Anak zaman sekarang disebut sebagai generasi Z. Anak generasi Z memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya (Purnomo, A.,dkk., 2016). Salah satu karakteristiknya adalah mereka lebih menyukai tampilan grafis, dan memencet tombol. Mereka lebih suka menonton youtube. Alih-alih membaca, melihat gambar diam, jarang dilakukan oleh generasi ini. Anak-anak usia sekolah dasar termasuk pada generasi ini. Mereka lahir bersama Gadget di sampingnya. Bahkan mereka (70%) terbiasa menonton video Youtube jam tiap harinya.
Kebiasaan ini membentuk perilaku baru yaitu melemahnya budaya baca. Hal ini karena dengan melihat video pada konten Youtube membuat anak kehilangan kesempatan untuk memahami teks, menginterpretasi teks, dan mengevaluasi teks. Kompetensi ini menurut PISA (OECD, 2017) sangat penting untuk memahami, menggunakan, dan merefleksikan teks tertulis supaya dapat memahami maksud, tujuan teks supaya dapat membangun kemampuan dan potensi anak untuk terlibat dalam masyarakat.
Selain itu, produksi buku konvensional dan buku sekolah elektronik membosankan bagi siswa. Siswa lebih menyukai memencet tombol dan melihat apa yang terjadi (Musyarofah, 2014)daripada harus melihat teks dan gambar yang tidak bergerak/interaktif. Buku tidak memuat ada gambar-gambar interaktif, bahkan di buku sekolah elektronik (BSE). Buku itu hanya berupa salinan pdf yang diupload, tanpa memuat link maupun media interaktif di dalamnya. Kalaupun ada, medianya gagal dimainkan (Amin, Saiful. 2011).
Dari fakta-fakta tersebut muncul beberapa masalah-masalah antara lain literasi membaca kurang, miskin kosa kata, rendahnya penalaran dan interpretasi teks, Youtube addict, dan sebagainya.
Melemahnya budaya baca juga menyebabkan rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Menurut Nurhadi {2009) kemampuan berpikir kritis akan terbentuk melalui membaca ketika mengingat dan mengenali ide pokok, gagasan, dan sebab akibat, menginterpretasi/ menafsirkan dan membedakan fakta-fakta, saat mengaplikasi konsep (menerapkan konsep), saat menganalisis ( mengklasifikasi, membandingkan), saat membuatsintesis (simpulan, mengorganisasi*dan meringkas), dan ketika mengevaluasi relevansi, keselarasan dan keakuratan .
Selain beberapa masalah di atas, lemahnya membaca juga berdampak pada rendahnya kemampuan menulis (Pujiono, S., 2012). Di negara-negara maju seperti Eropa, Jepang dan Amerika kebiasaan membaca adalah 5 sampai 7 jam sehari. Tak heran kalau kualitas tulisan baik berupa buku, artikel ilmiah, novel, film-film mereka sangat bagus. Hal itu terlihat dari organisasi tulisan yang sangat mudah diikuti, dan pemilihan diksi yang sangat luas dan tepat. Berbeda dengan di Indonesia dimana membaca belum menjadi budaya. Kualitas tulisan orang Indoensia masih rendah. Hal ini terlihat dari organisasi kalimat, paragraf dan essai yang tidak koheren, tidak mengalir sehingga susah diikuti dan dipahami. Ditambah lagi, penggunaan kata yang berulang sering ditemukan di tulisan orang Indonesia.
Untuk itu, bagaimanakah cara meningkatkan minat baca anak sekolah dasar sehingga budaya membaca dapat berkembang?
Program KubangSebah (Kuis Gerbang sekolah berhadiah) untuk membangun budaya baca
Salah satu upaya untuk meningkatkan minat baca siswa dan berpeluang besar untuk membangun budaya baca adalah menggunakan Kuis Gerbang sekolah berhadiah. Kuis ini adalah kuis yang ditempel digerbang sekolah dengan imbalan hadiah. Dengan memberikan soal pada siswa dengan imbalan hadiah, siswa pasti termotivasi mencari informasi soal dari buku maupun internet. Menurut teori belajar BehaviouristikThorndike(Muhsetyo, G., dkk., 2014) pemberian hadiah (reward) sebagai stimulus akan memotivasi siswa melakukan respons berupa tindakan menjawab soal. Respon siswa dalam membaca awalnya termotivasi oleh hadiah. Dengan memberikan stimulus secara berulang-ulang, kebiasaan membaca akan terbentuk dengan sendirinya. Hirarki ini digambarkan dalam Diagram 1 berikut:
Kuis KubangSebah ditempel di gerbang sekolah tiap periode tertentu (mingguan/bulanan) dengan menawarkan hadiah yang menarik dengan harga terjangkau misalnya, buku gambar, pensil warna, crayon, correction,penggaris, ikat pinggang dsb. Dana untuk kegiatan tersebut dapat diambilkan dari dana Bantuan Operasional Sekolah atau disingkat BOS.Â
Menurut Juknis Permendikbud no 8 tahun 2017,BOS memiliki peruntukkan dana untuk kegiatan operasional sekolah, seperti perlengkapan unuk menunjang kegiatan pembelajaran atau mencapai standar nasional pendidikan. Sehingga Penggunaan dana BOS untuk Program ini tidak menyalahi aturan karena ini merupakan program pengayaan pengembangan budaya baca.