Mohon tunggu...
Irham Rajasa
Irham Rajasa Mohon Tunggu... -

Pemerhati sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cinta dalam Sepotong Roti

9 Mei 2017   20:10 Diperbarui: 9 Mei 2017   20:27 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cinta dalam sepotong roti

Roti dan anggur adalah personifikasi dari darah dan tubuh kristus dalam kepercayaan Katolik. Pemberkatan altar dan pemberian hosti adalah simbol dari penerimaan dan tanda syukur atas pengorbanan jiwa dan raga kristus yang dipercaya membebaskan manusia dari dosa.

Kristus adalah contoh pengorbanan terbaik dari manusia kepada manusia lainnya. Walaupun harus berdarah dan kehilangan nyawa, dengan ikhlas ia melakoninya utk menjadi pembebas.

Begitupun dengan pembasuhan air ke kepala manusia dalam pembaptisan yang menjadi lambang penyucian bagi manusia, yang diteruskan tradisinya oleh muslim dalam bentuk berwudhlu. Ritual pembersihan diri sebelum melakukan ibadah yang lebih intens sebagai pengingat bahwa kita melekat pada hakikat.

Keikhlasan dan keteguhan dalam melakukan perbuatan penegakan kebenaran ada dalam ritual setiap agama. Transendensi wahyu ilahi dalam kalimat tertulis yang ada pada kitab dan dalam kalimat tidak tertulis yang berwujud pada manusia.

Tapi hakikat yg absolut terfragmentasi oleh waktu.  Sehingga keakuan mengkristalisasi dan membentuk sesuatu yang rigid dalam penafsiran yang dogmatik.

Filsafat  dan agama adalah salah satu yang membuat saya nyaman, setelah pemikiran dibelah dengan belati Ockham, didekonstruksikan oleh Foucault atau dijungkirbalikkan oleh materialisme hegel  dan ketika nalar tak lagi bisa berdamai, maka logika iman akan selalu menentramkan.

Tapi bukan agama dan beragama yang seperti akhir-akhir ini.  Yang mengejar dengan buas dan tak pernah puas. Mencoba menghabisi seseorang atas dasar perspektif keilahian.

Saya tidak mengerti apa yang terjadi akhir akhir ini . Ketika semua menjadi begitu reaktif dalam dorongan yang impulsif dalam balutan ujaran Tuhan yang dipakai seperti barang yang habis pakai.

Saya tidak mengerti apakah Ahok atau kita yang sedang menjadi roti. Saya benar benar butuh berdialog dari hati ke hati dengan Tuhan malam ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun