Harem atau Hurem berasal dari bahasa Arab, Haram yang bisa didefinisikan sebagai tempat yang terlarang untuk dimasuki. Tak ada yang boleh masuk kedalam kecuali Sultan, anak-anak Sultan dan para kasim, yang terlebih dahulu telah di sterilkan. Di Asia Selatan dan Tengah Harem biasa dipanggil dengan Zenana. Hurem atau Harem ini merupakan tempat tinggal istri dan pelayan Sultan. Karena tempat ini sangat tertutup, tak ada sumber yang pasti menceritakan kondisi di dalam Harem ini, kecuali sebuah spekulasi dan imajinatif orang luar.Â
Hurrem ini namanya menjadi terkenal, diera Sultan Sulaiman Al-Qonuni. Oleh sejarawan Barat Eropa, Hurrem digambarkan sebagai tempat para Sultan untuk memuaskan hasrat mereka terhadap perempuan. Disana tinggal perempuan-perempuan pemuas hasrat dengan pakaian yang tidak etis, dengan aktifitas seksual menghiasai keseharian Hurrem.
Seorang penulis buku Ottoman Women: Myth and Reslity, karya Asle Sanjar mengatakan bahwa Publik Turki sendiripun memiliki sumber yang terbatas tentang Hurrem karena sifatnya yang sangat tertutup. Dia menegaskan bahwa argumen tasi selama ini tentang Hurrem merupakan sebuah mitos, karangan, dan imajinasi bodoh yang tak berdasar pada bukti sejarah.
Tanggapan bahwa Harrem merupakan tempat Seksual para Sultan Utsmaniyyah, juga disanggah oleh seorang seniman bernama Hanritte Brown yang memiliki nama aslinya yaitu Sophie de Bouteiller. Dia merupakan seorang seniman berkebangsaan Perancis, yang melukiskan keadaan Hurrem Sultan yang berbeda dan membuat persepsi buruk Barat terhadap Hurrem menjadi terpatahkan. Ketika dia mengunjungi Hurrem, dia melihat perempuan disana semuanya menggunakan pakaian tertutup, mereka semua tertutup jilbab, cadar, dan jubah panjang. Tidak ada adegan tidak senonoh di dalamnya, seperti yang digambarkan oleh kebanyakan orang di Eropa tentang Hurrem ini.
Lukisan yang dilukis oleh Brown ini diberi nama "Visit, Harem Interior (1860)". Lukisan ini pernah dipajang di Museum Sakp Sabanc, Istanbul Turki. Serta mendapat liputan khusus oleh New York Times. Selain lukisan yang diciptakan oleh Hanritte Brown, ada beberapa lukisan yang membantah mitos harem sebagai "Tempat Paling Fulgar dan Telanjang di Kesultanan Utsmaniyyah". Lukisan-lukisan itu antara lain; Gezintide Kadnlar (1887) dan A Lady of Constatinople (1881) karya Osman Hamdi Bey. Dalam dua lukisan tersebut, terlukiskan sangat jelas bahwa perempuan Harem mengenakan pakaian tertutup dan sopan.
Hal ini sejalan dengan apa yang dituliskan oleh Harold Lamb dalam bukunya yang berjudul Sulaiman Al-Qonunni "Kehidupan Politik dan Pribadi Sultan Agung Turki Utsmani", menceritakan bahwa para wanita Harem mengenakan pakaian serba tertutup ketika mereka pergi keluar ataupun pergi keluar ruangan mereka. Disini sangat jelas bahwa wanita Harem tidak se-vulgar yang dibayangkan. Jika kalau memang mereka menggunakan pakaian yang vulgar, itu hanya di ruang privasi.
Terlepas dari semua cerita dan kontroversi tentang Harem ini. Nyatanya dalam sejarah Turki Utsmaniyyah, Harem menjadi tempat terpenting dalam Kesultanan Utsmaniyyah, terutama di era kekacuan, dimana para wanita di Harem mengambil peran penting untuk Sultan memutuskan sebuah perintah atau kebijakan. Tokoh yang paling terkenal di Hurrem ini adalah Hurrem Sultan, atau dikenal dengan Roxelana. Hurrem Sultan istri dari Sultan Sulaiman, sekaligus ibu dari Sultan Selim II.
Sumber: