Mohon tunggu...
Irham WP
Irham WP Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

(“Keep your dreams alive. Understand to achieve anything requires faith and belief in yourself, vision, hard work, determination, and dedication. Remember all things are possible for those who believe,” : Gail Devers) This is a moderated blog. Any comment contributing to a serious discussion is welcome. Some people may not agree with the content of some posts, but please refrain from abusive, profane, or offensive language in your comments - they will automatically be deleted, as will all comments that have no bearing whatsoever on the subject and/or only serve to slight or even insult the author.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Bodoh, Jika Anas Datang Hari Ini (Sebuah Kalkulasi Politik)

10 Januari 2014   01:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:58 1604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13893266731641877251

[caption id="attachment_314948" align="aligncenter" width="619" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption] Tahun 2014 adalah tahun politik bagi bangsa Indonesia. Akan banyak terjadi kegemparan politik di dalamnya. Cerita awalnya, halaman satu di tahun ini, dimulai pada bab Anas mangkir pada panggilan ke-3 (tiga) yang dijadwalkan hari ini, Jum'at 10 januari 2014. Mengapa ia mangkir dan bagaimana hitungan politiknya? Marilah kita secara jernih melihat dari kacamata apa kita mulai berdiskusi. Apabila kita membaca di berbagai media dan khususnya rubrik Kompasiana ini, semuanya membahas dari kacamata hukum. Dari kacamata hukum semuanya berpendapat secara simetris dalam satu justifikasi bahwa mangkir adalah perbuatan hina di mata hukum, bukan menandakan warga-negara yang baik, pengecut dan seribu satu alasan hukum. Baiklah kita pahami dan kita mengerti alasan-alasan tersebut, titik. Di satu sisi, secara hukum, Anas telah 2 (dua) kali mangkir dari panggilan KPK. Hitung-hitungan politis, opini publik hingga hari ini menempatkan Anas pada situasi terburuk. Dan secara naluri hukum pula maka apabila ia datang hari ini memenuhi panggilan KPK pasti akan ditahan. Secara hukum KPK menang dan di mata rakyat (secara politis) Anas kalah dan pasti jadi pesakitan. Di sisi lain, secara politis! (tentu kita yakin Anas adalah mahluk politik bukan hukum). Anas akan bermanuver kembali. Ia yakin apabila datang dan ditahan KPK adalah ending buruk bagi citranya. Ia akan tetap mempermasalahkan kalimat "kasus-kasus lainnya" yang tertera dalam surat panggilannya yang ke-3 (tiga). Benar, bahwa secara hukum kalimat itu adalah hak penyidik yang dalam Undang-undang diberi hak sedemikian luas sehingga bisa bertindak melampaui tertib administrasi hukum itu sendiri. Seandainya dalam revisi Hukum Acara Pidana nantinya dibuat pasal-pasal yang bermuara pada tertib administrasi hukum akan memperkuat status negara hukum bagi Indonesia. Perkara pidana yang disangkakan seyogyanya jelas tertulis di dalam surat panggilan, sehingga hal itu merupakan manifestasi dari azas equality before the law yang sesungguhnya. Selain itu akan mendasari hak manusia yang paling dasar, hak azasi manusia. Itulah hikmah dari kasus Anas, dan penulis tidak kenal Anas sehingga tidak ada pretensi atau motivasi untuk membela salah satu pihak dalam perkara ini. Kembali kepada permasalahan Anas. Jadi jika Anas datang hari ini, ia kemungkinan besar akan ditahan, apalagi ada mitos Jum'at keramat. Secara politis (baca: opini publik) banyak yang mengatakan inilah akhir karier politik Anas, itulah kemungkinan pertama. Apabila Anas tidak datang, maka kemungkinan ke-2 (dua) akan didatangi oleh penyidik KPK ke rumahnya, dan ia akan dijemput paksa. Inilah "drama politik" halaman pertama di tahun 2014 yang ditunggu-tunggu Anas. Kemungkinan ia akan memilih dijemput paksa, karena punya nilai politis yang sangat tinggi. Bisa dibayangkan, bila kemudian KPK menggelar konferensi pers, menyatakan bahwa Anas mangkir kembali, dan para awak pers berbondong-bondong menunggu di depan rumah Anas, menunggu penjemputan paksa, bukankah hal itu menjadi komoditas politik? Beritanya tentu lebih besar (Headlines) dan menyulut "api" yang lebih luas, gelombang opini baik yang pro dan kontra akan liar menggema dan saling bersahut-sahutan. Nilai berita tentang Anas akan terangkat kembali, popularitasnya sebagai tokoh PPI dan mantan Ketua Umum Partai Demokrat akan naik pula, dan ia mengharapkan drama penjemputan paksa itu sebagai tokoh yang terkesan teraniaya. Biasanya orang Indonesia akan iba dan terenyuh, akibatnya publik dan pers akan meminta KPK untuk memeriksa lawan-lawan politik Anas, dan ini akan berakibat buruk bagi Partai yang terkait. Ingat, di dalam kasus ini akan banyak politikus "free rider", yang membonceng secara gratis guna mendapatkan keuntungan dirinya dan partainya. Selanjutnya, sesuai keinginan Anas, maka akan sangat mungkin halaman-halaman lain yang kedengarannya lebih dahsyat dari hanya sekedar korupsi Hambalang akan terkuak, dan sepertinya kasus politik yang di bumbui korupsi tidak akan pernah habis di bumi pertiwi ini. Namun ini hanyalah analisa politik belaka, kita lihat apa yang sebenarnya terjadi di hari ini. Salam Satoe Indonesia !

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun