Mohon tunggu...
Irgi  Nur Fadil
Irgi Nur Fadil Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa UNIVERSITAS NAHDHATUL ULAMA INDONESIA Fakultas Pendidikan Agma Islam. Aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Adab Menentukan Ilmu yang Manfaat

5 Februari 2018   03:32 Diperbarui: 5 Februari 2018   04:29 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini media di gegerkan dari dunia pendidikan, guru seni rupa SMA 1 TORJUN Ahmad Budi Cahyono, yang meninggal di aniaya oleh muridnya. Ini merupakan peristiwa tragis nan memilukan.

Bagaimana peran lembaga pendidikan dan instrumen nya, yang menerapkan pendidikan berbasis karakter namun malah muncul kejadian penganiayaan murid terhadap guru. Ada apa dengan dunia pendidikan kita?

Krisis moral semakin mengancam negeri ini. Bagaimana tidak, murid yang tegur gurunya malah melawan. Di saat di tanya kenapa melawan? "Lah guru yang bayar saya ini" mentang-mentang membayar, murid menjadi seenak udelnya terhadap guru. Padahal bayaran itu tidak seberapa di banding ilmu yang di berikan guru.

Bagaimana jika adab seorang murid kepada guru itu buruk, apakah bisa menentukan ilmu yang ia dapatkan menjadi barokah?
Adab dalam bahasa Indonesia nya sopan santun, bahasa jawanya tatakrama bahasa arabnya . Imam Hasan Al-bashri pernah berkata "dulu orang keluar dari rumahnya untuk belajar perilaku orang Soleh berpuluh-puluh tahun. Para tabi'in mempelajari perilaku, pituturnya orang Soleh seperti memperlajari ilmu" dipahami di ulang-ulang di hafalkan seperti itulah orang terdahulu mencari ilmu.

Ulama terdahulu untuk mencari ilmu yang pertama ia pelajari dari gurunya adalah bagaimana adab nya bukan bagaimana ilmunya. Bagaimana perilaku gurunya ketika menerima tamu, bagaimana gurunya menghadapi orang-orang yang model aneh-aneh, bagaimana cara gurunya ketika menghadapi masalah dan cara menyikapi nya dan lain sebagainya. Itulah yang mereka pelajari, sebelum menyerap mutiara ilmunya.  

Kalau istilah nya santri 'ngenger' atau mengabdikan dirinya kepada ulama agar mendapatkan ruh ilmu ulama yang di ngegeri. Ngenger bukan sekedar pergi ke majelis saja, namun benar-benar mengabdikan dirinya.

Dalam pengertian luas memberikan tenaga dan pikirannya untuk guru atau ulama yang di tumpangi untuk menimba ilmu yang seluas-luasnya. Kalau hanya sekedar mendengarkan mutiara ilmu dan setelah itu bermalas-malasan, kerjaannya hanya tidur itu bukan ngenger melainkan mencari tumpangan untuk tidur.

Santri terdahulu kalau ngenger meminta-minta agar boleh ikut orang soleh agar di perbolehkan untuk tinggal di pondoknya, tujuanya apa? Agar bisa belajar bagaimana perilaku dan adab keseharianya. Sementara pencari ilmu saat ini hanya mengejar ilmunya saja. Ilmu nya di pelajari, namun adabnya orang-orang Soleh dilupakan. Maka hasilnya ilmunya ada, tetapi dalamnya kosong seperti halnya balon. Kelihatannya isinya ada ternyata kosong.

Maka dengan itu adab sangatlah berpengaruh terhadap ilmu yang kita dapat nantinya akan manfaat atau tidaknya. Awal yang baik akan menentukan hasil akhir yang baik pula.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun