Mohon tunggu...
Loteng Kayu by Irma Rima
Loteng Kayu by Irma Rima Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Perempuan Puisi, Potongan Sore dan Kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gerimis di Bulan Maret, Bagian 1: Selamat Tinggal Mantan Terindah

10 Januari 2024   17:31 Diperbarui: 16 Januari 2024   13:44 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by rawpixel.com


Selamat Tinggal Mantan Terindah

Akhir Desember itu, aku memutuskan mengakhiri semuanya. Soal kebodohanku dan sikap usilku terhadapmu. Aku merasa semua ini hanya sebatas harapan tanpa balas, dan itulah yang sering menyakitiku. Waktu terakhir itu pun kau tetap bersikukuh dengan sikap keras kepalamu ketika berkomunikasi denganku, seakan aku yang salah dan dirimu yang paling benar. Dirimu menolak tanpa jelas apa maksudnya, padahal dirimu berkata mencintaiku. 

Namun berbeda waktu terakhir itu, aku benar mati rasa, namun karena kebaikan hatiku yang terlampau besar menjadikan diriku bisa menjelma ibu peri. Siapapun boleh merasakan kebaikanku, bahkan untuk seseorang sejahat dirimu, Suma.

Untuk masa dua tahun yang aku habiskan untuk menunggumu, tapi sebentar aku tidak lagi menamainya menunggu, aku menamai lebih tepatnya 'mengalah'. Mengalah untuk egomu dan harga dirimu yang sungguh luar biasa besar bak gunung. 

Oh, 2024 mungkin sudah saatnya aku mengucapkan selamat tinggal, mantan dan masa lalu, dan kuucapkan selamat datang, masa depanku. 

Terima kasih telah mengisi waktuku di tahun lalu dengan ketidakpastian dan ketidakjelasan. Terima kasih banyak telah mengajarkan banyak pelajaran hidup, dan terima kasih atas setiap kecewa, luka dan bahagia itu, cukup aku ingat sebagai suatu pelajaran berarti di kehidupanku.

Bayangmu dan keberadaanmu mungkin suatu waktu akan masih kurasa di dekatku, dan begitu juga kau. Aku berharap kau meminta maaf atas ulahmu dan menjadikan semua ini sebagai bahan koreksi diri masing-masing.

Setelah ini aku tidak perlu lagi memenuhi kepalaku dengan ingatan tentang dirimu setiap aku berangkat kerja dan ke mana pun. Aku cukup lelah mengingatmu dan menunggumu lebih lama lagi, aku menyadari kisah kita ternyata hanya sampai di sini, Suma.

Bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun