Setiap orang tentu memiliki tempat favorit, terlebih tempat itu menyimpan banyak kenangan. Jika ditanya dimana mesjid favorit saya? Maka saya akan langsung menjawab mesjid raya. Orang Aceh menyebutnya mesjid raya. Mesjid yang pernah menjadi saksi perjuangan rakyat Aceh ini memiliki banyak kenangan dari saya kecil hingga berumur 25 tahun.Â
Kenangan Masa KecilÂ
Dulu saat masih SD, saya ingat sekali ayah sering membawa saya dan adik-adik ke mesjid ini saat sore hari. Mesjid ini dulu dipenuhi oleh padang rumput dan belum memiliki payung seperti sekarang. Sehingga di sore hari banyak orang yang sekedar duduk di mesjid ini. Tak hanya itu anak-anak pun ramai berlarian kala itu.Â
Di halaman mesjid terdapat kolam ikan dan air manjur. Dulu banyak penjual umpan ikan, ada rasa senang sendiri saat saya memberikan umpan ikan ke kolam. Sejujurnya saya lebih menyukai suasana mesjid raya yang dulu. Sejuk dan teduh ditambah juga dengan banyaknya kenangan masa kecil di sini.Â
Mesjid raya yang sekarang tetap indah bagi saya. Nuansanya memang berbeda dengan saat saya masih kecil. Mesjid raya yang sekarang lebih modern dengan eskalator, dan juga parkir bawah tanah. Ornamen-ornamen yang ada di mesjid ini juga megah. Meskipun suasananya berbeda, sejatinya mesjid ini masih kebanggaan rakyat Aceh dan menjadi tempat yang harus dikunjungi.Â
Kenangan tentang mesjid ini pun mengingatkan saya akan tsunami 2004 silam yang melanda Aceh. Saat itu di tengah hantaman ombak, mesjid ini tetap berdiri kokoh. Saya sempat mencari air bersih di mesjid ini kala itu, mengingat persediaan air bersih sangat langka. Puing-puing kayu, lumpur, dan mayat berserakan adalah kenangan yang tak pernah saya lupakan.Â
Kenangan berikutnya yang melekat tentang mesjid ini adanya abang atau bapak-bapak yang menjajakan kameranya. Singkatnya mungkin disebut dengan tukang foto keliling. Saya lupa berapa tarifnya berapa per sekali foto. Sayangnya karena kehadiran hp, tukang foto ini sudah sulit ditemukan sekarang. Dulu ayah sering membayar tukang foto ini untuk memotret kami, sayangnya foto tersebut sudah hilang saat tsunami 2004.Â
Di masa lalu, mesjid ini pernah menjadi saksi perjuangan rakyat Aceh. Mesjid ini dibangun saat pemerintahan Sultan Iskandar Muda, dan pernah menjadi pusat pembelajaran pada zaman dahulu. Mesjid ini pun dibangun dengan kerja sama rakyat Aceh tempo dulu.Â
Saat penjajahan Belanda, mesjid ini pernah dibakar oleh Belanda pada tahun 1873 M. Pembakaran mesjid ini juga turut menewaskan Khohler, pemimpin pasukan Belanda kala itu. Dibakarnya mesjid ini membuat rakyat Aceh marah sekali dan menganggap perang dengan Belanda adalah perang suci.Â