Mohon tunggu...
Ircham Arifudin
Ircham Arifudin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kompasianer Brebes Club (KBC-53): penulis receh sekaligus penikmat kopi tanpa gula

menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa itu pilihan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Santri Baru Itu Dijuluki Mas Klepon

22 Juli 2020   11:00 Diperbarui: 22 Juli 2020   11:32 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekitar taun 1995-an ada anak lulusan SD (asli Brebes) yang mondok di salah satu pesantren ternama di Jawa Timur, saat berangkat dia diantar Abahnya menggunakan kereta.

Bagai orang pindahan rumah, perlengkapan sehari di pesantren (nantinya) dia bawa berkoper-koper, dari mulai pakaian, perlengkapan sholat, ATK, perlengkapan mandi, mencuci, dsb. Termasuk tak ketinggalan pula beraneka jenis jajanan favoritnya pun ia bawa.

Sesampainya di pesantren, setelah semua administrasi kelar termasuk sowan ke Ndalemnya pengasuh dalam rangka orangtua/wali "titip anak" sudah dilakukan oleh sang Abah. Dia kembali ke bilik yang telah ditentukan pengurus pondok (biasanya dikelompokkan sesuai dengan asal daerah masing-masing) dan benar saja, dia masuk ke bilik santri asal Brebes.

Selanjutnya adalah proses ta'aruf & adaptasi dengan teman-teman satu kamar dan satu komplek, tak butuh waktu lama untuk dia mulai kenal satu per satu teman-teman Brebesnya.

Banyak cara yg dia lakukan untuk membangun komunikasi dengan teman-teman barunya, hanya sebatas kenalan (ngobrol) saat di bilik, saat selesai sholat berjamaah, saat antri untuk mandi, saat menjelang makan, saat berjalan menuju aula, bahkan dia pernah menawarkan jajanan untuk membuka obrolan.

Sehari berlalu, dia mulai berkemas menata lemarinya agar rapih, di waktu yang sama dia melihat bungkusan kresek hitam diantara perlengkapan mandi yg dibawanya dari rumah.

Dia membuka bungkusan kresek hitam itu, ada beberapa lapis koran dan daun pisang didalamnya, dan ternyata ada puluhan klepon dengan parutan kelapa yg masih terpisah. Dia jadi teringat pesan Emaknya saat mau berangkat, agar isi bungkusan hitam ini dimakan bareng dengan teman-teman satu kamar.

Sambil berkemas, dia mengumpulkan teman yang saat itu ada di dalam kamar, sekitar 4 orang datang menghampirinya, kemudian duduk melingkar dan dia mulai mencampurkan klepon dan parutan kelapa dan mempersilahkan temannya untuk menyantapnya. Bahkan dia juga sempat memanggil beberapa tetangga kamar untuk bergabung makan #klepon.

Baginya dan temannya, momen terbaik (tak terlupakan) di pondok adalah bisa ngumpul & makan bareng-bareng dalam satu wadah, tak terasa kumandang adzan dzuhur mulai terdengar saling bersautan.

Singkat cerita, bulan berikutnya sang Abah mengunjunginya dengan membawa beberapa bingkisan untuk sang anak, setibanya di kamar kemudian Abahnya memanggil beberapa santri yg ada saat itu untuk makan bersama (telah disiapkan dari rumah), ada blengong goreng, bawang goreng, gesek goreng tawar, dan beberapa jajanan klepon dan alu-alu (kue sejenis lontong yang terbuat dari bahan beras ketan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun