Mohon tunggu...
M. Irham Jauhari
M. Irham Jauhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pendiri Terapifobia.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rapikan Gudang

19 November 2023   01:38 Diperbarui: 19 November 2023   01:41 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh M. Irham Jauhari dari Pexels.com

Baca buku, buka wawasan. Sayangnya, tidak berhenti disitu. Terlalu banyak membaca bisa membuat kita terjebak pada kebiasaan terlalu sedikit berpikir.

Saya selalu berusaha untuk selalu merapikan gudang. Entah kenapa, penampakan barang-barang yang berserakan membuat saya pusing. Ketika berhadapan dengan gudang  yang berantakan. Rasanya begitu menyedot energi. Semangat kerja juga berpengaruh. 

Belajar di Google dan Youtube juga tidak terlalu membantu. Karena masalahnya sangatlah spesifik dan solusinya sangat spesifik. Salah satu buku yang paling membantu adalah The Life-Changing Magic of Tidying Up-nya Marie Kondo. Sebenarnya kita tidak terlalu butuh banyak barang. Sebagian besar barang yang kita simpan di Gudang adalah sampah. 

Barang-barang yang kita pikir perlu kita miliki. Kita kebelet membelinya. Merasakan senang karena keinginan terpenuhi. Selang beberapa bulan kemudian. Barang itu menjadi tidak punya tempat di rumah. Lalu kita menaruhnya di gudang, muara semua benda-benda aneh yang dulu pernah kita idamkan.

Menariknya, punya banyak barang di gudang memberikan sebuah ilusi kebahagiaan. Karena punya banyak barang. Sayangnya kebahagiaan itu lekas sirna. Manakala kita begitu sibuk dengan hal-hal yang jauh lebih penting daripada sekedar barang. Hubungan, keluarga, anak-anak dan pekerjaan yang benar-benar menghasilkan uang.

Ya, kita butuh uang. Perkakas di gudang adalah sarana yang untuk menghasilkan uang. 

Masalah muncul ketika terlalu banyak barang dan kita seakan tidak punya waktu untuk berhenti sejenak dan merapikan gudang. Masalah itu berupa pusingnya kita, ketika tidak menemukan barang yang dibutuhkan. Harus berpeluh keringat, capeknya mencari barang yang kita yakini berada di gudang. Kunjungan ke gudang berakibat menguras energi hanya untuk mencari barang. 

Kadang sudah berniat merapikan gudang. Setelah sampai di gudang, memandangi sekeliling, berputar-putar. Seolah ingin mencari solusi terbaik penataan barang yang sesuai. Dengan biaya semurah mungkin. Dengan energi seminimal mungkin. Agar tercapai gudang yang memancarkan semangat kerja. 

Kelihatannya sepele, tapi kenyataannya tidak semudah itu. Hasil yang kita inginkan adalah kita tetap mempertahankan barang-barang yang kita telah beli. Uang tidak boleh dihambur-hamburkan. Uang sangat berharga. Barang-barang yang ada di gudang, dulunya adalah uang. Bukan daun. Begitulah batin berkata.

Akhirnya kita terus mencari dan mencari. Berharap ada keajaiban. Tiba-tiba menemukan desain yang tepat penataan ruang gudang. Meski sering kali berakhir hanya menatap sayu dengan perasaan lelah. Lelah, karena energi yang dipancarkan barang-barang itu membuat muak. Semakin enggan untuk menyentuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun