tersebut diatas dan didukung laporan keuangan Neraca BTN Publikasi Juni 2009 yang mencatat NPL Gross 4,03 % dengan NPL Netto sebesar 3,39 % suatu nilai yang amat kecil dan aman bagi investor apalagi didukung BTN yang memiliki bisnis dibidang perumahan yang termasuk kategori secure loan, serta sebagai mantan karyawan BTN saya mengetahui betul bahwa bisnis BTN adalah bisnis yang aman sepanjang Direksinya tidak ada yang merusak seperti Direksi tempo dulu yang membuat BTN adalah perusahaan sapi perah untuk kepentingannya sehingga banyak kredit macet yang diberikan BTN tapi tidak ada jaminannya.

Pada awalnya saya membeli saham sedikit demi sedikit sehingga saat ini telah terkumpul 3250 lot dengan harga saham rata-rata Rp.1.250,-/lembar.Tapi saat ini bayangan keuntungan dari investasi saham BTN saya tampaknya tinggal mimpi belaka. Sejak ditemukan rekayasa NPL yang dilakukan para kepala cabang BTN se-Indonesia oleh auditor Bank Indonesia, harga saham BTN langsung anjlok keangka Rp.900,- dan tidak dapat bangkit kembali. Bank Indonesia mencatat bahwa rekayasa NPL dilakukan secara berjamaah oleh para eksekutif BTN (para Kepala Cabang BTN) dengan tujuan memperbesar bonus yang akan diterima Direksi dan eksekutif serta dalam mempersiapkan laporan keuangan menjelang IPO dan right issue.

Bapak SBY yang baik,

Mungkin Bapak heran, kenapa saya yang telah mengalami kerugian akibat membeli saham, kok harus mengadu kepada Presiden.Bahkan mungkin Bapak marah karena merasa semua permasalahan yang ada di Indonesia ini seolah-olah harus Bapak yang menyelesaikan.Tapi mohon maaf Pak SBY, saya yakin seyakinnya bahwa alamat kemarahan yang saya tujukan melalui Bapak adalah tidak sepenuhnya salah.

Risiko penurunan harga saham bagi saya sebagai seorang investor ritel adalah suatu hal yang biasa terjadi dan menjadi makanan kita sehari-hari.Namun kali ini kerugian saham BTN saya adalah bukan semata-mata risiko pasar saham, tetapi karena karena adanya permainan window dressing eksekutif BTN yang merugikan investor.

Sebagai investor ritel, maka bahan pertimbangan saya dalam melakukan transaksi saham hanyalah berasal dari informasi laporan keuangan emiten yang dipublikasikan sehingga kejujuran dan integritas eksekutif emiten mutlak diperlukan. Kalau para eksekutif emiten sudah tidak jujur dan beritikad tidak baik dengan membohongi investor maka investor akan membuang saham emiten tersebut sehingga harga saham akan langsung melorot tajam. Sehingga dalam kasus BTN saya yakin betul, turunnya harga saham BTN justru diakibatkan oleh ulah dari oknum-oknum eksekutif BTN yang melanggar nilai-nilai integritas dan agar pelanggaran tersebut tidak terkuak kepada public maka perlu berkolusi dengan auditor Bank Indonesia maupun auditor independent Ernst and Young, dan atas hal ini telah berlangsung kurang lebih 1 tahun tanpa penyelesaian sehingga sangat beralasan kalau kami sangat marah serta menduga kondisi ini sengaja dibiarkan oleh pembantu-pembantu Bapak seperti Meneg BUMN ataupun Gubernur Bank Indonesia, padahal situasi tersebut sangat merugikan kami sebagai investor ritel karena dampaknya harga saham BTN menjadi turun dan tidak bergerak naik dan hal ini saya sebut sebagai tirani dari sikap mayoritas pemegang saham yaitu Meneg BUMN yang tidak memedulikan nasib kami .

Bapak Presiden yang baik,

Sekedar mengingatkan saja kepada Bapak, bahwa kisah klasik kebangkrutan Enron dipasar saham dunia adalah sebuah kisah nyata yangmenggambarkan bahwa tanpa integritas dari eksekutif emiten serta kejujuran dari para pengelolan perusahaan go public maka investor akan bereaksi cepat dan menghukum dengan kejam sehingga bahkan dapat mengakibatkan perusahaan tersebut bangkrut. Tapi mohon maaf Bapak Presiden, mungkin bagi investor besar pengaruh emiten yang bangkrut tidaklah bermasalah namun bagi investor ritel seperti saya anjloknya harga saham dan tidak pernah bangkit lagi adalah kiamat.

Masyarakat umum yang malang melintang dibisnis pasar modal atau juga mungkin bagi para mahasiswa semester pertama yang mempelajari mata kuliah Good Corporate Governance (GCG), pasti hafal betul kisah kejatuhan Enron dari sebuah raksasa keuangan yang memiliki reputasi internasional dan telah berumur ratusan tahun namun dalam tempo sekejap mengalami kebangkrutan setelah public mengetahui skandal laporan keuangan akibat konspirasi auditor Arthur Andersen dengan para eksekutif Enron.

Dikisahkan bahwa sejak tahun 1996 sampai dengan 2001, Enron telah dinobatkan oleh Majalah Fortune sebagai “Perusahaan Amerika yang Paling Inovatif" dan “100 Perusahaan Terbaik Amerika”. Tapi seluruh penghargaan bergengsi tersebut seolah-olah tidak berarti lagi ketika pasar mengetahui skandal window dressing, dengan cara menggelembungkan asset dan labanya serta menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2 milliar. Sebagai dampak dari peristiwa tersebut maka semua masyarakat internasional tiba-tiba terdiam tidak percaya karena sekonyong-konyong operasi Enron di Eropa melaporkan kebangkrutan pada 30 November 2001 dan harus menanggung rugi tak kurang dari 50 miliar dolar AS.

Permainan sandiwara keuangan atau window dressingyang dilakukan Enron puluhan tahun akhirnya terbuka kedoknya.Manipulasi laporan keuangan Enron dapat dengan mulus terjadi dan mampu dengan mudah mengelabuhi investor selama bertahun-tahunkarena adanya konspirasi antaramanajemen Enron, auditor independent Arthur Andersen, dan perusahaan media pembentuk citra perusahaan yaitu Fortune Magazine.

Dengan sandiwara tersebut, media bertugas membuat pencitraan bahwa Enron adalah perusahaan raksasa dan hebat serta penuh dengan cerita-cerita spektakuler akan keberhasilan perusahaan, seperti misalnya Enron mampu membayar para eksekutifya dengan gaji super mahal, bonus karyawan Enron diatas rata-rata nilai bonus para karyawan di Amerika dll. Sampai akhirnya kisah Enron menorehkan sejarah tragis dalam pasar saham yaitu tewasnya petinggi Enron, Cliff Baxter dengan bunuh diri akibat tak tahan menghadapi tekanan public yang bertubi-tubi.

Bapak Presiden SBY yang baik.

Jujur saja saat ini saya sakit hati karena investasi saya di saham BTN jatuh dan tidak ada tanda-tanda bangkit lagi. Saham-saham koleksi saya yang lain memang juga jatuh tetapi untuk saham milik bank tidak ada kasusu seaneh BTN yang jatuh dan tidak mampu bangkit lagi. Berbekal pengalaman audit dan sedikit kemampuan IT saya mencari informasi ke internal BTN.Dan karena saya juga mantan karyawan bank maka informasi dapat dengan mudah saya peroleh yang menyimpulkan kondisi BTN seperti situasi yang dialami Enron di negeri paman sam.Eksekutif-eksekutif BTN telah berkolusi dengan auditor dalam kurun waktu yang lama untuk merekayasa laporan keuangan BTN dan rekayasa tersebut juga didukung pencitraan oleh media sehingga disaat skandal ini terungkap maka secara alami investor-investor besar mulai membuang saham BTN dan akhirnya investor ritel seperti kami yang mengalami kerugian besar.

Kolusi antara eksekutif BTN dengan auditor internal bahkan auditor eksternal seperti BI Ernts and Young serta pencitraan melalui program-program yang direncanakan mendongkrak harga saham antara lain penghargaan dari Majalah Infobank dengan kategori BUMN Industri Keuangan Yang Berpredikat SangatBagus Atas Kinerja Keuangan 2010, Juara Umum Annual Report Award (ARA) Tahun 2010, Majalah Global Banking & Finance Review dengan kategoriPenyedia Jasa Investor Terbaik di Indonesi, The Indonesian Institute For Corporate Governance dan Majalah SWA dengan kategori Perusahaan yang paling Terpercaya sesuai dengan Indeks Persepsi Tata Kelola Perusahaan 2011, Penghargaan Good Corporate Governance (GCG) dari BUMN, membuat kondisi BTN sesungguhnya tidak dapat diketahui oleh investor ritel seperti kami yang memperoleh informasi sangat terbatas.

Bapak Presiden Yth.

Saat ini bulan madu eksekutif BTN dengan auditor dan media sudah berakhir. Auditor BI sudah tidak bias lagi menahan rekayasa tersebut. Akhirnya semua jadi terlambat dengan terungkapnya skandal rekayasa laporan kredit macet (Non Performing Loan atau NPL) BTN yang melonjak tajam dari tahun 2011 sebesar Rp.3,46 % dan tahun 2012 sebesar 2,23 % tetapi pada bulan Agustus 2013 melonjak menjadi 5,21 %.

Bapak Presiden Yth.

Meskipun kekayaan BTN tidak sebanding dengan kekayaan Enron, sehingga apabila BTN kolaps juga tidak akan berdampak pada sistim ekonomi nasional apalagi global, namun sebagai investor ritel saya mengalami permasalahan apabila BTN yang ambruk karena harga saham saya jatuh dan pensiunan BTN seperti saya terancam tidak dibayar pensiunannya padahal anak-anak saya masih ada yang kuliah dan baru satu yang bekerja.

Bapak Presiden yang baik.

Sebagai warganegara saya sadar bahwa tulisan surat saya ini kontroversial. Namun apabila saya tidak mengadu kepada Bapak saya yakin-seyakinnya praktek-praktek konspirasi dan kolusi seperti ini masih dijumpai diBTN. Contoh yang terakhir saya tahu adalah eksekutif BTN yang zaman saya dulu diminta “memainkan nilai NPL” dengan praktek cukur kumis atau nalangi angsuran debitur atau paling nakal dulu yang dilakukan Tim Tegak BTN yang dipimpin Sulis Usdoko dan Heri Sosiawan dengan praktek plafondering sebelum akhirnya ketahuan dan dilarang BI, zaman sekarang lebih canggih. Pergaulan saya yang masih luwes membawa manfaat, saya memperoleh bocoran surat dari Divisi baru collection No.93/M/CCRD/CS/IX/2013, tanggal 26 September 2013 beberapa saat sebelum bulan September sebagai bulan publikasi laporan keuangan yang menurut saya kalau dulu rekayasanya manual sekarang rekayasanya lebih canggih main di sistim IT sehingga laporan NPL BTN bulan September 2013 membaik secara drastis dari 5,13 % menjadi 4,8 %. Berkembang omongan di BTN kalau mau tahu nilai NPL BTN yang sebenarnya diminta saja dua staf IT-nya yang bernama Trias dan Komar untuk cuti dibulan Desember, dijamin NPL BTN akan kelihatan belangnya.

Bapak Presiden Yth.

Belum lagi skandal NPL dan IT di BTN teratasi malah sekarang BTN terserempet kasus pengadaan mesin ATM Diebold karena terungkap perusahaan Diebold telah melakukan praktek suap untuk penjualannya di Indonesia. Meskipun kasus Diebold menimpa Bank-Bank BUMN yang lain, Bank yang masih minim jumlah ATM-nya juga tersempet skandal Diebold. Dan sebagai mantan auditor serta IT saya mengerti betul prosedur tender pengadaan barang di BTN yang penuh dengan permainan.Saya yakin betul eksekutif BTN ada yang terkena dalam skandal Diebold. Berdasar informasi orang dalam sementara yang sudah beredar nama-namanya pergi keluar negeri dengan judul pelatihan tetapi sesungguhnya hanya liburan, praktek yang persis dilakukan anggota DPR yang sering memberi judul studi banding padahal hanya sekedar jalan-jalan adalah Nevo Angono Kepala Divisi Kartu Kredit, Gamaria Kepala Cabang BTN Syariah Kantor Cabang Surabaya, Komarudin dan Trias staff IT

Dari nama-nama yang pergi pelatihan yang dikirim BTN jelas mereka hanya jalan-jalan.Dan menurut mereka jalan-jalan tersebut diketahui dan seizin Direksi karena untuk keluar negeri tentu memerlukan Surat Perjalanan Dinas yang dtandatangani Direksi.Dan sepengetahuan saya sebagai mantan auditor praktek seperti ini lazim dilakukan terutama untuk pengadaan IT.Dapat dipastikan pengadaan IT BTN yang saat ini juga ada rumor rekayasa tender maupun pengadaan kalau terungkap pasti juga ada praktek seperti ini.

Bapak Presiden yang baik,

Praktek liburan atau jalan-jalan dengan alasan kerjasama dengan pihak luarnegeri atau pelatihan IT menurut saya adalah perbuatan yang merugikan perusahaan karena mereka sesungguhnya mendapatkan penggantian uang transportasi dan akomodasi dari vendor pemenang tender namun disisi yang lain perusahaan juga membayar uang transportasi dan akomodasi serta uang saku melalui fasilitas Surat Perjalanan Dinas. Jadi ini praktek pembayaran ganda yang merugikan perusahaan.

Jadi menurut saya aneh, kalau Pak Dahlan Meneg BUMN justru menganggap kasus suap Diebold adalah hal yang biasa. Saya tidak tahu apakah karena Pak Dahlan tidak tahu praktek seperti ini atau sudah menjadi budaya di negara kita bahwa kita sesama bis kota tidak boleh saling mendahului alias dalam kasus seperti ini Pak Dahlan sebenarnya tahu tapi pura-pura tidak tahu karena Pak Dahlan harus menutupi skandal yang dibuat anak buahnya di BUMN.

Tempo.co.id, 28 Oktober 2013 : “Dahlan Iskan : Saya pastikan pejabat Bank BUMN tak ikut andil dalam menikmati hiburan dan liburan yang disediakan oleh penyedia mesin anjungan tunai mandiri (ATM) global, Diebold Inc. Karena yang menikmati liburan itu hanya pegawai dengan level rendah setingkat teknisi atau operator dan hadiah "liburan" tidak bisa dikategorikan sebagai suap”.

Bapak SBY yang baik.

Memang paling susah memberantas korupsi di BUMN. Karena seluruh operasional BUMN memang banyak bersentuhan dengan praktek korupsi. IPO dan right issue BTN-pun dulu disetujui DPR juga bukan gratis, karena info dari mantan Corporate Secretary BTN Rina Mona danRahmat Nugroho , untuk setiap persetujuan tersebut dana yang disetor ke Senayan tidak kurang dari Rp.5 Miliar dan akhirnya juga terbukti ketua Komisi XI DPR DPR Emir Moeis ditangkap oleh KPK dalam kasus suap meskipun bukan untuk urusan BTN.

Bapak Presiden Yth.

Ditengah kasus-kasus yang membelit BTN selain rekayasa laporan keaungan, kebijakan pemegang saham mayoritas Meneg BUMN juga tidak rasional serta merugikan investor ritel yaitu tidak segera menetapkan 2 Direktur yang definitif mengurus BTN, sehingga perusahaan dirugikan karena harus membayar ongkos orang yang hanya duduk ongkang-ongkang tidak bertanggungjawab sebagai Direktur tetapi digaji dan diberi fasilitas perusahaan setara Direktur.

Kebijakan Meneg BUMN yang tidak selektif dalam merekrut Direktur BTN seperti Purnomo dan Mas Guntur Dwi S sehingga sampai dengan saat ini tidak kunjung dinyatakan lulus fit n proper oleh Bank Indonesia membuat BTN mengalami kekosongan kepemimpinan yang berlarut-larut. Bayangkan sudah 11 bulan kami sebagai investor ritel dipaksa tidak berdaya menerima kejadian ini, dan Meneg BUMN tetap tidak mau mencopot 2 Direktur BTN tersebut hanya karena masalah gengsi yaitu salah memilih orang dan hal tersebut akhirnya diketahui public karena 2 orang tersebut ternyata harus bertanggungjawab dalam skandal rekayasa laporan keuangan yaitu Mas Guntur Dwi S adalah mantan Kepala Divisi Audit Internal BTN yang berkolusi tidak mengungkap skandal rekayasa laporan keuangan BTN meskipun auditor sudah mengetahui bahkan Mas Guntur Dwi S tercatat pernah mengambil fasilitas KPR Bersubsidi untuk warga tidak mampu sewaktu menjadi Kepala Cabang BTN Kantor Cabang Bandung, sebuah pelanggaran integritas berat yang tidak diberi hukuman karena pelakunya adalah eksekutif di BTN, padahal terdapat pertauran internal maupun dari Menpera KPR tersebut diperuntukkan bagi warga Negara dengan gaji kurang dari Rp.1,5 Juta.

Begitu juga dengan Purnomo, figure yang dipilih Meneg BUMN ini ternyata di BTN juga terlibat dalam skandal kredit macet sewaktu menjadi Kepala Cabang BTN Semarang bekerjasama dengan debitur PT.Cipta Crown Symbol dan PT. Makmur Mandiri Sawargi membobol BTN sebesar Rp.12 M, dan anehnya kalau dalam kasus yang sama pembobol kredit tersebut di BPD Jateng sudah diadili dan pejabat eksekutif BPD Jateng juga sudah dipidanakan tetapi justru kasus ini di BTN ditutup rapat-rapat dan auditornya diintimidasi bahkan sampai ada yang dimutasi tugasnya. Tetapi celakanya semua itu bagi kami investor adalah meskipun semua itu sudah diketahui oleh auditor eksternal seperti BI maupun auditor independent sekelas Ernts n Young ternyata merekapun berkolusi menutup rapat-rapat kasus tersebut tidak terungkap sehingga kibatnya kepercayaan investor besar terhadap integritas eksekutif BTN-pun tidak kunjung kembali.

Bapak Presiden Yth.

Dengan kondisi-kondisi diatas kami tentu tidak terima kalau permasalahan BTN tidak segera dibenahi oleh pembantu Bapak seperti Meneg BUMN. Karena kebijakan Meneg BUMN dan Gubernur Bank Indonesia yang terkesan menggantung nasib atas status 2 orang Direksi selama 11 bulan, adalah merugikan investor dan merupakan bentuk penyanderaan nasib BTN yang dapat menjerumuskan masa depan BTN, sehingga BTN punya potensi dilikuidasi atau diakuisisi oleh perusahaan lain seperti kejadian diwaktu-waktu yang lalu.

Bapak Presiden Yth.

Lantas pertanyaannya apakah kemudian ada eksekutif BTN yang bersih. Berdasar informasi yang saya peroleh, atas pertanyaan ini tampaknya harus dijawab “TIDAK ADA”. Karena praktek rekayasa laporan keunagan BTN dilakukan secara berjamaah tidak ada komando atasan tetapi karena semua pejabat BTN ingin kaya mendadak maka muncul keinginan secara bersama-sama untuk melakukan rekayasa pencapaian laba perusahaan yang berdampak pada peningkatan perolehan bonus karyawan yang saat itu dibayar sebanyak 6 kali gaji.Sebuah bonus yang spektakuler dan dicapai tidak melalui bisnis yang jujur dan hal ini sangat persis dengan kisah Enron yang menyulap gaji eksekutifnya diatas rata-rata gaji eksekutif Amerika agar dipandang sebagai perusahaan yang hebat.

Bapak Presiden Yang Baik

Mudah-mudahan Bapak tidak bosan membaca surat saya yang panjang ini, dan mudah-mudahan Bapak masih sayang serta memerlukan keberadaan BTN sebagai Bank satu-satunya penyalur KPR Bersubsidi program pemerintah yang mencapai diatas 90 % dari total kredit yang ditargetkan oleh Kemenpera. Apabila Bapak masih sayang dan memerlukan BTN maka kami mohon Bapak agar dapat menegur pembantu Bapak khususnya Meneg BUMN, bahwa jangan hanya bermain pencitraan saja menjelang pemilihan Presiden 2014.

Situasi BTN saat ini kalau tidak segera membaik kembali sangat merugikan investor karena seperti permasalahan berlarut-larutnya status Direksi BTN a.n Mas Guntur Dwi S dan Purnomo, makin membuktikan bagi kami investor bahwa syarat utama untuk menjadi Durektur BUMN adalah masalah integritas seperti yang sering digembar-gemborkan oleh Meneg BUMN, sesungguhnya hanyalah bulshit atau omong kosong belaka.

BTN harusnya diselamatkan oleh Negara, karena telah bermanfaat bagi jutaan rakyat Indonesia. Segera saja Meneg BUMN memberikan sanksi eksekutif bagi BTN yang berdosa dan segera dilakukan pengisian Direktur BTN dari luar BTN saja karena BTN harus bebas dari eksekutif yang terlibat skandal rekayasa laporan keuangan atau laporan NPL, skandal diebold,skandal kredit macet atau skandal pejabat penerima KPR Bersubsidi.

Tidak usah mempermasalahkan orang dalam BTN atau orang luar BTN, karena faktanya sejarah BTN justru mencatat BTN ambruk pada saat dipimpin oleh orang-orang dalam BTN. Meneg BUMN lebih baik mengganti seluruh Direksi dari rezim yang lalu karena secara moral merekapun harus bertanggungjawab dari skandal rekayasa laporan keuangan BTN. Dengan cara itu diharapkan akan membangunkan kembali kepercayaan investor sehingga harga saham BTN akan bangkit kembali dan saya tidak akan menderita kerugian yang cukup lama.

Demikian perasaan hati ini saya sampaikan kepada Bapak Presiden, atas perhatian Bapak atas permasalahan yang kami hadapi ini, kami ucapkan terimakasih.

Hormat kami,

Irma Latif

Tembusan Kepada Yth :

1.Wakil Presiden RI

2.Meneg BUMN Dahlan Iskan

3.Gubernur Bank Indonesia Agoes Martowardoyo

4.Menteri Perumahan Rakyat

5.Ketua DPR RI

6.Ketua BPK

7.Ketua Komisi XI DPR

8.Ketua Ombudsman

9.Komisaris BTN

10.Direktur.Pengawasan BI

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun