Dari dulu, memang nggak ada matinya, selalu beranak-pinak, berkembang biak, dan disimbolkan dengan tangan gelap, Iya, itulah koruptor.
Merasa kenyang dan lega bagi koruptor itu mustahil. Merebut jatah minuman dan makanan rakyat ialah watak dan lakonya. Mencuri dan menipu demi mengelitkan gaya hidup adalah aktivitas rutinnya. Menimbun kekayaan dari jatah rakyat ialah visi dan misinya.Â
Membahas koruptor yang dilakukan para pejabat di negeri ini barangkali kita perlu membaca kamus koruptor. Nama-nama koruptor dengan definisi kejahatan masing-masing bisa ditemukan di sana.Â
Pada praktiknya, kejahatan merupakan hal yang sangat disayangkan karena dapat melukai berbagai lapisan kehidupan. Bukan menjadi masalah besar bila kejahatan itu dibarengi motif  iseng dan guyon karena tujuannya untuk menghidupkan relasi sosial dan menumbuhkan gairah senang selaras. Tentu, perilaku semacam ini harus dirawat dan tidak boleh sekali ditinggalkan.Â
Sebaliknya, kejahatan secara sembunyi-sembunyi itu yang harus diwaspadai lantaran berpotensi mudhorot dan merugikan siapapun. Harus cepat-cepat dihilangkan dari bumi pertiwi. Entah bagaimana caranya, yang penting dapat punah. Saya mengatakan bahwa koruptor adalah orang yang beriman.
Mengapa? Mari kita kaji secara mendalam tentang "beriman". Secara linguistik, kata "beriman" termasuk kata kerja (verb) yang membutuhkan subjek untuk menyempurnakan objek.Â
Sedangkan, Iman adalah kata benda (noun) yang memiliki arti sebagai pembenaran dan pemantapan hati; dibuktikan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. KBBI mendefinisikan kata "beriman" ialah mempunyai ketetapan hati, mempunyai keyakinan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Â
Adele Nozedar dalam bukunya Elements Encyclopedia of Secret Signs and Symbols menjelaskan bahwa keyakinan atau "beriman" disimbolkan dengan warna kuning; memiliki arti keindahan dan rasa semangat.
Menggambarkan para koruptor dengan teori diatas sepertinya sangat bertolak belakang. Melihat penampilan dan perilakunya sama sekali tidak mencerminkan ihwal terpuji, indah, dan optimis.Â
Manusia yang tepat menggunakan teori tersebut ialah mereka yang bersungguh-sungguh mengamalkan perintah-larangan Tuhan, nasihat Nabi serta para pengikutnya.Â
Sebaliknya, bukan mereka yang mengingkari-Nya, mengikuti hawa nafsu, menipu, dan serakah. Manusia dengan ciri-ciri seperti ini bisa dikatakan sebagai "mengimani setan" atau trust to satan yang sangat cocok dikenakan para koruptor.