Mengejar jarak yang tak pernah mendekat. Mendekap resah yang tak pernah hilang. Kemana rasa mengarah, disana bahagia memeluk. Ketika rasa dan raga bersatu, disana tumbuh benih kebahagiaan.
Kata-kata puisi begitu jernih. Sebening embun pagi hari. Angin menyapa dan haru mewarna. Kata-kata manis seolah hanyalah buaian. Tetapi bukahkah bahasa adalah tanda puncak peradaban?
Sesibuk apapun. Sejauh apapun kamu berlari dari gairah diri. Kamu akan terkulai lemas karena menafikannya. Kemana pun kamu pernah, bayanganmu tak akan pernah bisa kau tinggal pergi.
Masa lalu mungkin kejam, manis, pahit, kecut, pedas. Semua rasa yang tak pernah terbayangkan. Akhirnya musnah dibungkam waktu. Kau berlari tanpa tahu arah mana yang kau tuju. Kau pergi hanya untuk melepaskan dari sifat alamimu.
Semua manusia punya satu titik yang berbeda. Koma kehidupan yang berbeda. Kepakan sayap yang tak akan pernah sama.
Ketika inspirasi menghampirimu, jangan biarkan dia kecewa dan pergi meninggalkanmu begitu saja.
Kau tak akan pernah tahu, kemana inspirasi akan membawamu. Tetapi, kamu pasti tahu. Kecewa adalah kepastian ketika kamu melepaskan inspirasi begitu saja.
Impian, mimpi, angan-angan, harapan. Memang bukanlah yang paling kamu inginkan. Tetapi, bisa jadi darisanalah semua keberhasilan umat manusia berasal.
Kata-kata yang muluk memang memoles fatamorgana menjadi terlihat sempurna.
Tetapi, perjalanan waktu membawamu menuju kenyataan. Menuju hari ini. Hari yang kamu impi-impikan kemarin sore.Â