Agama saya mengajarkan bahwa setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya sendiri, artinya setiap orang berhak mengatur diri sendiri tanpa campur tangan dari orang lain. Sayangnya tak semua orang bisa seperti itu.Â
Banyak orang terjebak dengan arahan hidup dari orang lain. Salah satu alasan mengapa seseorang ada di hubungan yang toksik karena tak menetapkan adanya batasan. Batasan yang dibuat oleh diri sendiri tentang siapa yang boleh masuk ke hidupmu dan hal apa saja yang boleh "mereka" lakukan terhadap kamu. Singkatnya seperti privasi antara kamu dan orang lain.Â
Ada banyak orang yang takut membuat batasan karena takut tidak "enakan" dengan orang lain. Padahal dengan membuat batasan kamu dapat mengenali mana orang yang menghargai keputusan dan privasi.Â
Sifat tidak enakan ini sebenarnya berbahaya bagi diri sendiri, salah satunya dapat terjebak dalam hubungan yang toksik. Saat terjebak dalam hubungan toksik, pasangan dengan mudahnya mengatur hidup kamu termasuk dalam hal mengambil keputusan.Â
Personal boundaries adalah batasan, jarak, antara diri sendiri dengan orang lain, contohnya saat kamu meminta keluarga untuk mengetuk pintu kamarmu atau kamu berhak marah saat sahabatmu membaca buku diary.Â
Begitu pun saat menjalin hubungan, pasangan tidak berhak terlalu ikut campur dengan keputusan atau hal-hal yang bersifat pribadi. Contohnya, pasangan tidak boleh membaca buku diary, atau kamu berhak menolak jika gaya pacarannya sudah di luar batasan yang dibuat.Â
Dilansir dari psychcentral.com, ada beberapa tipe dari personal boundaries, yaitu:
1. Material boundaries, adalah kamu berhak menentukan apa barang yang dapat diberikan atau dipinjamkan kepada orang lain, contohnya uang, baju, dan sebagainya.Â
2. Physical boundaries, berkaitan dengan fisik, dan privasi. Contohnya kamu berhak menentukan siapa yang mau kamu peluk dan siapa yang tidak.Â
3. Mental boundaries, berkaitan dengan pikiran dan pendapat. Contohnya, berhak mempertahankan pendapat jika pendapat tersebut yang terbaik bagi dirinya sendiri.Â
4. Emotional boundaries, artinya kamu harus dapat membedakan emosi dan tanggung jawab terhadap orang lain. Contohnya tak berhak untuk mencampuri atau memberikan nasihat kepada orang lain tanpa diminta.Â