Mohon tunggu...
irham muhammad
irham muhammad Mohon Tunggu... Guru - Guru Agama

SMANDAKRA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Urgensi Pendidikan Agama yang Inklusif dan Plural

15 Oktober 2021   08:09 Diperbarui: 15 Oktober 2021   08:17 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mengapa diperlukan Pendidikan Agama yang inklusif dan plural?

Negara kita Indonesia merupakan negara yang penuh dengan keaneka-ragaman budaya, suku, ras dan agama. Hal ini menuntut untuk saling menghormati dan menghormati antar individu agar terjadi stabilitas negara. Keaneka ragaman tersebut membutuhkan perekat agar terwujud persatuan dan dengan bersatu maka keadilan dan kemakmuran bisa didapat.

Beberapa tahun belakangan memang terjadi praktek kekerasan yang mengatasnamakan agama, dari fundamentalisme, radikalisme, hingga terorisme. Sebagai seorang muslim kita harus prihatin atas hal ini. Bagaimana tidak, Islam yang merupakan agama yang mengajarkan perdamaian, cita kasih dan menjadi rakmat berubah wajah menjadi sosok yang kejam dan menakutkan karena ulah oknum yang salah memahaminya. Maka menjadi penting membekali anak didik dengan pemahaman Islam yang inklusif dan plural. Dan hal ini dapat dimulai dengan melakukan pembelajaran di kelas yang inklusif dan berbasis pluralisme.

Bagaimana menerapkan alternative pembelajaran PAI yang inklusif dan plural di kelas: Model aksi-refleksi-aksi, model ingnasian serta pendekatan saintifik?

Model aksi-refleksi-aksi adalah pembelajaran berbasis masalah. Setelah diidentifikasi masalah eelanjutnya secara berturut-turut perlu konsisten diikuti tahapan sbb: (1) pengungkapan data atau fakta yang diketahui, (2) analisis data, bisa dilakukan dengan perspektif personal, sosial, budaya, agama, ekonomi, ideologi. (3) mencari dan menemukan pengalaman yang pernah dialami yang berhubungan dengan masalah yang dibahas (4) merumuskan masalah, (5) rencana aksi baru, yaitu rencana kegiatan nyata untuk memecahkan masalah berdasarkan rumusan masalah (6) pelaksanaan aksi baru.

Pembelajaran berbasis ingnasian adalah pembelajaran yang terfokus pada pencapaian 3C (competence/kemampuan kognitif, conciense/kemampuan afektif dalam memilih pilihan yang dapat dipertanggung jawabkan secara mora dan compassion/kemampuan psikomotorik dan kemampuan mengembangkan bakat yang disertai motivasi untuk kehidupan kebersamaan)

Sedangkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah kegiatan pembelajaran yang didesain agar siswa bisa secara aktif dapat membangun konsep, prinsip & hukum dengan melalui langkah-langkah berupa: mengamati, memformulasikan masalah (menanya), mengajukan (hipotesis), menghimpun data dengan beberapa cara & teknik, menganalisis, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep atau prinsip yang telah ditemukan.

Apabila dikaitkan dengan ketiga hal diatas Pendidikan Agama Islam yang berwawasan Inklusif-Pluralis pada prosesnya dapat dititik beratkan pada dua aspek utama yaitu :

  • Aspek Guru yaitu sosok yang:
  • mempunyai fungsi sebagai transformator gagasan dan pengetahuan dengan cara yang bermakna dan membebaskan.
  • profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik,
  • pribadi yang memiliki empat kompetensi yaitu komptensi personal, paedagogik, sosial dan profesional.
  • memberikan peluang seluas-luasnya pada siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan memproduksi pengetahuan baru, tidak menghafal secara normatif dan tekstual.
  • dengan berbagai strategi dan metode yang terbuka, membebaskan dan menyenangkan.
  • mampu memotivasi siswa untuk terus belajar dan membaca.
  • memberikan kebebasan pada siswa untuk berbeda pendapat dan mencari gagasan baru diluar gagasan yang ada.
  • memberikan inspirasi kepada siswa untuk terus berkarya dan berproses menuju sebuah kemajuan dan kesuksesan.
  • menempatkan agama sebagai nilai luhur yang membawa nilai kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan.
  • mengajarkan wawasan keagamaan masyarakat secara inklusif, toleran agar terwujud persaudaraan sejati lintas pemeluk agama, ikut serta mengembangkan dialog dan kerjasama antar agama dalam menanggulangi masalah manusia yang erat kaitannya dengan upaya memperkuat saling perngertian dan toleransi antar iman dan
  • mempunyai pengaruh terhadap perubahan tingkah laku peserta didik.
  • menjadi contoh yang baik bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru adalah gambaran dari sekelompok orang pada suatu komunitas atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan yang dapat digugu dan ditiru. memiliki potensi hingga pembelajaran memberi ruang yang seluas-luasnya bagi subjek didik untuk berkembang secara maksimal. Guru harus bersifat demokratis dan transformatif dalam mengembangkan bahan ajar yang tidak terpaku pada kurikulum yang baku dan statis, namun guru dalam konteks ini mampu menjadikan sesuatu yang ada di sekelilingnya sebagai sumber belajar, singkatnya semua yang ada di alam ini bisa dibuat sebagai sumber belajar.

  • Aspek Peserta Didik yaitu sosok yang dipandang:
  •  makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing.
  • memerlukan bim bingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal ke mampuan fitrahnya.
  • tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan,melainkan sebagai subjek pendidikan.
  • sebagai individu yang memiliki potensi untuk berpikir kritis dan memiliki kepedulian sosial, bebas berpendapat dan bereksplorasi untuk menemukan pengetahuan dengan bahasanya sendiri tanpa ada paksaan.

Apabila guru dan peserta didik betul-betul menempatkan dirinya pada posisi tersebut insyaAllah akan tercetak generasi Islam yang inklusif-pluralis bisa hidup berdampingan dengan siapa pun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun