Bagi yang tidak sempat menonton acara justAlvin petang kemarin, saya cuma ingin menceritakan tamu-tamu Alvin kali ini. Sebagai pencinta kuliner saya lumayan antusias menonton justAlvin episode ini karena ia mengundang 5 orang chef kenamaan yang mukanya begitu familiar di layar tv. Mereka adalah Rudy Choiruddin, Sisca Soewitomo, Farah Quinn, Edwin Lau dan Haryo....(saya agak lupa namanya). Bagi saya mereka adalah chef dengan aliran (baca:karakter) masing-masing. Ini sangat jelas terlihat ketika Alvin, sang host, memberikan game dimana setiap peserta diharapkan meramu bahan yang ada dalam waktu 2,5 menit secara berurutan sehingga menghasilkan sebuah menu yang enak.
Kebayang dong serunya setiap chef harus meneruskan mengolah bahan yang telah diramu oleh chef sebelumnya. Tak ada yang tahu akan menjadi apa masakan ini karena tidak boleh ada komunikasi antara mereka. Dimulai dari Rudy yang memotong fillet ikan kakap dan melumurinya dengan garam, lada dan lemon. Setelah itu ia mempersiapkan bumbu untuk digiling, namun waktunya habis. Peserta kedua, Farah menggiling bumbu yang ada lalu menumisnya. Tapi belum juga tumisan bumbunya kelar waktu telah usai. Maka majulah Edwin sebagai peserta ketiga. Wow dengan gaya higienisnya, Edwin mengeluarkan setengah dari bumbu yang ditumis oleh Farah lalu sedikit mencicipinya. Mungkin menurutnya nilai gizinya atau vitamin A-nya kurang maka ditambahkanlah tomat yang dipotong dadu. Lalu dimasukkanlah fillet ikan kakap tadi dan time is over. Bu Sisca, sebagai peserta ke 4 melanjutkan. Sebagai penggiat kuliner nusantara, semuanya kaget ketika Bu siska menambahkan segenggam terasi kedalam masakan tersebut. Farah sampai melongo dan berpikir bakal jadi masakan apa ramuan ini?. Tetapi setelah menambahkan santan semua peserta langsung yakin kalau masakan ini pasti akan enak hasilnya. Dan terakhir masakan ini disempurnakan oleh finishing touch chef Haryo yang terkenal dengan gaya naturalisnya. Dengan mengalasi daun pisang, masakan tersebut ditata di atas piring dan diberi garnis batang sereh yang disimpul lengkap dengan daun seledri dan irisan lemon.
Mendapatkan predikat sebagai Celebrity Chef bukan merupakan hal yang mudah. Saya tidak hendak memuji ketenaran mereka sebagai chef yang terkenal bak selebriti, namun lebih pada melihat kompetensi mereka miliki, yang begitu menghibur, dan menjadikan seolah memasak itu bukan sesuatu yang sulit bahkan itu adalah hal yang menyenangkan.
Di balik kepiawaian mereka di bidang kuliner ternyata tersimpan kisah perjuangan yang cukup keras untuk mencapai keberhasilan seperti saat ini.
[caption id="attachment_137429" align="aligncenter" width="216" caption="foto: google picture"][/caption]
Sisca Soewitomo. Beliau yang merupakan alumni sebuah sekolah kuliner di Manhattan USA harus melalui penggodokan yang lumayan keras. Kebayang kalau beliau harus mengangkat mixer yang tingginya hampir menyamai tinggi badannya yang cukup imut. Saya paling senang melihat jari jemari beliau saat membuat suatu masakan. Untuk buku resep karangannya jangan ditanya, sudah ada kurang lebih 72 jilid yang terbit. Sebagian ada yang menjadi best seller, sebagaiannya pula telah diterjemahkan kedalam bahasa asing.
[caption id="attachment_137428" align="aligncenter" width="300" caption="foto: google picture"][/caption]
Rudy Choiruddin. Mmm.. siapa yang tidak kenal dengan chef yang satu ini, telah mendapat rekor MURI sebagai pembawa acara masak memasak terlama, 23 tahun,,,wow.. ! gayanya yang entertaining, ramah dan ramai menjadikannya telah melancong ke berbagai negara sebagai salah satu duta kuliner Indonesia. Sampai sampai pernah suatu waktu bahan masaknya tertahan ketika ia ingin memasuki Capetown Afsel guna sebuah pameran. Rencananya ia ingin membuat nasi tumpeng yang tidak dimiliki oleh negara manapun di dunia kecuali Indonesia. Namun ia hanya berhasil menyelundupkan bumbu-bumbunya kedalam tasnya yang tidak sebegitu besarnya. Dan selebihnya ia mencari bahan-bahannya di Chinese market keesokan harinya.
[caption id="attachment_137426" align="aligncenter" width="253" caption="foto: google picture"][/caption]
This is it...! siapa yang tak kenal Farah Quinn,, bicara yang khas dengan bahasa indonesia yang bercampur-campur bahasa Inggris membentuk ciri yang khas pada dirinya. Yah skalian belajar memasak kita juga belajar bahasa Inggris dan Farah belajar memperlancar bahasa Indonesianya, hehe... programnya yang biasanya mengambil setting outdoor membuat kesan yang lebih fresh. Ditambah resep kreasinya yang simpel-simpel membuat saya senang mengikuti acaranya. Ini juga karena ada salah satu resepnya yang saya praktekkan dan mendapat respon yang ruaar biasa dari teman saya,,,sampai sampai mereka mengganggap saya jago masak, walhasil saya mendadak tenar melebihi Farah Quinn (mungkin kalian tidak percaya tapi memang ini kenyataannya...ya iyalah,,,soalnya ini terjadi dikalangan terbatas teman-teman saya saja hehe...pastilah mereka lebih mengenal saya daripada mbak FQ). Ternyata untuk memperoleh pendidikan culinary di USA dulu dia sampai harus berbohong pada orang tuanya. Sehingga ia mengambil sekolah financial dulu. Semasa pendidikan kulinernya yang dibiayainya sendiri itu, sore sampai malam dia harus bekerja di toko pastry yang menggilling adonan sampai 50 kg sekali proses. Wah, kasian banget yah Farah waktu itu, namun iya mempunyai motto: stay focus and work very hard!!. Di program kulinernya ini, tanpa pernah mengenakan celemek, Farah ingin mengesankan bahwa memasak itu simple, bahkan dengan gaya yang sedikit glamour pun bisa menghasilkan masakan yang yummiiee...
[caption id="attachment_137430" align="aligncenter" width="246" caption="foto: google picture"][/caption]
Edwin Lau. Saya kagum dengan chef ini. Selain mampu meracik menu yang simple dengan higienis ia juga mampu menakar kadar gizi yang ada dalam makanan tersebut, sehingga tidak hanya enak tapi juga dijamin sehat. Dengan gayanya yang smart, ia mampu membuat pemirsanya sadar bahwa makanan bukan hanya perlu enak tapi yang terpenting adalah sehat sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kemampuan ini ternyata tidak diperoleh cuma-cuma namun dengan perjuangan keras dimana ia bahkan harus rela dipukul atau pun ditendang jika ia melakukan kesalahan ketika ia menjalani masa pendidikannya. Wah pantas saja badannya atletis yah, soalnya pendidikannya seperti pelatihan di camp tentara hehe..
[caption id="attachment_137431" align="aligncenter" width="300" caption="foto: google picture"][/caption]
Haryo Pramoe, terus terang saya terkadang kurang tertarik dengan programnya, soalnya memasak itu terkesan cuek banget. Namun satu hal yang saya semangatnya tuk menjadi chef. Ketika tamat sma ia sempat mencegat Rudy Choiruddin dan memperkenalkan diri: Mas Rudy Choiruddin yah?saya Haryo, bagaimana caranya menjadi seperti anda?. Maka ia pun mengambil sekolah culinary. Meski ia sendiri terkadang sedih dulu ketika orang tuanya mengatakan kalau sekolahnya itu adalah sekolah tuk menjadi jongos karena dulu pekerjaan sebagai juru masak sering dianggap sebagai pekerjaan kelas rendahan. Tapi sekarang tidak lagi, menjadi seorang chef atau juru masak adalah profesi yang menjanjikan.
Dari kelima chef di atas satu hal yang ingin saya garis bawahi bahwa kesuksesan itu adalah akumulasi dari proses perjuangan yang panjang. Adapun menjadi terkenal/selebriti adalah hanya salah satu efek dari sebuah kesuksesan.
Palleko, Mingmal 231011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H