Awalnya saya nggak menyadari kalau belakangan ini saya semakin sering bertengkar gara-gara buku dengan puteri sulung saya, Azkia, sampai suami saya menertawakan saya. "Dulu kepengen anaknya rajin baca buku, sekarang anaknya senang baca, malah dimarahi," begitu komentar suami saya.
Sambil tertawa dalam hati saya pikir-pikir iya juga ya. Dulu selama mengandung Azkia, setiap hari saya rajin membacakan dongeng untuknya yang masih nyaman meringkuk di dalam perut. Tidak hanya membeli buku dongeng di toko buku, saya pun banyak mengambil cerita-cerita dari internet untuk dibacakan menjelang tidur. Bergantian saya dan romonya Azkia membacakan buku dengan keyakinan ia pasti mendengar dan menikmati cerita yang kami bacakan. Juga berharap kelak ia akan senang membaca buku seperti romo - biyungnya.
Sekarang hampir setiap melihat Azkia dengan bukunya saya malah pusing. Bagaimana tidak, Azkia semakin sulit disuruh makan siang dan tidur siang tepat waktu. Apalagi untuk dimintai tolong, perlu berkali-kali memanggilnya untuk melepaskan matanya dari buku yang dibacanya. Pulang sekolah, selesai berganti pakaian ia langsung masuk kamar dan membaca buku tanpa hirau kata-kata saya. Di usianya yang baru enam setengah tahun dan duduk di kelas satu sekolah dasar, ia sudah mampu melahap satu buku cerita anak 150 - 200 halaman hanya dalam waktu setengah hari! Bayangkan, bagaimana saya tidak ngomel-ngomel melihatnya statis berjam-jam memegang buku.
Hebatnya lagi, meski jatah bukunya dibelikan hanya satu - dua minggu sekali, ia tidak pernah kehabisan buku untuk dibaca. Caranya dengan meminjam buku dari teman kelasnya atau perpustakaan sekolah. Di hari minggu, Harian Kompas Minggu pagi-pagi sekali sudah ia preteli halaman Kompas Anaknya. Hahaha...
Sebenarnya apa yang dilakukan sulung saya persis sama dengan saya ketika kecil dulu. Saya juga kutu buku sampai-sampai tiap jam makan tiba saya kucing-kucingan dengan ibu supaya buku saya tidak diambil. Pasalnya, saya selalu makan sambil membaca. Menonton teve sambil membaca, bahkan membaca sampai tertidur.Pokoknya membaca buku sampai lupa waktu.
Kini giliran saya yang repot melihat Azkia menggenggam buku hampir 24 jam penuh. Biasanya, jika jam membacanya sudah saya batasi, tidak serta-merta buku itu disimpannya di rak buku. Buku yang sedang dibaca akan selalu ia bawa-bawa sambil bermain, nonton kartun, jalan-jalan dalam mobil, di atas kereta, menemani saya belanja ke pasar dan saat tidur. Buku itu benar-benar digenggamnya saat tidur. Ia baru akan melepas bukunya jika sudah saatnya berangkat sekolah. Dan dia bercita-cita ingin menjadi penulis buku seperti pengarang buku-buku cerita yang dibacanya.
Namun dibalik itu saya sangat bersyukur melihat minat puteri kecil saya yang sangat besar terhadap buku. Karena bagi saya dan suami, membaca buku sudah seperti kebutuhan bernafas. kebutuhan akan udara segar. Tidak lagi sekedar hadiah saat momen-momen penting dan istimewa dalam keluarga saja. Buku sudah menjadi bagian dalam perjalanan hidup kami sejak saya kecil, saat-saat saya dan suami berpacaran sampai kini kami memiliki tiga anak. Saking banyaknya buku-buku yang kami miliki sampai-sampai rumah kecil kami penuh buku disemua sudut.
Dan tidak lama lagi saya dan suami akan dibuat pusing juga dengan adik-adik Azkia yang sudah mulai kelihatan minat bacanya persis seperti kakak mereka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H