Desa Parentas merupakan desa di kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Munculnya nama Parentas diperkirakan ada tahun 1885 Masehi, yang mana pada awal berdirinya pemerintahan yang berlaku di wilayah yang sekarang berdiri Desa Parentas bersifat kekeluargaan atau paguyuban. Desa Parentas pada saat ini terdiri dari 2 kedusunan 4 RW dan 15RT. Selain itu juga, Desa Parentas terbagi menjadi 6 kampung; Kertapura, Cimuncang, Buligir, Ciguntur, Kandang, dan kampung Sumur.Â
Secara sosial, budaya, dan geografis, desa Parentas tergolong kedalam desa terpencil. Hal ini diakibatkan akses transportasi yang sulit dan komunikasi serta orbitasi yang jauh dari pusat kabupaten memingkan sebagian besar masyarakat lebih berinteraksi dengan masyarakat yang ada di dekatnya, yaitu masyarakat di Kabupaten Garut.
Pusat pemerintahan Desa Parentas, terletak di Kampung Kertapura, yang pada tahun 1950 bernama kampung Baru. Di Desa Parentas terkhususnya di daerah Kampung Kertapura, pernah mengalami peristiwa yang tidak pernah dilupakan oleh masyarakat di Desa Parentas. Dari tahun 1959 hingga tahun 1961, merupakan tahun yang berat untuk warga Parentas. Pada tahun 1959 dan tahun 1960, pasukan DI/TII (Bentukan Imam Kartosuwiryo) melakukan, pembakaran masal Desa Parentas, terkhususnya di Kampung Baru. Selain itu juga, pasukan DI/TII melakukan penjarahan harta benda warga Parentas, dengan dalih sumbangsih terhadap perjuangan Islam (Jihad).
Puncak kesewenangan dan kejahatan DI/TII, terjadi pada tanggal 17 Agustus 1961, yang juga bertepatan pada tanggal 21 Ramadhan 1383 H; Desa Parentas terkhususnya Kampung Baru dibumi hanguskan (Oleh masyarakat Desa Parentas, dikenang sebagai peristiwa Cacar Bolang). Menurut salah satu warga Parentas, pada saat itu masyarakat dan juga keamanan desa tidak sedang bersiaga penuh, hal ini dikarenakan pada saat itu seluruh warga sedang berfokus memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia.Â
Tak hanya dibakar, penjarahan terhadap harta benda dilakukan, seperti pembakaran di tahun 1959 dan 1960. Dalam peristiwa ini, sekitar 51 orang, terbunuh dan sekitar 11 orang terluka. Warga yang selamat dari tragedi tersebut, sampai sekarang masih hidup dan menjadi saksi sejarah . Jenazah warga yang tewas dalam tragedi ini, dikuburkan secara masal yang letaknya di belakang Masjid Jamie Yatmika Saraya. Proses penguburan jenazah, dibantu oleh warga dari desa Cidugaleun dan Desa Cigadog.
Tragedi yang baru saja terjadi, meninggalkan traumatik terhadap masyarakat. Setelah peristiwa tersebut, Lurah Endang, berinisatif untuk memindahkan pusat pemerintahan Desa Parentas ke daerah Pamoyan; namun setelah gempa tanggal 2 November 1979, pusat pemerintahan dikembalkan kembali ke Kampung Baru dan berganti nama menjadi Desa Kertapura (Kerta berarti kemakmuran, dan Pura berarti desa atau daerah). Untuk memperingati tragedi tersebut, warga membangun sebuah tugu yang lokasinya berada di dekat SD Parentas dan pada malam 17 Agustus, masyarakat mengadakan acara renungan.
Sumber: Dokumen Desa Parentas dan Hasil Wawancara Penulis Dengan Salah Satu Warga Parentas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H