Mohon tunggu...
Hanif hanyalah Otong parontong
Hanif hanyalah Otong parontong Mohon Tunggu... -

Hanya Suara-Suara Sumbang Terhadap Kejayaan Semu

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Hari Anak? Lalu Bagaimana Dengan Anak Para Tersangka 'Teroris'?

23 Juli 2010   16:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:38 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Rasakan dalam jiwa kita yang paling dalam dan bayangkan bila kita adalah anak-anak yang dituduh teroris oleh negara dan masyarakat. Dicibir, dipinggirkan bahkan diintimidasi secara psikologi.

Tak bolehkan mereka sama seperti kita yang hidup tanpa stigma yang melekat dijidat, bercengkrama tanpa ada rasa curiga dan mata yang selalu melihat dengan tatapan menghina. Mungkin itu hanya mimpi saya, karena masyarakat yang tidak pernah tahu duduk permasalahan yang sebenarnya, menerima begitu saja apa yang diberikan oleh penguasa dan media, bahwa teroris harus dibasmi bahkan anak-cucunya pun mendapat perlakuan yang sama.

Inilah wajah bopeng kita yang selalu bermuka dua, bersikap ganda. Kita selalu menyerukan keadilan untuk semua, persamaan hak dan tidak memandang apapun latar belakang manusia, semua harus merasakan damai, lalu pertanyaannya sudahkah kita bersikap adil terhadap orang-orang dan keluarga yang terstigma sebagai teroris ?  Kalau belum inilah wajah kita.

Ayolah, kita semua sudah lelah dengan konsep-konsep dan program-program, kita membutuhkan orang-orang yang melaksanakan kata-kata, singsingkan lengan baju, datangi anak-istri para korban stigma teroris, beri mereka apa yang kita bisa berikan kepada mereka, walaupun itu hanya sekedar senyum didepan pintu rumah mereka, tapi itulah kewajiban kita sebagai manusia yang masih punya rasa ukhuwah, bahwa keluarga yang ditinggalkan para tersangka teroris, baik yang ditembak aparat maupun yang mendekam dipenjara adalah keluarga kita juga.

Tapi entahlah, kita sudah terlalu cinta dengan keadaan kita yang aman, nyaman hingga kita akan berfikiran seribu kali untuk menolong mereka, kita juga menanamkan fikiran, jangan-jangan kalau memberi orang-orang itu akan tersangkut oleh jaringan mereka, sekerdil inikah kita hingga jiwa kita pun ikut menjadi banci. Kita tidak sedang berbicara tentang tindakan mereka, kita sedang berbicara tentang rasa kemanusiaan kita yang digedor-gedor setiap waktu, yang mengorek telinga kita dengan teriakan lapar anak-anak yang ditinggal mati oleh orang tuanya. Kalau belum paham juga berarti kita sudah mati sebelum kematian yang sebenarnya.

Bila hari ini masih banyak yang diam dengan segala kedzaliman setelah keterangan ini, saya hanya bisa berkata "matilah kalian membawa konsep perjuangan".


Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun