Dapat dipastikan bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang belum pernah mendengar istilah penyakit Glaukoma.
Apa itu?
Glaukoma merupakan suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan pada bola mata (tekanan intraokuler) sehingga menyebabkan kerusakan syaraf, penurunan fungsi penglihatan, kerusakan jaringan mata hingga kebutaan. WHO menjelaskan bahwa Glaukoma merupakan penyakit terbesar kedua penyebab kebutaan di dunia setelah katarak.
Menurut WHO, sebagian besar penderita Glaukoma hidup di negara berkembang dan sebagian besar tidak menyadari penyakit Glaukoma yang diderita. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan penderita Glaukoma tertinggi di kawasan Asia Tenggara.
Bagaimana dapat terjadi?
Kerusakan syaraf mata akibat glaukoma terjadi karena peningkatan tekanan pada bola mata (tekanan intraokuler). Pada kondisi normal, tekanan intraokuler mata manusia adalah 10 – 21 mm/Hg. Sedangkan tekanan intraokuler pada penderita glaukoma melebihi normal dan dapat mencapai 50–60 mm/Hg. Peningkatan tekanan pada bola mata ini terjadi karena ketidakseimbangan antara produksi dan pembuangan cairan dalam bola mata yang dikenal dengan istilah cairan aquos humor. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi oleh beberapa faktor antara lain tersumbatnya aliran trabekulum (saluran yang dilalui aquos humor), produksi cairan yang terlalu banyak, dan adanya gangguan dalam pengeluaran cairan tersebut.
Gejala
Gejala penyakit Glaukoma bervariasi bahkan sering tidak menunjukkan gejala spesifik. Glaukoma kronis sering tidak menimbulkan gejala, terjadi secara perlahan hingga terjadi kerusakan yang cukup berat.
Sedangkan gejala glaukoma akut lebih dapat dideteksi, meliputi :
-Meningkatnya Tekanan Intra Okuler (TIO) pada mata (ketika dilakukan pemeriksaan dengan Tonometri yaitu alat pengukur TIO)
-Timbul rasa nyeri pada mata
-Mata merah
-Penyempitan lapang pandang
-Muncul warna seperti pelangi di sekitar cahaya lampu
-Sakit kepala
-Mual
-Muntah
Apa saja faktor risiko nya?
Banyak faktor yang diduga menyebabkan kejadian glaukoma. Faktor lingkungan, umur, gaya hidup, riwayat pada keluarga, serta penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, dan hipertensi merupakan faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya Glaukoma.
Umur : Menurut WHO, peningkatan kejadian Glaukoma berbanding lurus dengan peningkatan usia penduduk. Di dunia, glaukoma banyak diderita penduduk pada kelompok umur diatas 40 tahun. Hal ini akibat keterlambatan deteksi pada penderita yang tidak merasakan gejala dan tidak menyadari menderita Glaukoma.
Riwayat pada keluarga : Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Glaukoma bersifat genetis / menurun. Seseorang dengan anggota keluarga pernah menderita glaukoma lebih berisiko untuk mengalami penyakit yang sama. Oleh karena itu, tanyakan pada orang tua / kakek nenek tentang penyakit ini sedini mungkin.
Kebiasaan merokok & konsumsi alkohol : Kandungan zat kimia berbahaya pada rokok dan alkohol dapat mempengaruhi metabolisme tubuh dan mengganggu kinerja syaraf yang dapat berpengaruh pada tekanan bola mata.
Penyakit sistemik : Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tekanan intraokuler ditemukan lebih tinggi pada penderita penyakit sistemik kronis (kardiovaskuler dan hipertensi) dibandingkan dengan individu tanpa penyakit tersebut.
Kenaikan tekanan intraokular pada mata berhubungan dengan resistensi insulin dan kondisi hiperglikemia pada penderita DM. Keadaan resistensi insulin pada penderita Diabetes Mellitus (kencing manis) dapat menyebabkan terganggunya fungsi saluran trabekulum, meningkatkan tekanan pada mata, dan merusak syaraf mata. Sebuah penelitian Kohort di Amerika menunjukkan bahwa pasien DM 1,85 kali lebih berisiko menderita Glaukoma dibandingkan dengan pasien non DM.
Jika kejadian glaukoma tidak dikendalikan, masalah kebutaan dan gangguan penglihatan akan semakin meningkat dan menyebabkan penurunan produktivitas dan mobilitas penderita, serta menimbulkan dampak sosial ekonomi bagi lingkungan, masyarakat, dan negara.
Cegah Glaukoma, Hindari Faktor Risikonya, Sayangi Mata Anda :)
Sumber : WHO; American Academy of Ophtalmology, 2012; PERDAMI (Persatuan Dokter Ahli Mata Indonesia, 2011)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI