[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption] Bekerja di negara lain ada hikmahnya, banyak hal positif yang bisa disampaikan memelui Kompasiana. Pertumbuhan perbankan yang sangat pesat hingga awal abad ke-21 membuat tranksaksi keuangan kini semakin mudah. Pada akhirnya persaingan antarbank dengan layanan tunai dan nontunai via ATM, SMS banking, e-banking, berbagi iming-iming hadiah bagi penabung dan munculnya layanan khusus bagi nasabah premium merupakan konsekuensi logis dari persaingan di industri jasa perbankan kepada para nasabah. Bagi para nasabah nonpremium atau nonpriaritas di berbagai bank di Tanah Air, kini, telah pula diberikan berbagai fasilitas dasar bagi nasabah seperti air mineral dan permen (candy) yang telah banyak dilakukan bank swasta nasional maupun bank BUMN. Namun, selain fasilitas dasar bagi nasabah di atas adakah bank-bank di Tanah Air yang lebih tanggap terhadap para nasabahnya? Adakah fasilitas dasar lain yang terlewatkan atau bahkan tidak terpikirkan oleh pengelola jasa bisnis perbankan di Tanah Air? Berikut ini beberapa hal terkait layanan bagi nasabah nonpremium yang telah diterapkan bank-bank di Korea Selatan mungkin akan lebih manusiawi apabila bisa diadopsi bank-bank Indonesia
***
Rak Buku dan Buku-buku Di jaman teknologi informatika ini, bukan hanya layanan SMS banking dan e-banking saja yang penting bagi nasabah, kebutuhan dasar yang lebih memanusiakan manusia juga layak untuk diberikan bank kepada nasabahnya. Sebagaimana foto di bawah, di sebelah ATM terdapat rak buku, anggap seperti perpustakaan mini, tetapi itu merupakan bagian pelayan bank di Korsel bagi nasabah umum atau nasabah nonpremiumnya. Buku-buku pilihan yang disediakan bank adalah buku buku best seller, bisa novel atau buku-buku populer ilmiah atau juga buku-buku bacaan ringan yang sedang trending di Korsel. Mengapa harus ada rak buku? Jawabannya adalah terkait budaya membaca yang tinggi. Orang Korsel di manapun akan berusaha mengisi waktu luangnya dengan membaca baik itu buku, majalah, koran atau melalui internet. Kebiasaan membaca ini telah menjadi budaya, bahkan lazim banyak warganya yang wajib membaca ketika makan di rumah, buan air besar, dan saat akan tidur. Di wilayah publik, seperti di unit pelayanan umum bank juga tersedia buku-buku dan majalah yang siap "disantap" oleh para nasabah sembari menunggu antri nomor mereka dipanggil, para nasabah itu duduk rapi sambil membaca buku atau majalah yang disediakan pihak bank. Sebelumnya bagi nasabah yang haus dapat mengambil air mineral baik dingin maupun hangat, sekedar mebuat kopi atau teh dan berbagai permen juga merupakan fasilitas dasar yang tersedia.
Kaca Mata Baca (Kacamata plus)
Selain buku-buku dan majalah, hal sepele namun penting adalah kaca mata baca. Berdasarkan data di Korsel, jumlah nasabah terbesar adalah yang berumur 40 tahunan ke atas, dan mereka tentunya memerlukan kaca mata baca untuk mengisi formulir jasa layanan perbankan yang tersedia.
Ternyata, sebagian nasabah sering lupa membawa kacamata baca, sehingga banyak bank yang kini menyediakan kacamata baca guna melancarkan urusan perbankan para nasabahnya. Kacamata baca tersebut terikat dengan tali, sehingga tidak mungkin dibawa pulang nasabah yang mungkin lupa meletakkan pada tempatnya setelah memakainya.
Ide penyediaan kaca mata baca ini sudah selayaknya patut ditiru bank-bank kita, khususnya bank-bank yang melayani jasa pembayaran para pensiunan yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Apabila dilakukan survei terkait penyediaan layanan kacamata baca bagi nasabah dilakukan, penulis yakin banyak nasabah yang setuju disediakannya fasilitas kacamata baca bagi nasabahnya sebagaimana foto di bawah, adalah sebuah benchmark pada bank Korea.
Perbanyak layanan duduk