Mohon tunggu...
Irina Utami Dewi
Irina Utami Dewi Mohon Tunggu... -

Penulis dan Editor

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencoblos untuk Masa Depan Indonesia

16 April 2014   00:21 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:38 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilihan umum (pemilu) legislatif baru saja berlalu.Buat saya pemilu kali ini saat yang penting untuk menyuarakan aspirasi pribadi.Berbeda dengan pemilu sebelumnya, saya getol mencari tahu latar belakang calon legislatif (caleg) melalui tiga situs web yaitu www.infocaleg.org, www.jariungu.com dan www.bersih2014.net.Salah seorang teman saya yang menjadi pengurus dewan pimpinan pusat partai politik yang baru pertama kali ikut pemilu rupanya sangat direkomendasikan oleh www.bersih2014.net. Dia juga sempat masuk menjadi cerita sampul sebuah majalah nasional yang mengupas tentang caleg bersih.Sayangnya foto dan nama teman saya itu tidak akan saya temukan pada kertas suara yang akan saya coblos. Dia berasal dari daerah pemilihan yang berbeda dengan daerah pemilihan tempat saya tinggal.Nama-nama caleg untuk daerah pemilihan domisili saya, ternyata tidak ada yang direkomendasikan sebagai caleg bersih oleh situs web Bersih 2014.Biodata para caleg daerah pemilihan saya yang tersedia dalam salah satu situs web yang saya kunjungi tidak membuat saya terkesan pula.

Supaya saya bisa mantap mencoblos kertas suara, saya mencari dan membaca pedoman memilih caleg yang ada di salah satu situs web. Selain itu, saya juga berdiskusi dengan keluarga saya yang kebetulan antusias mencari tahu latar belakang caleg. Keputusan akhir yang saya ambil adalah mencoblos partai baru. Saya berharap partai ini paling sedikit terkontaminasi sistem yang ada dan masih memiliki energi untuk melakukan perubahan.

Tidak seperti saya, seorang teman yang mengelola konsultan hubungan masyarakat tidak perlu mengalami proses mencari informasi tentang caleg yang saya lalui.Dia beruntung memiliki teman caleg dari partai oposisi pemerintah yang juga mewakili daerah tempat tinggalnya.Dia mengatakan dia yakin memilih setelah rekannya itu tampil dalam acara bincang-bincang televisi yang dipandu wartawan terkenal. Orang-orang dari partai non-pemerintah, dalam pandangannya, akan cenderung memiliki amunisi untuk mengarahkan Indonesia menjadi lebih baik.

Indonesia yang lebih baik diterjemahkan oleh kawan saya yang lain sebagai mencoblos caleg perempuan.Pilihannya ini dibuat setelah melihat begitu sedikit foto caleg perempuan yang tercetak di kertas suara.Kesempatan memilih wakil rakyat menurutnya hanya terjadi lima tahun sekali, jadi dia tidak mau tidak menggunakan hak suaranya.Dia juga mengungkapkan kalau dirinya rindu akan pemimpin yang berwibawa yang bisa mengangkat martabat bangsa Indonesia.

Keinginan sobat saya yang menekuni penjualan berjenjang produk kosmetika asal Swedia juga menarik untuk saya kemukakan dalam tulisan ini.Dia secara blak-blakan berujar kalau Indonesia perlu pemimpin yang tegas.Tolanku yang satu ini memang sangat terganggu bila melihat orang-orang yang tidak merasa bersalah ketika melanggar aturan. Oleh sebab itu, pilihannya jatuh kepada partai yang dipimpin seorang purnawirawan.

Lain lagi halnya dengan teman yang tinggal tidak jauh dari rumah saya, dia secara jujur mengatakan tidak terlalu mengerti siapa yang harus diberi suara.Kalaupun sempat membaca informasi tentang caleg di situs web, dia tidak bisa benar-benar percaya kalau pilihannya itu bersungguh-sungguh mewakili rakyat.Setiap lembar surat suara dicoblosnya beberapa kali supaya tidak disalahgunakan.Dia berujar akan menentukan pilihan tatkala pemilihan presiden digelar Juli nanti karena figur calonnya lebih dikenal.

Ada pula teman-teman saya yang tidak menggunakan hak suaranya karena kendala teknis. Surat panggilan pemilih yang tiba di kediaman salah satu rekan saya ini tidak lengkap. Saat dia dan suaminya datang ke tempat pemungutan suara, mereka diminta oleh petugas untuk datang sesudah pukul 12 siang.Ketika mereka kembali lagi ke sana untuk mencoblos bareng-bareng, antrean sudah begitu panjang.Setelah menunggu berjam-jam, mereka meninggalkan lokasi pemungutan suara tanpa mencoblos.Sementara itu, kawan saya yang sehari-harinya mendesain dan menjual sepatu tanpa hak juga tidak berpartisipasi dalam pemilu legislatif minggu lalu.Kesibukan membuat dia tidak bisa pergi ke tempat pemungutan suara yang sangat jauh dari rumahnya.Meskipun begitu, keduanya berharap bisa menggunakan hak pilih mereka dalam pemilu presiden mendatang.

Saya dan sahabat-sahabat saya sepakat bahwa pilihan kita bisa menentukan pemimpin bangsa yang akan datang. Semoga kompasianer dapat ikut andil dalam tahapan pesta demokrasi selanjutnya yaitu pemilu presiden.  Siapa lagi yang akan menjaga Indonesia kalau bukan kita semua. Selamat mencoblos! Make every vote count!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun