Mohon tunggu...
Irham Rajasa
Irham Rajasa Mohon Tunggu... -

Pemerhati sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Insiden AirAsia dan Memahami Sistem Pesawat Fly by Wire

1 Januari 2015   05:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:03 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Insiden Airasia telah membuka mata, terhadap keamanan sistem pengendalian pesawat terbang komersial modern, terutama pesawat yang berbasis Fly by Wire.

Fly by Wire adalah sistem kendali yang menggunakan kabel-kabel data sebagai pengganti kabel kendali dari logamyang berat dan rumit.Kabel-kabel data inilah yang memberikan informasi yang diambil dari berbagai sensor di badan pesawat dan memberikan informasi tersebut kepada komputer utama di dalam pesawat.

Jantung dari sebuah pesawat dengan sistem Fly by Wire adalah komputer elektronik yang disebut Flight Control Computer atau FCC.

Selain mengurangi penggunaan kabel kendali logam dan katrol-katrol yang berat, sistem Fly by Wire sebenarnya bertujuan untuk memberikan perlindungan dan kenyamanan bagi pilot dan penumpang.

Sebagai contoh apabila pilot hendak menambah kecepatan pesawat diluar batas jangkauan pesawat, maka perintah pilot akan diolah oleh FCC dan apabila dirasakan tidak tepat maka FCC akan menolak perintah tersebut dan memberikan sinyal ke aktuator untuk menggerakkan pesawat secara normal.

Dapatkah FCC rusak? Tentu saja, karena semua buatan manusia dapat rusak. Oleh karena itu, maka pembuat pesawat menciptakan sistem yang Fault Tolerant, yakni dengan membuat sistem cadangan yang berlapis. Dalam Boeing 777 misalnya, terdapat 3 Primary Flight Control Computer yang menjalankan tugas sama secara simultan, sehingga apabila satu FCC berhenti bekerja maka sistem cadangannya akan mengambil alih tugasnya.

Pertanyaannya adalah berapa banyak sistem cadangan yang terdapat dalam pesawat AirAsia dan seberapa kuat sistem cadangan dalam pesawat tersebut, menahan sambaran petir yang mengenai badan pesawat?

Seperti diketahui bahwa pesawat Airasia masuk ke dalam awan badai Cumulonimbus/CBtebal dan yang mengandung petir dan mungkin Kristal es. Cuaca buruk seperti awan badai berbahaya bagi pesawat karena di dalam awan tersebut terdapat loncatan listrik statis dalam bentuk petir  dan mengandung kristal es yang berada di inti badai, terutama yang mengandalkan perangkat elektronik atau sistem “fly by wire”seperti yang ada di hampir seluruh sistem pesawat terbang modern saat ini.

Apabila pesawat terkena sambaran petir, maka listrik akan mengaliri badan pesawat dan merusak sistem catu daya (Auxiliary Power Unit) yang ada di pesawat, sehingga pesawat akan kehilangan kendali auto pilot, sistem navigasi dan sistem kendali pesawat akan mengalami kegagalan dan dapat menyebabkan pesawat terjun bebas, tanpa pilot dapat melakukan apa-apa.

Butiran awan kristal es yang masuk ke dalam mesin pesawat juga dapat membekukan dan merusak mesin pesawat dan menyebabkan kerusakan mesin. Oleh karena itu, maka awan badai yang mengandung butiran es dan petir ini kerap ditakuti oleh para pilot pesawat terbang.

Akan tetapi, sejak insiden petir menyambar dan menyebabkan jatuhnya pesawat Boeing 707 di Maryland, USA, pesawat komersial modern telah melengkapi diri dengan struktur “static wicks” yang dapat dilihat sebagai logam kecil di tepian ujung sayap-sayap pesawat.

“Static Wicks” berfungsi membuyarkan muatan llistrik agar tidak mendekati badan pesawat. Arus listrik yang mengalir ke interior pesawat dibaurkan kembali ke udara terbukasehingga perangkat elektronik dalam pesawat tetap aman.

Selain itu, bodi aluminium pesawat modern juga dianggap mampu meredam daya kejut listrik dari pdetir sampai lebih dari 300 ribu ampere.

Namun harus diakui cuaca bukanlah ilmu pasti, radar pun kadangkala kesulitan mendeteksi awan Kristal es yang berada di inti badai, dan ketahanan suatu pesawat terhadap petir juga tergantung di bagian mana pesawat tersebut tersambar dan sekuat apa daya dari petir yang menyambar, sehingga penggunaan sistem “Fly by Wire” yang selama ini dipakai, hendaknya dapat dikembangkan lagi untuk mencari solusi bagaimana agar pilot tetap dapat mengendalikan pesawat ketika komputer pesawat dan seluruh sistem elektronik pesawat mati akibat tersambar petir.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun