Mohon tunggu...
khoirum maqomah
khoirum maqomah Mohon Tunggu... Akuntan - khoirum maqomah

kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Dituntut untuk Berperan Bukan Baperan

22 Februari 2020   17:45 Diperbarui: 22 Februari 2020   17:49 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali perempuan dianggap lemah begitu saja, karena mudah menangis, mendahulukan perasaan dari pada fikiran, mudah kecewa, dan marah, dan telah di judge bahwa perempuan tidak akan sanggup melakukan hal-hal yang berat, dengan bukti ketika sesuatu hal yang perempuan pun sebenarnya sanggup, namun mendahulukan fikiran turun temurun bahwa pantasnya yang menjadi pemimpin, pekerja keras, dan yang bersifat lainnya adalah laki-laki, dengan pedoman bahwa kedudukan laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan, dan perempuan tidak akan sanggup bila di berikan beban berat, padahal tidak semua laki-laki juga pekerja keras, dan kuat, setiap seseorang memiliki kepribadian masing-masing.

Jangan salah berfikir, memang tuhan menciptakan laki-laki derajat ataupun kedudukannya lebih tinggi dari pada perempuan, namun tidak boleh semudah itu mengejudge semua perempuan itu lemah, baperan, semua pakek perasaan yang bikin kacau keadaan, perasaan adalah sebuah anugrah dari tuhan untuk para perempuan memiliki jiwa yang lemah lembut, baik hati, penyayang, penasihat, dan pengasih dengan peran-peran seorang perempuan yang sangat penting hingga kedepan.

Oleh karena itu perempuan kini di tuntut untuk berperan bukan baperan, percaya diri bukan gengsi, berpotensi bukan hanya mempercatik diri, pandai kritis bukan menangis, seorang perempuan hanya mengandalkan wajah yang cantik pun tidak bisa, namun jika mampu berperan dengan baik dalam posisi apapun, hal-hal cantik dan baik akan mengikutinya tanpa di minta, baperan hanyalah milik orang yang lemah, dan kurang percaya diri,dan akan di permainkan oleh rasa yang berujung kekecewaan, menggunakan perasaan itu perlu,namun pada tempat dan waktu  yang tepat, buktikan bahwa perkataan perempuan lemah,baperan itu salah, junjung harga diri perempuan, sebagimana telah diperjuangkan oleh RA Kartini,

Perempuan adalah public figure bagi anak-anaknya, pencetak generasi penerus bangsa, yang mana bangsa ini tidak ingin generasi yang lemah dan penuh dengan kisah percintaan, tanpa adanya kisah semangat juang dalam kehidupan, Perempuan harus berperan menentukan arah pembangunan bangsa, dalam dunia ini kaum atau manusia yang paling banyak adaah perempuan,maka akan sia-sia jika yang di unggulkan hanya kuantitatif, namun kualitas nya masih kurang, perempuan harus mandiri, berfikir positif bukan pesimis, karena Perempuan adalah penopang ketahanan keluarga dan sangat memiliki andil kesejahteraan keluarga dan negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun