Banyak orang terjebak kebiasaan mager alias malas bergerak. Dan parahnya, kesulitan melepaskan diri.
Mager atau malas gerak menjadi fenomena klasik manusia modern.
Teknologi memanjakan manusia. Sayangnya hal ini justru membuat orang menjadi mager. Semua hal tersedia dalam jentikan jari. Dunia yang dulu dianggap sebagai mitos. Sekarang menjadi kenyataan.
Perubahan zaman memaksa kita menerima kenyataan. Segala hal berubah cepat dan drastis. Hal-hal yang awalnya tidak mungkin menjadi benar-benar nyata.
Bayangkan, jika semua umat manusia mengalami fenomena mager. Gym-gym menjadi sepi. Karena netizen lebih suka olah jari daripada olah raga.Â
Ketika semangat mudah habis. Ketika berusaha hingga peras keringat. Mengusahakan pekerjaan berhasil semaksimal mungkin. Terkadang hasilnya tidak memuaskan. Perjuangan penuh peluh keringat terasa tidak berarti apa-apa. Disitulah kita sering merasa mager. Seolah apapun usaha kita, hasilnya tetap tidak memuaskan.
Dalam kondisi mager, saya sering melakukan kilas balik dari apa yang sudah saya kerjakan. Apakah saya melakukan kesalahan. Ataukah ada detail kecil yang terlewat. Sehingga detail kecil itu mempengaruhi hasil yang besar.Â
Pertanyaan demi pertanyaan saya ajukan kepada diri saya sendiri, self talks. Sembari mencari jawaban logis atas ketidakberhasilan sebuah usaha.
Seringkali selftalk inilah yang menjadi resolusi buat saya. Untuk menjadi lebih baik, lebih titis dalam bekerja.
Pembaca, kamu pasti punya alasan tersendiri mengapa kamu bisa mager. Jangan bilang, kalau kamu memang hobi mager. Jangan bilang begitu, tetapi katakan di kolom komentar, kenapa kamu mager. Coba cari alasan yang logis, yang masuk akal. Pasti ada alasan.