Mohon tunggu...
Irgi  Nur Fadil
Irgi Nur Fadil Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa UNIVERSITAS NAHDHATUL ULAMA INDONESIA Fakultas Pendidikan Agma Islam. Aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Curahan Hati Nella Kharisma

15 Januari 2018   01:09 Diperbarui: 15 Januari 2018   03:05 1193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk belajar dalam dunia tulis menulis, mau enak di baca mau enggak aku tetap menulis sebab, aku menyukai dunia ini. Tapi rada malu untuk mengungkapkannya. Untung saja Kompasiana memberikan lahan secara cuma-cuma, dan mau menampung tulisanku yang masih amburadul. Saya sadari memang tidak pantas bagi saya mbibrik di rubrik kompasiana. Saya ucapkan terimakasih banyak untuk pembaca dan kompasiana yang rela mengorbankan waktunya untuk menerima saya. Kompasiana menjadi ladang untuk bercocok tanam.

Di curhatan kali ini, saya ndak mau ngomongin isu-isu terkini yang ramai di komentarinetizen. Lagian juga ndak punyatipi. Mau bukawebsite, kuota menipis. Jadi kayaknya saya merasa ndak punya banyakreferensi. Mau menganalisis negeri pun kok rasanya ilmu saya juga kurang memumpuni. Jadi yang saya mau curhatkan kali ini hanya seclumit perenungan diri. Begini ceritanya saya sedang kasmaran, tapi rada ngadat akhir-akhir ini. Walah kok terlalu ceplas-ceplos rasanya ceritanya kalo begitu, begini saja enaknya.

Skenario tuhan memang seperti orang bermain domino, harus pandai-pandai menebak kartu yang akan keluar. Perjalanan hidup di penuhi dengan tebakan, ada gagal dan berhasilnya tergantung strategi untuk merencanakan jalan hidup yang bagaimana. Menurut pepatah nella kharisma "kuat di lakoni ra kuat di tinggal ngopi", wejengan nella kharisma ini menjadikan pikiran menjadi enteng, senteng mengangkat sebutir beras.

Gambaran hidup itu seperti daun yang jatuh ke sungai, kadang terhempus arus deras. Kadang menabrak bebatuan. Kadang juga mengalir dengan tenang. Manusia juga begitu bisa berubah karna tekanan, atau karna kebutuhan. Aku tidak bisa berjanji untuk terus riang, tersenyum, sok asik, tenang, dan meneduhkan keadaan. Entah karna apa, aku menjadi gusar, marah, uring-uringan. Kadang menyebalkan, egois, kekanak-kanakan. 

Terimalah saat itu terjadi, nanti aku akan membaik lagi. Jangan justru pergi, dan menghancurkan mimpi. Sebab, saat kamu seperti itu juga, bahkan jika melampaui itu. Aku akan berusaha untuk menerima, dan tetap di sampingmu, tanpa berniat untuk berlalu. Karna mencintaimu tak sekedar untuk hari ini.

Curhatan ini memang kurang bermutu, namun bukankah hidup tak selalu tentang sesuatu yang bermutu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun