Mohon tunggu...
Irgi Zamzami
Irgi Zamzami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sang pencinta seni

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Seni dan AI: Kolaborasi antara Kreativitas Manusia dan Kecanggihan Komputer

4 Juli 2023   07:27 Diperbarui: 4 Juli 2023   07:30 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam menciptakan karya seni telah menjadi topik yang semakin menarik dalam beberapa tahun terakhir. Dalam seni, AI dapat digunakan sebagai penciptaan karya, memperluas batasan kreativitas, dan menghasilkan karya yang baru dan inovatif. Namun, kolaborasi ini juga menimbulkan berbagai perdebatan dan kontroversi, terutama dalam hal keaslian karya seni dan peran manusia dalam penciptaan seni. Dalam esai ini, kita akan mengeksplorasi keterkaitan antara seni dan AI, meninjau sejauh mana AI dapat membantu dalam proses kreatif, serta membahas isu-isu etika dan keaslian yang muncul dalam kolaborasi ini.

Sebelum masuk jauh ke dalam pembahasan, kita harus memahami arti dari seni itu sendiri. Seni sejatinya adalah bentuk ekspresi manusia yang mencakup berbagai upaya kreatif, mulai dari seni visual seperti lukisan dan pahatan, hingga seni pertunjukan seperti musik dan tarian, dan seni sastra seperti puisi dan prosa. Seni berakar kuat pada konteks budaya dan sejarah, yang mencerminkan nilai-nilai dan pengalaman individu dan masyarakat di seluruh ruang dan waktu. Singkatnya, seni adalah ekspresi kreativitas dan imajinasi manusia melalui berbagai media dan bentuk.

 Apakah AI art termasuk merampas karya orang lain?

Pada dasarnya, AI art melibatkan penggunaan metode menggunakan dataset karya seni orisinil. Dalam beberapa kasus, penggunaan dataset karya seni orisinil yang dimiliki oleh seniman tertentu dapat menimbulkan masalah etis dan hukum terkait dengan hak cipta. Terutama jika seniman tersebut tidak memberikan izin atau kompensasi yang layak atas penggunaan karyanya sebagai dataset untuk pembuatan karya AI art. Artinya, dengan demikian karya seni yang dihasilkan secara tak langsung dapat menimbulkan masalah etis dan hukum terkait dengan hak cipta.

Terlepas dari permasalahan diatas, ada cara untuk menghindari pelanggaran hak cipta. Lantas bagaimana caranya? Yaitu dengan teknik transfer learning.

Teknik transfer learing AI dalam penciptaan karya

Transfer learning adalah teknik deep learning yang melibatkan penggunaan model yang telah dilatih sebelumnya pada dataset besar dan kompleks, kemudian model tersebut digunakan untuk melakukan pelatihan pada dataset yang lebih kecil dan spesifik. Proses pelatihan biasanya dilakukan dengan memberikan data latih atau contoh karya seni kepada model baru, yang kemudian AI akan belajar untuk menghasilkan karya seni yang serupa atau bahkan berbeda dari data latih tersebut. Dan karya-karya seni tadi, haruslah karya orisinil seorang seniman itu sendiri. Artinya, alih-alih menggunakan gambar secara izin yang ada di internet, justru karya kitalah yang dipakai oleh AI agar nantinya informasi-informasi yang terdapat dalam karya tersebut dapat dituangkan ke dalam satu bentuk media yang baru dengan hasil yang jauh lebih konsisten.

 Sebagai contoh, seniman yang menggunakan AI dalam karya seninya adalah Refik Anadol. Anadol adalah seorang seniman media yang menggunakan algoritme pembelajaran mesin untuk membuat instalasi berskala besar yang mengeksplorasi hubungan antara manusia dan teknologi. Dia menggunakan AI untuk menganalisis sejumlah besar data seperti gambar, suara, dan teks, dan kemudian mengubah data tersebut menjadi tampilan visual yang menakjubkan.

Kesimpulannya, keterlibatan teknologi AI dalam dunia seni memberikan banyak potensi kolaborasi antara kreativitas manusia dan kecanggihan komputer. AI dapat digunakan untuk membantu seniman dalam berbagai tahap kreatif seperti pembuatan sketsa, melukis, menciptakan musik, bahkan hingga menghasilkan karya seni baru dengan cara-cara yang belum pernah dilihat sebelumnya. Namun, perlu diingat bahwa keberadaan AI di dunia seni juga memunculkan beberapa kontroversi, terutama terkait dengan masalah keaslian karya dan ketergantungan pada teknologi. Oleh karena itu, penting bagi seniman dan pengguna teknologi AI untuk memahami dengan baik kemampuan dan batasannya, serta tetap mempertahankan nilai-nilai keaslian, kreativitas, dan ekspresi dalam dunia seni. Bagaimanapun juga, AI adalah sebuah alat, otak manusialah yang menciptakannya. Kolaborasi antara kreativitas manusia dan kecanggihan komputer dapat menjadi langkah menuju pencapaian kesempurnaan seni yang lebih tinggi, namun peran manusia sebagai pencipta dan pengontrol harus tetap dihargai dan dijaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun