Mohon tunggu...
Siti Khoiril Ummah (Iriel)
Siti Khoiril Ummah (Iriel) Mohon Tunggu... -

i proud of language

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Diferensasi Perkembangan Kognitif Sendok dan Supit

28 April 2015   06:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:37 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

DIFERENSASI PERKEMBANGAN KOGNITIF SENDOK dan SUPIT

Sebuah desa bernama Sambonggede, hidup dua keluarga. Sebut saja mereka pasangan pertama adalah keluarga bapak Kompor dan ibu Dandang, dan pasangan kedua adalah keluarga bapak Wajan dan ibu Panci. Kini ibu Dandang dan ibu Panci sedang dalam masa kehamilan. Dua keluarga ini sangat bertolak belakang masalah perekonomian. Keluarga pasangan pertama(bapak Kompor dan ibu Dandang) ini adalah keluarga yang paling kaya di desa Sambonggede ini. Sedangkan keluarga pasangan kedua adalah keluarga paling miskin di desa tersebut. Dan dari faktor kekayaan ibu Dandang ini, dia mempunyai kebiasaan yang buruk dilihat dari gender dirinya. Dia adalah seorang wanita pecandu rokok dan kopi. Dan walaupun ibu Panci adalah keluarga yang miskin akan tetapi dia sangat menjaga lingkungan dan kehamilannya.

Ibu Dandang dan ibu Panci adalah teman dekat setelah mereka bertentangga. Mereka saling membantu dan mengingatkan satu sama lainnya. Suatu hari ibu Dandang dan ibu Panci sedang berbincang di halaman rumah ibu Panci tentang keadaan kehamilan masing-masing.

Ibu Panci: Ibu Dandang,,, gimana kedaan kesehatan ibu Dandang semasa kehamilan ini?

Ibu Dandang: Alhamdulillah, ibu Panci sendiri bagaimana keadaannya?

Ibu Panci: Saya juga alhamdulillah. Keadaan saya semakin sehat. Saya selalu perhatikan saran dari dokter. O... iya. Ibu Dandang masih sering merokok dan ngopi kah selama masa kehamilan ini?

Ibu Dandang: Iya,, tentu saja masih ibu Panci. Itu sudah hobi dan kewajiban saya. Mereka juga best friend saya selain ibu Panci. HEHEHE...

Ibu Panci: Waahh... setia sekali ibu Dandang ini. Tapi jujur saya sedikit jeles. Hehe

Kemarin saya habis konsultasi ke dokter. Kata dokter rokok dan kopi itu mengandung zat-zat yang bisa membahayakan perkembangan janin baik dalam kandungan dan setelah dilahirkan juga.

Ibu Dandang: Itu menurut saya hanya omong kosong saja ibu Panci. Saya ndak percaya sedikitpun. Yang terpenting saya selalu menjaga pola makan saya dan olahraga yang teratur. (Untuk kali ini ibu Dandang tidak menerima masukan dari ibu Panci, karena berhubungan dengan kebiasaan dan hobinya)

Ibu Panci: Iya ibu Dandang,,, Saya sebagai tetangga sekaligus teman sekedar mengingatkan saja. Soalnya sama-sama hamilnya. (sambil tertawa kecil)

Enam bulan kemudian, keduanya sama-sama melahirkan bayi laki-laki, akan tetapi cara melahirkan mereka berbeda. Yang ibu Panci dengan jalan normal, sedangkan yang ibu Dandang melahirkan dengan jalan caesar. Tujuh hari setelah melahirkan. Seperti biasanya mereka ibu Dandang dan ibu Panci kembali berbincang-bincang. Karena mereka adalah teman akrab setelah mereka bertetangga.

Ibu Dandang: Bagaimana proses kelahiran bayi ibu Panci kemarin ?

Ibu Panci: Alhamdulillah ibu Panci, proses kelahiran bayi saya berjalan lancar. Bagaimana dengan ibu sendiri?

Ibu Dandang: Kata dokter, bayi saya lahir dalam keadaan caesar. Tapi alhamdulillah tetap selamat.

Ibu Panci: Saya pikir, mungkin karena ibu Dandang kurang memperhatikan nasehata dan saran dokter. Ibu malah hanya beranggapan bahwa itu hanya omong kosong saja.

Ibu Dandang: Kalau menurut saya, itu memang omong kosong ibu. Dan saya pikir itu juga sudah takdir dan ketentuan Allah ibu Panci.

Ibu Panci: Iya, ibu Dandang memang benar. Semua memamng sudah ditentukan dan dipastikan oleh yang Maha Kuasa. Akan tetapi semua takdir itu juga tergantung usaha kita. Di dalam al Qur’an juga sudah termaktub kalau Allah akan mengubah semua takdir manusia kalau dalam diri manusia ada rasa ikhtiyar. O... iya ibu Dandang, setelah melhairkan ini apa masih sering merokok dan ngopi?

Ibu Dandang: Hehe... ofcourse ibu Panci,, saya kan sudah bilang kalau itu hobi sekaligus sahabat karib saya. Kayaknya malah sering dan nambah porsi. HEHE..

Ibu Panci: Ibu Dandang ini kalau sama rokok dan kopi memang tidak bisa dipisahkan. Tapi saya ingatkan lagi ya ibu Dandang, kalau di dalam kopi dan rokok itu ada zat-zat yanng berbahaya Yang bisa mengganggu dan berdampak negatif pada perkembangan anak-anak kita.

Ibu Dandang: Iya ibu Panci. Makasih banget buat sarannya. Walaupun saya masih sering merokok dan ngopi, saya pasti akan tetap dan selalu menjaga anak saya dan memperhatikan perekembangannya.

Empat tahun kemudian. Anak-anak mereka sudah tumbuh besar. Sebut saja Sendok dan Supit. Kini telah nampak diferensasi perkembangan natar keduanya. Mereka juga menjadi teman akrab. Sendok anak ibu Dandang yang dalam usianya sekarangmengalami gangguan pada kognitifnya. Dia mengalami keterlambatan bahasa. Dia lambat dalam menyerap kosa kata yang dia dengarkan, dia juga lemah dalam menyusun kosa kata yang dia telah serap ke dalam sebuah kalimat yang nantinya akan digunakan berkomunikasi dengan orang sekelilingnya.

Berbeda dengan Supit anak Ibu Panci yang kini dia sudah memiliki banyak kosa kata, sekitar 9000 kosa kata. Dia juga sudah mampu menyusun kalimat. Sehingga dia mampu berkomunikasi dengan baik.

Itulah dampak negatif yang terjadi jika seorang ibu hamil kurang memperhatikan dan menjaga kondisi dan janinnya, selalu mengkonsumsi zat yang ada pada sebuah kopi dan rokok dan sejenisnya. Akibatnya akan berimbas pada anak nya baik sebelum dilahirkan atau sesudahnya sampai pada usia kanak-kanak awal. Hingga keterlambatan dalam pemerolehan bahasa itu ditangani. Karena memang itu sangat penting. Jika tidak segera ditangani maka hal itu tidak hanya akan berimbas pada kognitifnya saja, melainkan juga pada sosial dan psikomotorik anak.

Semoga Bermanfa’at...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun