Mohon tunggu...
Irma citra Rahayu
Irma citra Rahayu Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Esai Mengenal Arti Cinta Tidak Selalu Memiliki Melalui Novel "Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" Karya Tere Liye

7 Maret 2024   08:55 Diperbarui: 7 Maret 2024   12:43 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cinta, sebuah kata yang sering diucapkan, didengar, dan dinyanyikan. Cinta bagaikan sebuah misteri yang indah. Ia dapat hadir tanpa diundang dan pergi tanpa alasan. Cinta dapat membuat seseorang merasa bahagia di atas dunia, namun di saat yang sama, cinta juga dapat membuat seseorang merasakan sakit dan patah hati.

Sebagai manusia kita tidak luput dari rasa suka dan rasa cinta kepada seseorang, entah dimana rasa itu akan berlabuh. Namun, kita tidak bisa menyalahkannya walaupun rasa cinta itu berlabuh pada seseorang yang tidak bisa kita gapai. Cinta, sebuah perasaan yang diimpikan dan dicari banyak orang. Namun, di balik indahnya cinta, terdapat kenyataan pahit bahwa cinta tak selalu memiliki.

Seperti pada novel "Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" karya Tere Liye. Terdapat paragraf yang menceritakan seorang gadis yang memiliki perasaan terhadap seorang pria dewasa yang telah menjadi malaikat bagi kehidupannya.

"Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih di kepang dua". 

Kutipan tersebut penulis menggambarkan seorang gadis yang mencintai seorang pria dewasa yang telah menolong dirinya dan keluarganya dan di anggap sebagai malaikat bagi keluarga nya. Sejak gadis tersebut masih menduduki bangku SMP entah mengapa, rasa cinta bisa muncul begitu saja. Mungkin karena senyuman yang indah, tatapan mata yang penuh makna, atau bahkan sebuah kata sederhana yang diucapkan dengan tulus.

"Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap Budi sekalipun. Dan lihatlah aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini". 

Penggalan paragraf tersebut penulis menggambarkan rasa cinta merupakan anugerah terindah yang mampu mewarnai kehidupan manusia. Namun, tak jarang rasa cinta pun dapat menghadirkan dilema, terutama saat ia muncul pada waktu yang tidak tepat atau kepada orang yang tak semestinya.

"Dan lihatlah apa yang aku hadapi saat mengetahui semua itu, mengetahui sesungguhnya perasaanmu. Kita dengan menyedihkan mengenang masa lalu yang menyakitkan itu di sini. Menyumpahi kehidupan. Berharap aku tak pernah sekali pun bertemu denganmu".

 Di balik gemerlapnya kisah cinta Romeo dan Juliet, terdapat realitas pahit bahwa cinta tak selalu memiliki. Kenyataan ini terukir dalam kisah dua insan yang saling mencintai, namun terhalang oleh takdir dan norma sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun