Masalahnya ada di ego
Ia menampar sesuka hati
Inginnya kumaki lalu kubunuh sampai mati
Tapi nanti aku kualat , sebab berarti aku memaki sang illahi
Masalahnya aku tak juga bisa berdamai dengan dinginnya
Bahkan geligikupun sekarang sibuk berontak
Mencucuk-cucuk otak setiap kali ego bertandang di jiwa
Ah! Menjadi lelaki menyusahkan sangat
Aku tak lagi nikmat menjadi mellow ketika egoku berbicara
Tulangku gemerutuk ikut menderita rupanya
Hidungku membatu nyaris seperti es batangan
Belum itu telapak kaki anyeb padahal kaos kaki rangkap
Dan perutku, tuhan,,, perutku seperti kain lembab tak sedap di rasa
Jadi neng, mana yang ingin kau pilih untuk bergenjat senjata
Dalam perang waktu yang tak kenal jeda ?
Bongkah kerikil beling bercampur karang
Atau tamparan ego yang datang bersama es kutub utara ?
"Jalani saja ! Jangan bermimpi untuk menjadi pemilih, masamu memilih sudah telat, karena aku sudah memilih mu"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H