Mohon tunggu...
Irhamna  Mjamil
Irhamna Mjamil Mohon Tunggu... Apoteker - A learner

Pharmacist | Skincare Enthusiast | Writer Saya bisa dihubungi melalui email : irhamnamjamil@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Growth Mindset Versus Privilese, Manakah Penentu Utama Kesuksesan?

7 September 2021   16:01 Diperbarui: 9 September 2021   00:32 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang kaya (Unsplash.com/Austin Distel)

 "Ah, palingan dia sukses karena bapaknya kaya"

"Dia enak, dari kecil udah kaya, pintar lagi. Gimana gak sukses coba? 

Masih ingat dengan peraih medali emas pertama Filipina dalam keikusertaan negara tersebut di olimpiade? 

Peraih medali emas di bidang angkat besi tersebut sempat membagikan tangannya dalam perjuangannya sebagai atlet angkat besi. 

Sayangnya justru banyak netizen yang meremehkan kondisi tangannya. Bahkan ada yang membandingkan dengan tangannya yang seorang buruh kasar. 

Banyak orang menganggap bahwa kemenangan akan medali emas hanyalah keberuntungan semata. 

Tak hanya itu banyak juga yang menghubungkan kesuksesan seseorang dengan privilese yang dimilikinya. Contohnya, anak yang berasal dari keluarga berada akhirnya sukses menjadi pengusaha. Tentunya akan banyak yang mencemooh dan mengatakan kesuksesannya adalah privilese karena orang tuanya kaya. 

Ada juga yang menyalahkan keadaan karena tidak bisa sukses atau harus lahir dalam kemiskinan. Tak bisa dipungkiri memang privilese memang nyata adanya. 

Ada anak yang dilahirkan dari orang tua yang berkecukupan sehingga untuk sekolah ke luar negeri tak perlu kesulitan biaya. 

Tak usah jauh-jauh soal materi, orang tua yang mendukung kemampuan anak adalah privilese. Banyak anak berkembang karena orang tua melihat adanya potensi. 

Privilese (Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels)
Privilese (Foto oleh Andrea Piacquadio dari Pexels)
Privilese memang tak bisa dipungkiri ada pada sebagian orang namun, bukanlah alasan utama seseorang untuk sukses. 

Sehebat apapun privilese yang diperoleh jika tak dimanfaatkan sebaik mungkin maka akan berakhir sia-sia. 

Menyalahkan keadaan juga tak ada gunanya. Ada orang-orang yang selalu berpikiran bahwa ia tak memiliki bakat dan menyalahkan keadaan yang tak memiliki "privilese", padahal privilese bukanlah penentu utama kesuksesan. 

Growth Mindset, Pikiran Baik yang Menentukan Kesuksesan

Growth Mindset (Foto oleh Artem Podrez dari Pexels)
Growth Mindset (Foto oleh Artem Podrez dari Pexels)
Growth mindset adalah pikiran baik yang berpengaruh besar dalam kesuksesan. 

Growth mindset adalah pikiran yang memahami bahwa kemampuan seseorang akan berkembang pesat selama ia bekerja keras. Orang yang memiliki growth mindset percaya bahwa tidak ada kesuksesan yang instan. 

Mereka akan lebih mampu bekerja keras dan bangkit dari kegagalan. Selain itu, orang-orang ini cenderung lebih menghargai proses dibandingkan hasil yang didapat. Ia akan belajar lebih giat hingga bisa meraih sukses. 

Growth mindset juga mengajarkan bahwa tidak ada kemampuan yang stagnan. Setiap orang bisa mempelajari kemampuan dalam bidang apa pun dan menjadi mahir. 

Kebalikan dari growth mindset adalah fixed mindset. Fixed mindset sendiri adalah orang-orang yang memiliki pikiran bahwa kesuksesan sudah ditentukan dari mereka lahir. Orang-orang ini cenderung malas dan tidak berani mengambil risiko. 

Faktanya kebanyakan dari masyarakat kita adalah fixed mindset. Sering kali di sosial media kita menemukan banyak orang yang ingin sukses namun, malas untuk berusaha. 

Tentunya growth mindset bisa dilatih, ada beberapa cara untuk melatih pikiran kita menjadi growth mindset, antara lain:

1. Temukan Mentor
Bisa jadi selama ini pikiran yang salah tentang sukses terjadi karena kita tidak menemukan role model yang tepat. 

Sering kali juga karena tidak adanya tempat untuk bertukar pikiran membuat pola pikir tidak berkembang. 

Menemukan mentor yang tepat terutama ketika masih muda sangat penting dalam merubah pola pikir. 

Mentor juga bisa menjadi orang yang bisa diajak untuk bertukar pikiran dan memberikan sudut pandang yang berbeda terkait kegagalan. Tentunya harus dengan mentor yang tepat sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. 

2. Perbanyak Dekat dengan Orang Sukses
Dekat dengan mereka yang telah sukses mampu mengubah sudut pandang tentang kesuksesan. 

Banyak orang pada akhirnya tahu jika ingin sukses maka harus kerja keras. 

Selain itu, membaca buku tentang biografi mereka pun dapat mengubah pola pikir terkait kesuksesan. 

3. Terus Belajar Bertumbuh
Investasi tak hanya melulu soal uang, investasi leher ke atas juga merupakan investasi. Perbanyak relasi dan terus belajar, terlebih di era digital ada banyak sekali cara untuk belajar. 

Ingat, untuk bertumbuh memerlukan waktu untuk terus belajar dan berkembang. 

Referensi: YouTube satu persen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun