Mohon tunggu...
Hanumi Amalyh
Hanumi Amalyh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akun penikmat huruf yang bukan rumus

Seorang yang menyentuh apapun lalu menjadikannya baper dan galau

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sial

4 Desember 2021   07:11 Diperbarui: 4 Desember 2021   07:13 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku pernah
menunggu dia di suatu kursi panjang yang basah
karena hujan kemarin sore yang menjadi alasan merindu tawanya yang renyah.


Ketika aku bertanya-tanya pada angin yang berlawan arah
turun mengejekku yang tetap duduk pasrah,
bahwa dia tidak mungkin datang meski hari cerah.


Aku mengusirnya keras,


"Pergi, kau angin tidak waras!"


Tidak perlu diperjelas. Biar doa pelawan kemustahilan saja yang tetap mendaras dengan deras.
Lalu, kursi sudah jadi kering. Langit gelap pelan mencumbu kening. Angin lancang itu menggugurkan sembilan daun kuning.


"Sial kau benar! Aku masih menunggunya di sini dengan hening. Meski suara motornya tak sampai-sampai ke kuping."

Angin itu angkuh berlalu. Aku sendiri, mulai gila merindu. Sementara itu, dia di sana sedang dibuatkan kopi susu. Hangat, tidak ciut kedinginan sepertiku.

"Persetan halu!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun