Selamat Tinggal Mantan Terindah
Akhir Desember itu, aku memutuskan mengakhiri semuanya. Soal kebodohanku dan sikap usilku terhadapmu. Aku merasa semua ini hanya sebatas harapan tanpa balas, dan itulah yang sering menyakitiku. Waktu terakhir itu pun kau tetap bersikukuh dengan sikap keras kepalamu ketika berkomunikasi denganku, seakan aku yang salah dan dirimu yang paling benar. Dirimu menolak tanpa jelas apa maksudnya, padahal dirimu berkata mencintaiku.Â
Namun berbeda waktu terakhir itu, aku benar mati rasa, namun karena kebaikan hatiku yang terlampau besar menjadikan diriku bisa menjelma ibu peri. Siapapun boleh merasakan kebaikanku, bahkan untuk seseorang sejahat dirimu, Suma.
Untuk masa dua tahun yang aku habiskan untuk menunggumu, tapi sebentar aku tidak lagi menamainya menunggu, aku menamai lebih tepatnya 'mengalah'. Mengalah untuk egomu dan harga dirimu yang sungguh luar biasa besar bak gunung.Â
Oh, 2024 mungkin sudah saatnya aku mengucapkan selamat tinggal, mantan dan masa lalu, dan kuucapkan selamat datang, masa depanku.Â
Terima kasih telah mengisi waktuku di tahun lalu dengan ketidakpastian dan ketidakjelasan. Terima kasih banyak telah mengajarkan banyak pelajaran hidup, dan terima kasih atas setiap kecewa, luka dan bahagia itu, cukup aku ingat sebagai suatu pelajaran berarti di kehidupanku.
Bayangmu dan keberadaanmu mungkin suatu waktu akan masih kurasa di dekatku, dan begitu juga kau. Aku berharap kau meminta maaf atas ulahmu dan menjadikan semua ini sebagai bahan koreksi diri masing-masing.
Setelah ini aku tidak perlu lagi memenuhi kepalaku dengan ingatan tentang dirimu setiap aku berangkat kerja dan ke mana pun. Aku cukup lelah mengingatmu dan menunggumu lebih lama lagi, aku menyadari kisah kita ternyata hanya sampai di sini, Suma.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H