Kecamatan Sumbersari adalah wilayah yang terletak di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Kecamatan Sumbersari memiliki luas wilayah 37,04 KM2 dan memiliki jumlah penduduk sebanyak 131.669 jiwa.Â
Kecamatan Sumbersari terbagi menjadi 7 wilayah kelurahan yaitu Kranjingan, Wirolegi, Karangrejo, Kebonsari, Sumbersari, Tegalgede, dan Antirogo. Kelurahan Kranjingan memiliki luas wilayah 5,01 Km2, Wirolegi 6,94 Km2, Karangrejo 5,51 Km2, Kebonsari 3,94 Km2, Sumbersari 4,88 Km2, Tegalgede 2,56 Km2, dan Antirogo 8,2 Km2.Â
Sedangkan jumlah penduduk, jenis kelamin di wilayah Sumbersari yaitu penduduk laki-laki sebanyak 65.544 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 66.125 jiwa dengan total penduduk wilayah Sumbersari yaitu 131.669 jiwa. Dan agama yang paling banyak dianut oleh penduduk sumbersari yaiyu agama islam dengan jumlah pemeluk yaitu 126.311 jiwa (Badan Pusat Statistika Kabupaten Jember, 2020).
Penduduk wilayah Sumbersari memiliki beberapa mata pecaharian utama yang telah dilakukan sensus penduduk yaitu bidang pertanian sebanyak 7.434, bidang industry 5.602, bidang konstruksi 2.049, bidang perdagangan 18.316, bidang angkutan atau transportasi 2.862, dan lain lainya yaitu 33.362 (Badan Pusat Statistika Kabupaten Jember, 2020).
 Pada KKN BTV periode 3 saat ini tema yang saya mengambil topic yaitu Program Pemberdayaan Wirausaha Masyarakat Terdampak COVID-19 dan potensi wilayah di Sumbersari dibidang perdagangan cukup besar karena wilayah Sumbersari berada di pusat kota Jember sehingga transportasi untuk akses perdangan sangat mendukung, selain itu wilayah Sumbersari terdapat beberapa tempat pembelajaran yang bias dimanfaatkan untuk mendagangkan barang dagangan.
Teknik penjualan usaha pakaian yang ditekuni oleh pemilik usaha di wilayah Sumbersari masih dilakukan dengan hanya penyebaran di Whatsapp dan dari mulut ke mulut karena belum memiliki tempat berjualan secara online selain Whatsapp sehingga penyebaran informasi tentang produk yang dijual masih sangat sempit dan belum luas, terlebih di kondisi pandemic COVID-19 yang belum juga selesai sehingga sangat mempengaruhi dari sisi pendapatan dari pemilik usaha.Â
Usaha pakaian yang biasanya dapat dipromosikan dengan bertemu langsung dengan pembeli saat tidak bisa dilakukan karena resiko tingkat penularan COVID-19 cukup tinggi terlebih lagi saat ini berlaku Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menambah sempit ruang gerak pemilik usaha untuk menjajakan dagangannya.
Permasalahan yang muncul tersebut melahirkan ide bagi saya di kegiatan Kuliah Kerja Nyata Back to Village tahun ini untuk merancang program kerja dan inovasi yang bermanfaat untuk pemilik usaha pakaian agar bisa mengembalikan penghasilan usaha yang didapat seperti pada waktu sebelum terjadinya COVID-19.Â
Saya akan memberikan edukasi dan membuat inovasi pada kemasan yang akan dibuat untuk membungkus barang yang dibeli oleh konsumen sehingga memiliki daya tarik tertentu untuk penjualan produk pakaian di wilayah Sumbersari tersebut. Dan membuat lapak di online shop untuk memluas target pasar yang dituju oleh pemilik usaha, sehingga diharapkan pemilik usaha dapat meneruskan inovasi yang saya tawarkan dari identifikasi permasalahan yang telah dilakukan.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang bertujuan untuk memberikan pengalaman pengabdian dan pemberdayaan masyarakat kepada mahasiswa mengalami penyesuaian pelaksanaan karena situasi pandemi COVID-19. Oleh karen itu, mahasiswa yang melaksanakan KKN membuat program kerja dengan tetap mematuhi protokol pencegahan COVID-19 dan SOP KKN Back to village.
Progam kerja Inovasi Kemasan dan branding produk pakaian dengam memanfaatkan digital marketing merupakan program kerja yang bertujuan untuk pemberian pembimbingan dan pelatihan optimalisasi bisnis online secara kreatif di media sosial Instagram dan online shop shopee kepada pelaku usaha pakaian di wilayah Sumbersari, Kabupaten Jember.Â