Mohon tunggu...
Irma Khalid
Irma Khalid Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Siapa yang Bertanggung Jawab Atas Petani Kita?

9 Februari 2019   00:19 Diperbarui: 9 Februari 2019   00:30 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(BLOOMBERG/Aaron Packard)

Soal lempar tanggung jawab, sepertinya kita harus mengapresiasi kehebatan dari Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman. Ketika panen raya jagung di Lamongan, Jawa Timur beberapa waktu lalu, ia berharap agar Badan Urusan Logistik (Bulog) bisa menyenangkan petani.

Pemikiran itu saja sudah terdengar janggal. Karena harusnya yang punya tugas utama menyenangkan petani adalah Kementerian Pertanian (Kementan). Itu bisa terlihat secara gamblang dari nama lembaganya. Tapi lucunya, Amran malah meminta Bulog lebih berperan aktif menyenangkan petani.

Tanggung jawab siapa (meme edit pribadi)
Tanggung jawab siapa (meme edit pribadi)
Di hadapan para petani jagung, Amran mengungkapkan harapannya agar Lamongan selaku sentra produsen jagung di Jawa Timur bisa memasok kebutuhan jagung untuk peternak. Baik yang berada di wilayah Lamongan, Blitar, dan kabupaten sekitarnya.

Sedangkan untuk Bulog sendiri, Amran ingin agar perusahaan logistik pelat merah itu bisa membeli jagung petani sebagai stok pengaman mana kala terjadi lonjakan permintaan atau kelangkaan pasokan di lapangan. 

Sumber

Kalau dilihat dari rekam jejaknya, sebenarnya bukan kali ini saja Mentan melempar tugas pada Bulog. Silakan saja di-googling, maka akan keluar hasil pencarian berupa 'perintah-perintah' Mentan pada Bulog. Mulai dari permintaan untuk menyerap hasil panen padi, cabai, tomat, hingga bawang merah. Ada kesan, Bulog adalah anak buah Mentan yang bisa disuruh seenaknya. Meski sejatinya, Bulog ada di bawah pembinaan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Pada saat polemik impor jagung memanas tahun lalu, Bulog juga jadi korban ketempuan dari Kementan. Di satu sisi, Mentan ngotot bahwa produksi jagung kita surplus hingga 13 juta ton. Di sisi lain, Mentan meminta agar Bulog mengimpor jagung untuk menutup kebutuhan jagung bagi peternak. Jengahnya Bulog menutup jejak Mentan akhirnya berujung pada keengganan mereka ikut mengakui klaim surplus produksi jagung.

Selain itu, Bulog juga pernah ketiban pulung sewaktu Kementan memerintahkan mereka meminjam jagung pada pengusaha pakan. Padahal sebelumnya, Kementan menuding para pengusaha pakan menimbun jagung sehingga langka di pasaran.

Tumbalin (meme edit pribadi)
Tumbalin (meme edit pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun