"Seberat apapun jika kamu menikmati segala prosesnya, maka hasil akhirnya pasti akan sangat memuaskan," nasihat Aditya Gumay, salah satu aset sutradara handal yang dimiliki Indonesia ketika aku meminta doa dan dukungan mengikuti International Student Short Film Festival 2017 di Nabeul beberapa hari yang lalu (6-9/7).
Membawa nama Indonesia di ajang internasional memang sesuatu yang sangat membanggakan sekaligus beban tersendiri bagiku sebagai sutradara, tanpa kerjasama tim yang baik, terkhusus PPI Tunisia, kawan-kawan crew dan para pemain yang solid, dan masyarakat yang sangat apresiatif serta dukungan penuh dari pemerintah dalam hal ini KBRI Tunis tak mungkin aku bisa berdiri menerima tiga kali penghargaan di hadapan para tamu undangan penting dari berbagai negara, peserta, panitia, dan para hadirin dalam malam anugerah Festival Film Pendek Pelajar Internasional, Minggu malam (9/7) lalu.
Ketika bendera Indonesia berkibar bersama peserta dari 19 negara lain: Tunisia, Palestina, Turki, Syria, Aljazair, Jordania, Lebanon, Irak, Mesir, Iran, Malaysia, USA, Prancis, Italia, Spanyol, Jerman, Cina, Thailand dan Norwegia. Saat itulah perasaan ingin sekali memberikan yang terbaik untuk negeri tercinta, Indonesia semakin tinggi, meski dalam keadaan sadar harus bersaing bersama para sutradara muda yang memang sudah biasa bergelut dalam dunia perfilman.
Sungguh, bisa masuk tahapan seleksi ini saja sudah sangat luar biasa, harus bersaing dengan 600 film dari 125 negara termasuk dari peserta Indonesia lainnya. Karena yang berhak mengikuti rentetan acara puncak (6-9/7) hanya satu peserta dari masing-masing negara, mereka otomatis mendapatkan layanan akomodasi, transportasi, penginapan, makan, dll. yang ditanggung panitia penyelenggara, serta yang paling penting adalah workshop film meliputi: writing scripts, shooting & directing, editing & mixing. Dan itu semua dimentori oleh para seniman dan para pakar dalam dunia sinematografi dan perfilman.
Kalau dibilang lelah, sangat melelahkan, banyak waktu, tenaga, pikiran dan janji lain yang harus dikorbankan demi memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Karena aku memiliki prinsip pantang pulang sebelum menang, tentu dalam keadaan sadar memiliki banyak segala kekurangan, dengan usaha maksimal aku yakin tak ada hasil yang mengkhianati usaha. Jujur, aku bangga melewati tahapan ini, banyak pengalaman dan kawan-kawan baru dari berbagai negara yang aku bisa mengenali mereka lebih lanjut, mulai dari kepribadian, bahasa sampai kebudayaan negara mereka. Ya, itu sudah sangat luar biasa. Yang sangat aku banggakan lainnya adalah film Indonesia bisa diterima dengan baik oleh mereka, bahkan akan ada kerjasama pembuatan film dua negara, Tunisia & Indonesia.
Berikut daftar peraih penghargaan terbaik Festival Film Pendek Pelajar Internasional 2017 di Nabeul.
- The Gold Lion: The Living of the Pigeons, disutradarai oleh: Baha Abou Chalab, Palestina.
- The Silver Lion: Chemin, disutradarai oleh: ..., Tunisia.
- The Bronze Lion: E-Life, disutradarai oleh: Vibha DM & Mario DC, Spanyol
- The prize of the best image: Film Fino, disutradarai oleh: Estephan Khattar, Lebanon.
- The prize of the best soundtrack: Film Silat, disutradarai oleh: Irhamni Rofiun, Indonesia.