Mohon tunggu...
Irham Rajasa
Irham Rajasa Mohon Tunggu... -

Pemerhati sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aksi Main Bakar Begal

25 Februari 2015   15:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:32 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aksi pembegalan motor marak akhir-akhir ini, di Bekasi, Tangerang Selatan dan mungkin beberapa wilayan lainnya yang luput dari perhatian media massa.

Pilihan para penjahat untuk membegal motor selain karena semakin banyaknya jumlah kendaraan roda dua, lebih cepat mempreteli kendaraan roda dua dan lebih cepat menjualnya, dantentu lebih mudah membegal pengendaramotor yang terbuka dan tidak terlindungi apapun dibandingkan dengan membegal pengendara mobil.

Salah seorang dari empat pelaku pembegalan di Tangerang Selatan berhasil ditangkap dalam salah satu aksinya, dan apa yang dilakukan oleh masyarakat? Mereka membakar pelaku pembegalan tersebut hidup-hidup!

Aksi main hakim sendiri ini tentu dikarenakan beberapa hal, pertama kegeraman masyarakat terhadap aksi yang membahayakan nyawa korban,keinginan membuat efek jera bagi pelaku, akan tetapi dasar dari segala tindakan main hakim sendiri tersebut adalah satu hal yang tidak pernah berubah, yakni ketidakpercayaan terhadap aparat penegak hukum dan ketidakhadiran aparat penegak hukum ketika dibutuhkan. Dari zaman Soeharto sampai sekarang pameo,lapor hilang ayam malah hilang kambing ketika melaporkan ke polisi begitu akrab didengar dan tidak ada perubahan. Polisi hanya bergerak ketika satu permasalahan ada uangnya atau ketika telah menjadi buah bibir masyarakat dan dikecam secara luas.

Aksi main bakar hidup-hidup ini memang menyedihkan. Ini menunjukkan bahwa masyarakat kita memang masih barbar dan primitive. Aksi pembakaran orang dengan tuduhan penyihir di eropa terakhir terjadi tahun 1813.

Jadi apakahtindakan membakar pelaku pembegalan hidup-hidup salah? Jelas salah.

Masyarakat tidak boleh main hakim sendiri, walaupun aksi pembegalan kerap juga menghilangkan nyawa korbannya, akan tetapi hukuman yang diberikan harus melalui proses hukum yang benar. Apabila tindakan main hakim sendiri ini dibiarkan, akan menjadi masalah besar nantinya, karena masyarakat merasa hal tersebut wajar dan dibenarkan, dan akan jatuh korban-korban lainnya yang mungkin tidak bersalah. Bagaimana kalau seseorang berkelahi dijalan dan yang satunya meneriakkan kata copet, dan kemudian masyarakat ramai-ramai membakarnya juga hidup-hidup. Kita akan menciptakan masyarakat yang chaos, kacau dan mengerikan.

Pemerintah harus segera tanggap dan memerintahkan aparat polisi untuk membasmi gerombolan pembegal motor yang meresahkan masyarakat ini, jangan melulu sibuk mengk-kriminalisasi KPK dan melindungi rekening gendut Budi Gunawan dan jenderal jenderal polisi lainnya. Polisi harus di dorong untuk kembali ke khitahnya to protect and to serve, untuk melindungi dan melayani, masyarakat. Jangan semboyan tersebut hanya menjadi pemanis di mobil mobil patrol dan gedung kantor polisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun