Mohon tunggu...
Irhamna  Mjamil
Irhamna Mjamil Mohon Tunggu... Apoteker - A learner

Pharmacist | Skincare Enthusiast | Writer Saya bisa dihubungi melalui email : irhamnamjamil@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Toxic Positivity, Saat Ucapan Semangat Berubah Menjadi Depresi

16 Maret 2021   21:54 Diperbarui: 16 Maret 2021   22:08 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah melalui Canva

"Aku pusing deh na, bisnis aku semenjak pandemi bukannya untung malah buntung, apalagi sebentar lagi karyawan berhak dapat THR. Disaat seperti ini rasanya down sekali".

"Ya sabar aja, kamu harus bersyukur dikala pandemi bisnis masih jalan."

Pernah mendengar ucapan penyemangat seperti itu? Ucapan penyemangat "sabar ya" "kamu harus kuat" atau "jadi orang harus positif thinking". Dulu sih saya manut-manut saja ketika mendapat ucapan penyemangat seperti ini. 

Dulu saya pernah mendapat masalah yang cukup besar dan membuat saya cukup terpuruk. Saat menceritakannya kepada orang terdekat responnya malah saya disarankan untuk tetap positif pada ujian yang sedang diberikan. Hal tersebut tentu membuat saya bertanya "apa manusia tidak boleh mengeluh?" Atau "apa manusia tidak boleh marah dan meluapkan emosi?" Sejujurnya saya muak disarankan untuk tetap semangat ketika masalah melanda. 

Toxic Positivity

Saya mendengar istilah ini pertama kali dari video Gita Savitri, seorang youtuber asal Indonesia yang berkuliah di Jerman. Satu kalimat yang saya sukai dari video ini adalah " By having these negative emotions doesn't make you a negative person ". 

Toxic positivity dilansir dari laman www.verywellmind.com adalah suatu keyakinan dimana sesulit apapun kondisi yang dialami, seseorang tetap harus berpikiran positif. Memiliki pikiran yang positif memang sangat baik untuk kesehatan mental. Akan tetapi bukankah hidup tidak selalu positif? 

Setiap manusia diciptakan memiliki emosi marah, sedih, tertawa, bahagia, dan lain sebagainya. Terkadang emosi negatif seperti marah, sedih dianggap tak baik. Banyaknya petuah-petuah untuk selalu berpikir positif juga menambah alasan seseorang untuk selalu bertindak atau berpikiran positif. 

Padahal setiap emosi memiliki manfaatnya sendiri. Terlalu berlebihan akan satu emosi tentu tak baik. Ada beberapa ciri-ciri dari toxic positivity. 

Pertama, menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. Tanda ini pasti sering terjadi bukan di kehidupan sehari-hari. Contoh kecil saja ketika sedang gagal dalam melakukan sesuatu tentu kita ingin menangis bukan? Akan tetapi sebagian besar akan memilih untuk menangis di kamar mandi atau tempat yang sunyi agar tak dilihat orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun