[caption id="attachment_97371" align="aligncenter" width="466" caption="Ilustrasi (http://otakku.com)"][/caption] Pagi itu suasana di kantor sudah heboh. Tak ada hujan tak ada angin, tiba-tiba saja kantor menerima surat dari PLN. Surat itu adalah surat pemberitahuan bahwa meteran listrik kantor akan dicabut jika tagihan tidak segera dibayar secepatnya. Yang membikin orang sekantor heboh adalah nominal tagihannya. Biasanya, menurut kasir kantor, tagihan listrik bulanan ada di kisaran 1 jutaan. Tapi dalam surat dari PLN yang bikin heboh ini, tagihan listrik tiba-tiba melonjak jadi 15 jutaan! Tentu saja semua orang sekantor kaget. Bagaimana bisa tagihan yang biasanya cuma 1 jutaan tiba-tiba jadi 15 jutaan? Padahal, kantor tidak pernah menunggak tagihan listrik. Sebagai kantor cabang dari sebuah perusahaan elektronik global, kantor ini punya aturan yang sangat ketat untuk setiap pengeluaran. Selalu ada bukti-bukti pembayaran atau kwitansi untuk setiap transaksi keuangan, sekecil apapun nominalnya. Apalagi, tagihan listrik adalah pengeluaran rutin bulanan. PLN juga langsung mengancam akan mencabut meteran listrik jika tagihan tidak dibayar. Padahal, jika mengikuti aturannya, pencabutan meteran baru bisa dilakukan jika pelanggan sudah tidak membayar tagihan selama 3 bulan berturut-turut. Itupun PLN harus memberikan 3 kali surat pemberitahuan lebih dahulu sebelum akhirnya mencabut meteran listrik pelanggan yang menunggak. Tidak perlu waktu lama bagi kasir kantor untuk segera meluncur ke kantor cabang PLN. Tujuan utamanya adalah meminta penjelasan mengenai tagihan listrik yang tiba-tiba melonjak ini. Dan jika memang terbukti bahwa kantor menunggak, akan segera mengurus pembayaran tagihan itu secepatnya. Sesampai di kantor PLN, menurut cerita kasir kemudian setelah masalah ini dibereskan, dia segera menghadap bagian Customer Service (CS) untuk meminta penjelasan. Melihat tagihan kantor yang jumlahnya gede, CS menyarankan kasir kantor untuk mengurus di bagian lain, yang letaknya di lantai dua, karena mereka sendiri tidak bisa membantu kalau tagihannya sudah sebesar itu. Ketika tiba di bagian yang disarankan oleh CS, petugas di bagian itu balik menyalahkan CS-nya. "Bagitu no dorang...klo tu susah-susah, dorang ovor pa torang...." (Begitulah mereka, kalau yang susah-susah selalu diserahkan kepada kami). Rupanya ada kebiasaan suka saling menyalahkan di kantor PLN ini. Dan ternyata, di tempat itu juga kasir kantor bertemu beberapa pelanggan PLN lain - kebanyakan pelanggan rumahan - yang akan mengkomplain masalah yang sama: tagihan listrik tiba-tiba melonjak. Tapi nominal tagihan mereka hanya di kisaran ratusan ribu saja. Ketika berbincang-bincang dengan mereka, rata-rata mereka terkejut mendengar jumlah tunggakan tagihan kantor. "Kong sadiki jo!" (Bukan main, banyak sekali!). Begitu rata-rata komentar mereka. Mendengar tagihan kantor yang nominalnya sampai dua digit rupanya menarik perhatian salah seorang pimpinan di lantai itu. Lewat dia, masalah ini kemudian coba diusut. Mereka kemudian mencocokkan angka meteran listrik kantor yang tertera pada lembar pengecekan meteran listrik yang biasa dicatat oleh petugas. Ternyata memang ada kenaikan angka yang sangat menyolok. Jumlah pemakaian listrik sebulan terakhir memang meningkat dengan sangat-sangat-sangat tajam. Tidak heran jika kemudian tagihannya melonjak menjadi 15 jutaan. Okelah, kantor memang punya tunggakan tagihan listrik 15 jutaan. Tapi, bagaimana tagihan itu bisa tiba-tiba melonjak? Selama beberapa bulan kantor membayar tagihan listrik dengan nominal yang hampir sama setiap bulan. Kasir memang mengakui bahwa pembayaran beberapa bulan terakhir sejak pindah kantor, agak menurun dibanding yang biasanya dibayar saat masih di kantor lama. Sebagai perusahaan yang bergerak di sektor elektronik, kantor memang menggunakan listrik dengan daya KWh yang cukup besar. Hal ini disebabkan karena kantor juga sekaligus merupakan Pusat Layanan Konsumen, sehingga kebutuhan listriknya cukup tinggi. Menurut kasir kantor, dia pernah menanyakan turunnya jumlah tagihan kepada petugas PLN ketika akan membayar tagihan listrik. Ketika membayar tagihan listrik beberapa bulan sebelumnya, kasir kantor sempat bertanya, "Apakah tagihan ini sudah semuanya? Apa tidak ada tagihan lagi?" Petugas PLN hanya menjawab, "Itu sudah sesuai dengan pencatatan meteran, bu. Jadi memang sudah begitu tagihannya." Kalau sekarang tagihannya tiba-tiba melonjak, hanya ada dua kemungkinan: pertama, kantor memang memakai listrik yang sangat banyak sebulan terakhir secara tiba-tiba, atau kedua, selama ini PLN tidak mencatat angka pada meteran listrik dengan benar. Kemungkinan pertama tidak mungkin terjadi karena pemakaian listrik tetap normal. Tidak ada aktivitas dadakan yang bisa secara tiba-tiba memutar angka-angka pada meteran listrik dengan cepatnya. Maka kemungkinan kedua pun ditelusuri oleh pihak PLN. Petugas pencatat meteran listrik pun dipanggil. Dan akhirnya muncullah pengakuan itu. Sejak kantor pindah, sang petugas pencatat meteran listrik kehilangan kontak. Dia tidak tahu kemana kantor baru kami pindah. Padahal di kantor lama sempat dipasang spanduk pemberitahuan pindahnya kantor sekitar sebulan lamanya. Jaraknya pun sebenarnya tidak jauh dari kantor lama. Hanya menyeberang jalan sekitar 300 meter. Dan seandainya si petugas tidak sempat melihat spanduk pemberitahuan pindah kantor, dia seharusnya bisa bertanya ke petugas security kantor lain yang tepat bersebelahan dengan kantor lama dan selalu berjaga 1x24 jam. Mereka tahu kemana kantor baru kami pindah karena hubungan mereka yang cukup akrab dengan karyawan kantor kami. Karena tidak menemukan alamat kantor, maka meteran listrik kantor otomatis tidak pernah diperiksa. Karena meteran tidak pernah diperiksa, maka tagihan listrik yang dihitung PLN pun akhirnya menggunakan jurus angka kira-kira saja! Muncullah tagihan listrik sebesar 1 jutaan setiap bulan selama beberapa bulan. Misteripun terpecahkan. Inilah rupanya penyebab tagihan listrik tiba-tiba melonjak. Petugas PLN lalai mencatat meteran listrik pelanggan dengan benar. Ketika petugas tidak menemukan alamat baru, dia diam saja. Bukannya berusaha mencari tahu alamat baru pelanggan, si petugas justru bersikap masa bodoh. Tidak ada inisiatif dari si petugas untuk mencari alamat baru. Mungkin baru beberapa bulan kemudian dia menemukan kantor baru kami, dan akhirnya mencatat meteran listrik dengan benar. Saat itulah baru ketahuan bahwa selama ini ada selisih pembayaran tagihan yang cukup besar, yang setelah ditotal jumlahnya mencapai angka 15 jutaan. Kejadian ini jelas menandakan bahwa petugas PLN sama sekali tidak memiliki tanggung jawab atas pekerjaannya. Saya tidak tahu bagaimana cara PLN merekrut pegawainya. Kabar yang saya dengar, petugas pengecek meteran listrik merupakan tenaga outsourcing di PLN. Masalahnya sekarang adalah bagaimana kasir kantor harus memberi laporan kepada atasannya di kantor pusat bahwa ada tagihan listrik yang melonjak sangat besar yang harus dibayar. Disini kemudian muncul tawaran menarik dari PLN. Mereka bersedia memberi keringanan atas kesalahan petugasnya yang lalai mencatat meteran listrik. Agar supaya tagihannya tidak terlalu besar, tagihan bisa dicicil selama beberapa bulan. Kasir kantor langsung menolak tawaran itu. "Maaf, pak. Perusahaan kami bukan tidak mampu membayar. Kami akan membayar semua tagihan ini tanpa dicicil. Tapi saya meminta surat penjelasan resmi mengenai masalah ini dari PLN. Dengan surat itu, saya akan mengurus pembayaran tagihan ini ke kantor pusat kami. Sekedar bapak tahu saja, gara-gara kelalaian petugas bapak yang tidak becus bekerja itu, saya harus mengurus approval tagihan pembayaran listrik ini hingga ke kantor pusat perusahaan kami di Korea," begitu ucapan kasir kantor dengan nada tinggi. Akhirnya, setelah menerima surat penjelasan dari PLN, tak sampai satu hari, tagihan pun beres. Tapi kisah ini ternyata belum selesai. Si petugas mengaku, bukan hanya kantor kami saja yang tidak dicatat meteran listriknya selama beberapa bulan karena tidak ketemu alamatnya. Ada juga beberapa meteran listrik dengan KWh yang besar yang menurutnya juga tidak dia temukan alamatnya! Astaga....!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H