Mohon tunggu...
M. Irham Jauhari
M. Irham Jauhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pendiri Terapifobia.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Jangan Buang Waktumu untuk Menulis

12 Juni 2023   00:40 Diperbarui: 12 Juni 2023   01:10 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Julia Avamotive from Pexels.com

Dengarkan dan resapi apa yang dikatakan Seno Gumira Ajidarma.

"Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang...

Belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia.

Apa boleh buat, jalan seorang penulis adalah jalan kreativitas, di mana segenap penghayatannya terhadap setiap inci gerak kehidupan, dari setiap detik dalam hidupnya, ditumpahkan dengan jujur dan total, seperti setiap orang yang berusaha setia kepada hidup itu sendiri—satu-satunya hal yang membuat kita ada."

Menulis menjadi penting sebagai penyeimbang proses berpikir. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk yang pelupa. Menulis sangat penting untuk mengikat ilmu. Kata Imam Syafi'i, "ikatlah ilmu dengan qolam (pena)."

Menarik untuk mengutip pernyataan Felix Siauw, "Berbicara itu mudah namun sulit dipertanggungjawabkan. Menulis lebih sulit namun lebih mudah dipertanggungjawabkan."

Menulis tidak melulu soal sastra. Menulis adalah juga merupakan proses berpikir, meringkas, menyederhanakan hal kompleks menjadi simpel. 

Menulis membuat proses berpikir maju ke depan, tidak mengulang-ulang hal yang telah selesai. Itu juga bisa berarti sejarah akan maju lebih baik manakala ada tulisan, prasasti dan manuskrip kuno. Dari sana manusia belajar untuk lebih baik, belajar dari sejarah.

Namun, sesuatu memang lebih monumental jika dilakukan secara sastrawi. Contohnya, cerita Andrea Hirata tentang masa kecilnya, kampung halamannya dan pengalaman "makan bangku sekolah" di Prancis dan Inggris, melanglang buana keliling Eropa, sampai di sebuah desa bernama Edensor.

Jika Andrea Hirata tidak menuliskan kisahnya. Cerita itu hanya akan ada dalam kenangan. Karena Andrea menulis kisah itu dalam sastra, maka kisah Laskar Pelangi menjadi kisah monumental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun