Mohon tunggu...
Irhamna  Mjamil
Irhamna Mjamil Mohon Tunggu... Apoteker - A learner

Pharmacist | Skincare Enthusiast | Writer Saya bisa dihubungi melalui email : irhamnamjamil@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ada Banyak Pembelajaran Ramadhan Tahun Lalu untuk Tahun ini

14 April 2021   17:42 Diperbarui: 14 April 2021   17:45 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Ali Aropoglu dari Pexels

Ramadhan datang lagi di kala pandemi belum juga usai. Tak ada yang menyangka jika ramadhan tahun lalu dan tahun ini banyak yang tak bisa mudik ke kampung halaman. Kemeriahan ramadhan dua tahun belakangan ini juga berkurang dikarenakan pandemi. 

Selain itu angka kemiskinan juga meningkat karena banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Di kampung halaman saya, setiap bulan puasa biasanya ramai pedagang yang menjajakan makanan dan minuman di pinggir jalan. 

Dua tahun belakangan pedagang musiman ini tak sebanyak biasanya. Faktor ekonomi salah satu alasannya. 

Tahun ini meskipun pemerintah masih melarang mudik namun, ada beberapa ibadah di bulan puasa yang diperbolehkan. 

Tarawih yang dulu dilakukan di rumah masing-masing kini boleh dilakukan di mesjid. Di tahun lalu buka puasa bersama dilarang kini diperbolehkan. Tentunya dengan satu syarat tetap mematuhi protokol kesehatan. 

Menjalani ramadhan kedua di tengah pandemi. Tentu ada banyak pembelajaran dari ramadhan di tahun sebelumnya. Apa sajakah itu? 

1. Kesehatan dan kebersihan lebih diperhatikan. 

Dulu handsanitizer adalah barang yang tak terlalu dipedulikan orang. Bahkan tak jarang hanya menjadi pajangan di banyak supermarket. Ketika awal pandemi melanda dunia, barang tersebut langka dan harganya menjadi 10x lipat. 

Begitu pula dengan sabun cuci tangan, dulu mah boro-boro kalau makan cuci tangan dulu. Kalau sudah lapar langsung bismillah saja. Pelajaran pertama dari ramadhan di tengah pandemi adalah kesehatan dan kebersihan sangat diperhatikan. 

Sholat tarawih di mesjid pun menggunakan mukena dan sajadah yang ketika pulang dari mesjid langsung menyemprotnya dengan desinfektan. 

Tak hanya itu, banyak orang yang lebih menjaga kesehatannya karena takut dan enggan ke rumah sakit. Jika dulu menu berbuka lebih banyak gorengan kini lebih banyak makanan sehat. Banyak orang sadar bahwa kesehatan adalah hal penting yang tak bisa dibeli dengan uang.

2. Katakan tidak pada ghibah. 

pexels-rodnae-productions-6936406-6076c6e1d541df794a32c052.jpg
pexels-rodnae-productions-6936406-6076c6e1d541df794a32c052.jpg
Foto oleh RODNAE Productions dari Pexels

Apa yang sulit ditahan saat sedang puasa? Bukan makan, bukan minum namun, ghibah. Bergosip adalah hal yang paling susah ditahan terutama bagi emak-emak rempong yang melihat tetangga kaya sedikit langsung bertindak bak intelijen. 

Ramadhan di tahun ini karena masih menjaga jarak kebiasaan ghibah tersebut mulai berkurang. Emak-emak di kampung yang biasanya ngabuburit dengan berghibah pun tak kutemui di dua ramadhan ini. 

Hikmah yang paling menyenangkan bagi saya karena tak harus pusing dengan pertanyaan kepo emak-emak ketika saya akan pergi buka bareng bersama teman. 

3. Media pembelajaran kehidupan. 

Ramadhan identik dengan nilai-nilai kekuatan dan kesabaran. Hal tersebut sesuai dengan yang diajarkan dari ramadhan di tahun lalu dan tahun ini. Meskipun di ramadhan kali ini ekonomi mulai bangkit. 

Dari ramadhan tahun lalu kita diajarkan untuk lebih kuat dan sabar. Sabar dan kuat untuk orang-orang yang terkena PHK, juga untuk orang-orang yang tak bisa mudik tahun lalu dan tahun ini. Siapa yang tidak sedih harus merayakan lebaran tanpa keluarga tercinta?

Ada juga yang kehilangan orang tercinta karena virus covid-19. Pandemi mengajarkan kita untuk lebih kuat dan sabar terlebih di bulan ramadhan. 

4. Mengajarkan betapa berharganya "keluarga". 

Dulu sebelum pandemi ada banyak yang malas berkomunikasi dengan keluarga karena kesibukan pekerjaan dan lain sebagainya. Kini dikarenakan aturan pemerintah banyak yang merasakan buka dan sahur sendiri membuat banyak orang rindu keluarga. 

Dari ramadhan di tengah pandemi tentu membuat banyak orang rindu dengan keluarga yang jauh di kampung halaman. Mengajarkan betapa berharganya arti keluarga. Uang bisa dicari tetapi keluarga tak dapat dibeli dengan uang. 

Ramadhan di tengah pandemi memang tak menyenangkan seperti tahun sebelum pandemi. Akan tetapi ada banyak pelajaran berharga karenanya. Ramadhan di tengah pandemi juga tak menyurutkan makna bulan puasa. Seperti kata potongan ayat dalam Al-Qur'an "dibalik kesulitan ada kemudahan, begitu pula sebaliknya". 

Selamat menjalankan ibadah puasa kedua di tahun kedua pandemi. Semoga vaksinasi yang dilakukan berjalan semestinya dan tetap patuhi protokol kesehatan. Badai pasti berlalu sama halnya dengan pandemi yang pasti akan berakhir. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun