Di tiap tantangan, pasti ada peluang. Kata-kata bijak itu dilontarkan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita saat melihat kondisi dunia yang katanya diancam oleh perang dagang antara negeri tirai bambu dan negeri Pamam Sam. Antara Cina dengan Amerika Serikat.
Menegangnya hubungan dagang Cina dengan AS, menimbulkan peluang kekosongan pasokan barang. Karena selama ini, Cina adalah pemasok berbagai barang kebutuhan ke AS. Peluang itulah yang mesti dimanfaatkan oleh Indonesia.Â
Peluang itupun tidak perlu kita minta-minta, apalagi sampai mengemis. Karena menurut Enggartiasto, kita bisa datang sebagai mitra yang sederajat. Tidak ada yang merasa lebih rendah, atau lebih tinggi.
Contohnya, Indonesia bisa menegaskan kepada AS bahwa kita bersedia membeli pesawat Boeing buatan mereka. Dengan catatan, aluminium dan baja dari Indonesia bisa masuk tanpa dikenakan bea sebesar 10-25 persen. Amerika sendiri paham dengan bahasa semacam ini, kata Enggartiasto. (Sumber)
Amerika Serikat akan diuntungkan, karena ekspor pesawatnya diserap oleh Indonesia. Kita pun untung, produk logam kita menemukan pasarnya. Keuntungan lainnya, Amerika Serikat bisa memperoleh baja dan aluminium yang lebih murah, karena tidak dikenakan bea. Di bagian muara, Indonesia juga diuntungkan karena pesawat yang kita beli harganya lebih murah, seiring dengan bahan baku yang dipermurah juga.
Tentu saja diplomasi dagang ini tidak bisa dilakukan semua orang. Butuh seorang duta perdagangan sekelas Menteri Enggartiasto Lukita, yang punya jam terbang sebagai pengusaha. Ia tentu tahu, negosiasi mana dan seperti apa yang bisa memberi keuntungan sebesar-besarnya.
Bila dulu ia bernegosiasi demi menghasilkan keuntungan bagi dirinya sendiri, kini setelah dipercaya sebagai Menteri Perdagangan, ia berdiplomasi demi keuntungan bangsa dan negaranya.Â
Maju terus pak!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H