Di Indonesia ada sebuah tradisi yang selalu dilakukan setiap tahun setelah perayaaan Hari Raya Idul Fitri, tradisi ini dikenal dengan sebutan Syawalan.Â
Syawalan merupakan tradisi /adat kaum muslim yang diawali dengan melakukan puasa sunnah selama enam hari berturut-turut setelah hari raya 'Idul Fitri yakni pada hari kedua sampai hari ketujuh dari Bulan Syawal, dan diakhiri sebagai puncaknya pada hari kedelapan dengan acara silaturrahim dengan para tetangga dan sanak famili.
Puasa enam hari merupakan amalan bagi sebagian muslim, hal ini didasarkan kepada hadits Nabi SAW yang artinya "Barang siapa berpuasa sebulan penuh pada bulan Ramadlan dan diikuti dengan puasa enam hari pada bulan Syawal, maka pahalanya sama dengan puasa sepanjang tahun".
Tradisi syawalan ini sering disebut juga dengan istilah Bada Kupat (Lebaran Ketupat), dinamakan Bada Kupat karena pada tradisi ini disediakan Kupat (makanan yang terbuat dari bahan dasar beras, semacam lontong), yang disuguhkan dengan perpaduan bumbu-bumbu lainnya.Â
Namun kata kupat sendiri disamping bermakna suatu jenis makanan, dalam filosofi jawa memiliki makna khusus, Kupat merupakan kependekan dari "Ngaku Lepat dan Laku Papat". Ngaku Lepat artinya mengakui kesalahan, sedangkan laku papat artinya empat tindakan.
Ngaku Lepat pada umumnya diimplementasikan melalui tradisi sungkeman bagi orang jawa. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan, dan ampunan orang lain.Â
Sedangkan Laku Papat (empat tindakan) yakni Lebaran, Luberan, Leburan, dan Laburan. Lebaran berarti sudah selesai, menandakan telah berakhirnya waktu puasa. Luberan berarti meluber/melimpah rezekinya, ajakan untuk bersedekah kepada kaum miskin/yang kurang mampu.Â
Leburan berarti sudah habis dan lebur, maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur, habis dikarenakan setiap muslim dituntut untuk saling memaafkan satu sama lainnya.Â
Dan Laburan yang berasal dari kata labur/memutihkan, dulu orang jawa melabur dengan menggunakan kapur untuk memutihkan dinding/tembok, maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin.
Tradisi, adalah adat kebiasaan yang dilakukan turun-temurun (dari zaman leluhur /nenek moyang) dan masih dilakukan dalam suatu masyarakat yang di setiap suku /tempat berbeda-beda (J. S. Badudu, Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2003, hal. 349).Â
Hal atau isi sesuatu yang diserahkan dari sejarah masa lampau dalam bidang adat, bahasa, tata kemasyarakatan, keyakinan, dan lain sebagainya, maupun proses penyerahan atau penerusan kepada generasi berikutnya (Ensiklopedi Indonesia, Jakarta : PT. Ichtiar Baru - Van Hoeve, 1984, hal. 3608).Â
Tradisi mempunyai makna yang hampir sama dengan budaya /kebudayaan dan adat. Budaya /kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Sedangkan adat adalah aturan (perbuatan, tindakan dan sebagainya) yang lazim dituruti atau dilakukan sejak dahulu kala.