Nasi goreng merupakan makanan khas indonesia berupa nasi yang digoreng dan diaduk dengan bumbu-bumbu, biasanya ditambahkan kecap manis, telur, ayam, petai dan lainnya. Nasi goreng sudah ada sejak lama, dan tiap daerah memiliki beberapa varian nama yang berbeda.
Nasi goreng juga dijajakan di berbagai tempat dari mulai pedagang kaki lima sampai restoran bintang lima, bahkan dijadikan sebagai varian menu sarapan pagi di sebagian hotel. Di sore dan malam hari, kita tidak sulit untuk menemukan nasi goreng, hampir di sepanjang jalan atau tiap sudut suatu desa akan ada penjual nasi goreng. Sebaliknya, kita akan kesulitan menemukan nasi goreng di pagi hari (kecuali di hotel).
Sega wadang adalah istilah penyebutan dalam bahasa brebesan (terutama di tempat saya: Kecamatan Jatibarang) yang menunjukkan arti sisa nasi kemarin dan sudah agak mengeras (pera). Adanya sega wadang karena dahulu tidak ada pemanas/penanak nasi/magic com, sehingga saat nasi tidak habis di hari itu maka sisa nasi tersebut di hari berikutnya disebut dengan "sega wadang",  sekarang ini hampir seluruh masyarakat kita sudah memanfaatkan magic com setiap harinya, sehingga sisa nasi yang tidak habis hari ini, besoknya tidak akan mengeras (pera), kira-kira jika ada sisa nasi kemarin bisa  disebut "sega wadang" gak sih?
Kebiasaan masyarakat di tempat saya memanfaatkan sega wadang untuk diolah menjadi nasi goreng dan disiapkan untuk menu sarapan di pagi itu, penyajiannya cukup sederhana hanya nasi goreng dan telur dadar, sehingga biasa disebut dengan "nasgor sega wadang".
Pagi ini istriku membuat nasgor sega wadang untuk sarapan kami sekeluarga. Sungguh nikmat sarapan pagi ini yang saya rasakan, Alhamdulillah. Kaluan sudah pada sarapan belum?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H