Ekspektasi merusak serunya pengalaman baru. Kita terlalu sering menilai sebuah pengalaman berdasarkan tolak ukur ekspektasi. Apakah sebuah pengalaman tersebut sesuai atau tidak dengan apa yang kita bayangkan sebelumnya. Kita jarang sekali menikmati momen atau sebuah pengalaman baru sebagaimana ia ada.Â
Harapan merusak pengalaman. Harusnya mendebarkan, memicu penasaran, jadi tidak epic lagi. Akibat terdistorsi ekspektasi.
Ekspektasi adalah pembunuh "aha momen" yang licik. Manis tapi menipu.
Harapan kamu terhadap segala sesuatu akan membunuh sensasi pengalamanmu. Jika kenyataan sesuai harapanmu, maka kamu akan oke-oke saja.Â
Bagaimana jika...
Jika kenyataan tak sesuai harapanmu engkau justru mengeluh. "Kenapa kenyataan tak sesuai harapanku?" ujarmu begitu.
Ah, kamu memang belagu.
Asal kamu tau. Harapanmu adalah bibit kekecewaan. Karena suatu saat ketika kenyataan tak seirama harapanmu. Tentu kau kecewa bukan?
Kena deh!
Jangan terlalu berharap. Jangan. Berharap itu berat. Kau akan lebih mudah kecewa daripada bahagia. Jika kau terus menggenggam harapan, kau tak akan tahu ajaibnya pengalaman.