Mohon tunggu...
Indriani
Indriani Mohon Tunggu... -

jangan pernah mengenal kata putus asa dalam hidup, harus selalu optimis.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Peran Pelayanan Kefarmasian Terhadap ODHA

3 Desember 2014   00:47 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:12 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Di Indonesia Kasus HIV / AIDS semakin meningkat. Sejak tahun 1999 telah meningkat jumlah orang dengan HIV / AIDS (ODHA) pada populasi tertentu dibeberapa provinsi mempunya prevelensi HIV yang cukup tinggi. Peningkatan ini terjadi pada kelompok orang-orang yang berisiko tinggi tertular HIV yaitu para pekerja seks komersial dan pengguna NAPZA suntikan di beberapa provinsi yaitu DKI Jakarta, Papua, Riau, Bali, Jawa Barat dan Jawa Timur. Jika masalah ini tidak ditanggulangi sesegera mungkin, maka besar kemungkinan akan bergerak menjadi menyeluruh dan parah.

Masalah yang dihadapi dalam penanganan kasus HIV/AIDS kesulitannya adalah mendapatkan obat, harga obatnya (ARV) lumayan mahal dan kurangnya dan pemahaman tentang HIV/AIDS. Obat generic buatan Indonesia telah tersedia tetapi belum didukung oleh kesiapan tenaga medis dan apoteker yang mendukung keberhasilan terapi.

Untuk menghadapi tantangan tersebut sangat diperlukan peran dari aspek pelayanan kesehatan secara paripurna (komprehensif). Peran dari profes farmasi ini adalah suatu keharusan, peran tersebut berdasarkan pada filosofi pharmaceutical care atau yang diartikan sebagaii asuhan kefarmasian dan menurut International Pharmaceutical Federation adalah tanggung jawab profes sebagai farmakterapi dengan tujuan untuk mencapai keluaran yang dapat meninggalkan kualitas hidup bagi pasien. Peran apoteker dalam POKJA HIV/AIDS untuk selalu terlibat aktif dengan pelayanan terpadu ODHA yang merupakan prakarsa bijaksana demi tercapainya tujuan pasien dalam pelayanan kefarmasian untuk orang dengan HIV/AIDS, apoteker sangat berperan dalam:

a.Manajemen ARV

b.Pelayanan informasi obat bagi pasien maupun tenaga kesehatan lainnya

c.Sebagai konseling dan edukasi

d.Pengawasan efek samping obat ARV maupun infeksi maupun opoturnistik

Untuk membekali apoteker dengan pengetahuan tentang HIV/AIDS, mulai dari gejala klinik, pengobatan dan pelayanan kefarmasian yang mendukung, terapi obat ARV maka Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik menyusun suatu pedoman pelayanan kefarmasian untuk ODHA (Orang dengan HIV/AIDS).

Dengan tersedianya pedoman ini, di maksudkan agar pelayanan kefarmasian berjalan dengan baik, untuk mendukung program pencegahan HIV/AIDS nasional.

HIV/AIDS merupakan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), virus ini juga dapat merusak sistem kekebalan manusia dan dapat mengakibatkan hilangnya daya tahan tubuh. Sehingga mudah terkena infeksi penyakit lainnya.

Hal yang dilakukan adalah dengan melakukan pencegahan penularannya terutama pada populasi rawan tertular dan menularkan, melakukan pelayanan secara terpadu agar meningkatkan kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS dan mengurangi dampak sosial dari HIV/AIDS, dan juga meningkatkan jangkauan dan kualitas pengendalian secara bertahap berdasarkan epidemiologi.

Kegiatan pencegahan penularan HIV/AIDS adalah dengan meningkatkan gaya hidup sehat, meningkatkan penggunaan kondom pada perilaku seksual, mengurangi penggunaan NAPZA suntik, penatalaksanaa IMS, screening pengamanan darah donor, selalu waspada pada setiap kegiatan medis, dan mencegah penularan dari ibu HIV positif kepada anaknya.

Kegiatan pelayanan ODHA meliputi VCT (voluntary counseling testing), anti retroviral therapy (ART), pengobatan infeksi oportunistik, pelayanan gizi, perawatan dll.

Kegiatan yang menujang yang dapat dilaksanakan misalnya estimasi populasi rawan infeksi dan proyeksi HIV, penelitian dan pengembangan, pengembangan peraturan dan perundang-undangan, pendidikan dan pelatihan, kerjasama lintas sektoral melalui KPA.

Perjalanan penyakit HIV ditandai dengan 3 tahap:

a.Penyakit primer akut

b.Penyakit kronik asimptomatis

c.Penyakit kronik simpotomatis

Infeksi primer (sindrom retroviral akut) terjadi setelah infeksi HIV yang mula-mula bereplikasi dalam kelenjar limfa regional yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah virus secara cepat.

Infeksi HIV asimptomatis/dini yaitu dengan menurunnya penyakit primer, dan diikuti dengan masa asimptomatis yang lama, replikasi HIV terus berlanjut dan terjadi kerusakan sistem imun

Infeksi simptomatis / antara yang terjadi karena komplikasi kelainan kulit, selaput lendir mulut dan gejala konstitusional lebih sering terjadi pada tahap ini.

Kecepatan pengembangan HIV bervariasi antar individu, berkisar 6-20 tahun. Waktu yang diperlukan untuk berkebang menjadi AIDS adalah sekitar 10 tahun, bila tanpa terapi antiretroviral. Dalam 5 tahu, sekitar 30% ODHA dewasa akan berkembang menjadi AIDS kecuali jika diobati dengan menggunakan obat ARV.

Daftar Pustaka

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik DITJEN Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun