3 Agustus 2009
Jam baru menunjukkan pukul 5.30 ketika aku pertama kali menginjakkan kaki di kota Malang tapi senja sudah merebak. Belakangan baru aku tahu kalau waktu magrib di kota kecil ini lebih dahulu setengah jam dibandingkan di tanah kelahiranku. Bersama teman yang telah menanti kedatanganku dipinggir jalan, aku dan adikku menyusuri lorong berukuran 1 meter ini menuju tempat kos yang sudah ku booking beberapa bulan lalu. Setelah diberikan beberapa gambaran tentang rumah-rumah kosan yang ada di sekitar kampus, akhirnya aku memutuskan untuk ngekos di tempat ini. Alasannya lebih pada melihat jaraknya yang hanya bersebelahan dinding kampus meski menurut orang-orang harganya lumayan diatas rata-rata.
Sesampai dirumah itu aku pun bertemu dengan bapak kos seorang pria paruh baya yang ramah. Setelah beliau menjelaskan segala sesuatunya, aku pun meminta agar bapak mengizinkan adik laki2 yang mengantarku untuk menginap dikamarku beberapa malam sampai ia mendapat tiket tuk pulang. Menurutku bapak kos waktu itu agak berat, mungkin karena ia tidak tinggal dikosan, namun karena kami mengatakan kami tak punya saudara disini maka beliau pun mengizinkan dengan tetap memperhatikan peraturan yang ada. Aku sangat paham itu, maka aku dan adikku menyetujui.
September 2009
Aku sudah senang di tempat kos ini. Waktu itu kamarku diberi harga 3,5 jt tuk setahun sudah termasuk biaya listrik, air dan telepon serta perabotan kamar yang memadai dengan lantai keramiknya. Kalau di tempat lain biasanya kos perbulan, di tempatku bapak hanya mau minimal 6 bulan. Yah, menurut teman2 kuliahku harganya lumayan berat apalagi mesti setahun, kalau tidak kerasan gimana?. Bagiku yah harga yang diberikan sebandinglah dengan fasilitas yang ada. Kami para penghuni kos bebas menggunakan listrik sesuai kebutuhan tanpa membayar lagi biaya tambahan. Rata-rata tiap kamar kos menggunakan TV, rice cooker, dispenser, setrika, laptop dan printer. Di tempat lain ada sich kamar kos yang harganya 175 ribu perbulan biaya listrik 20 ribu untuk lampu 10 watt dan laptop. Jika menggunakan TV ditambah 20 ribu, setrika 20 ribu, begitu seterusnya setiap penambahan perabot yang menggunakan listrik. Kalau ku total2 sama saja mendekati 300 ribu atau bahkan lebih. Cuma yang menjadi pertimbangan teman2ku adalah karena harus dibayar langsung dimuka dengan nominal yang cukup besar.
Selain itu yang membuatku betah di kosan ini karena pepohonannya yang cukup rimbun. Mulai dari pohon pisang, belimbing, pepaya dan mangga. Enaknya lagi semuanya sedang berbuah. Yang bikin betah lagi karena buahnya bisa diambil dan dibagi dua dengan bapak kos, hurreyy..! ini namanya kosan plus-plus, eits..yg artinya positif lho! Waktu pertama kali datang di sini ada setandan pisang gendut-gendut yang udah tua, wah lumayan pisangnya besar besar! namun saking beratnya bapak tidak sanggup membopong pisang-pisang itu. syukurnya adikku yang numpang nginap waktu itu masih ada, yah..akhirnya adikku jg ada gunanya hehe... terkadang pisang2 itu kami buat kue, direbus, digoreng ato saking gemesnya dimakan mentah2 hehe...(lagi). Kasus ini biasa terjadi kalau pisangnya masih nganggur pada saat lagi ranum-ranumnya. Di edisi yang lain terkadang kubuat pisang goreng keju coklat (pisgor kejlat, singkatannya biar kerenan dikit). Nah di kasus ini biasanya hampir semua teman kelasku juga terlibat menjadi chocolate cheese bananapora alias penikmat pisgor kejlat. Untuk keperluan lebaran, dengan senang dan damai bapak kos mengambilkan aku daunnya tuk kubuat Burasa’ (long rice alias lontong khas Makassar) yang legit meskipun sebenarnya ini tryout pertamaku membuat burasa’ without Mammi. Mmm..bisa dibilang ‘siltot’ lah alias berhasil total (maaf agak narsis dikit). Buah2an yg lain jangan ditanya, belum sempat diolah dah ludes des. Ah...menyenangkan sangat kosan ini.
Oktober 2009
Aku mulai beradaptasi dengan iklim kuliahku yang bak musim pancaroba. Seperti anak yang baru diimunisasi biasanya awalnya akan demam, lalu terbentuklah antibodinya tuk melawan penyakit.Setelah kurang lebih 5 tahun meninggalkan dunia kampus, sel-sel otakku ibarat mesin diesel yang lumayan lama pemanasannya. Aku mulai pusing dengan tugas-tugas kuliah dan presentasi. Dengan ramahnya bapak kos selalu menanyakan kegiatan kami dikampus. Ibarat pemandu program problem solving di radio, bapak siap mendengarkan keluhan-keluhan kami tentang kampus, macam penasehat akademik saja bapak lagaknya. Lalu diakhir cerita, dengan kalimat pamungkasnya, bapak akan mengatakan: ‘memang begitu Non kuliah itu, dosen ya terkadang gitu. Dijalani saja dengan sabar, berdoa sama gusti Allah’. Kalau sudah seperti itu kami akan pamit masuk kamar dan...(ada yang beneran berdoa, ada yang siap2 mandi, ada yang langsung menghempaskan badan ke lantai eh kasur ding, ada juga yang senyam-senyum kecut sambil berkerut dan mengatakan dalam hati: ‘yah emang gitu Pak!’ hehehe..)
Oh iya, teman2 kosku 70% mahasiswa S2. Ketika kutanyakan mengapa begitu, bapak menjawab beliau lebih senang mahasiswa S2 karena dianggapnya lebih dewasa, rajin belajar dan rata2 lulusnya cepat. Yah emang sich tuk yang suka ketenangan, kosanku cukup menjanjikan. Kulihat rata2 teman2 hanya memanfaatkan kosan untuk tempat belajar dan istirahat. Jarang buat kumpul2 kecuali tuk syukuran wisudaan hehe.. terkadang kegaduhan terjadi nanti pada saat weekend sabtu dan minggu pagi karena biasanya kami akan menentukan menu resep breakfast yang biasanya matang menjelang lunch, (saking lamanya memasak). Bagi yang suka masak terkadang kami tukar2an resep dari daerah masing2.
Ada panggilan unik menurutku yang bapak sematkan kepada kami. Kalau berbicara terkadang menggunakan kata ‘Non’ (mungkin singkatan dari NonA atau Non Adam, hehe,,,yg ini asal pooool!). kalau memanggil suka menggunakan kata ‘Putri’ dan daerah asal. Misalnya aku dipanggil Putri Makassar, ada teman yang berasal dari Riau dipanggil Putri Riau ada Putri Bandung. Tapi ga ada yang dipanggil Putri Ternate karena yang berasal dari ternate ada 5 orang. La kalau bapak memanggil trus yang datang 5 orang khan yang repot bapak juga hehe...(maaf ya teman2ku yg dari Ternate, beginilah kenyataan hehe..). Dipanggil putri serasa berada dalam kompetisi Putri Indonesia. Meski kami sadar 200% bahwa baru ketahuan berniat ke tempat pendaftarannya Putri Indonesia saja pasti panitianya dah menolak kami mateng2...(kcian bgt yah, ups..maap emang ga niat koq).
Desember 2009
Nomor kosanku 14 H, terkadang teman2 memplesetkan menjadi 14 Hardi karena bapak kos namanya pak Suhardi,,, Bapak kos banyak bercerita tentang anak perempuannya yang sekarang sudah menjadi guru. Dengan semangat 45 beliau menceritakan sejarah perjuangan anaknya menjadi guru. Saking berkesannya sejarah itu, bapak sering mengulang2nya. Entah sudah beberapa kali sampai aku khatam menghapalkannya. Yang jelas satu hal yang bisa ku tangkap adalah kedekatan bapak kos dengan putrinya yang terjalin begitu erat, hangat dan menyenangkan. Suatu kali aku bertanya tumben bapak datang pagi2, biasanya jadwal dinasnya di kosan mulai jam 2an sampai magrib sekali sampai tiga kali seminggu, beliau menjawab: ‘dari nganter putri saya Non, ke perpustakaan daerah’. Pernah lagi, dengan waktu yang sama beliau menjawab: ‘dari nganter putri saya sahkan ijazah’. Di waktu yang lain, bapak menjawab: ‘setiap pagi saya nganter jemput putri saya ngajar di sekolah’. Saya penasaran: ‘memangnya anak bapak ga bisa bawa motor yah?’. ‘bisa Non, tapi anu,lebih baik saya yang antar aja’ kata bapak dengan serius. ‘ooooh’ sahutku sambil berusaha mencari logikanya.
Januari 2009
Musim ujian sudah selesai, saya bersiap liburan. Tapi mama saya memesan oleh2. Menurut bapak itu unik dan bapak tidak tahu mau memberi petunjuk kemana untuk mendapatkan benda itu. apakah dia??? Teng tedeeeeeennnggg....: mama saya memesan batu nisan yang bertuliskan nama bapak saya. Kebetulan kuburannya sedang diperbaiki. Maka saya bertanyalah kepada bapak kos. Dan jawabannya adalah: ’bawa oleh2 kok yang aneh2 sih Non...’. emang aneh yah batinku. Setelah kupikir2 iya memang aneh. Ketika kuceritakan kepada mamaku, ia juga tertawa..
Maret 2010
Pagi hari biasanya bapak kos dinas di galengan, maksudnya ke sawah dulu. Jika hari Jumat jadwalnya dilanjutkan dengan sholat Jumat. Bapak kos rajin sholat Jumat di Masjid Jami’ Alun2. Setelah itu agenda berikutnya adalah inspeksi kos2an. Satu salam hangat dari bapak yang selalu disapakannya ketika memasuki rumah kos: ‘Hah ha..3x’ (seperti suara raksasa yang lagi batuk tepatnya) untuk menandakan kalau beliau datang dan barang siapa yang membutuhkan bantuannya silahkan keluar kamar! Kurang lebih begitulah kami yang rajin bersemedi di kamar menafsirkan suara itu. Biasanya suara itu akan dilanjutkan dengan memanggil: ‘Putri...Putri Makassar...’. bergegaslah aku melempar buku (kl pas lagi membaca) dan mengenakan rok plus jilbab sambil tergopoh2 membuka pintu dan menyahut: ‘Iya, Pak...!’. Dengan senyum ramah bapak menyodorkan kresek putih: ‘Ini lho Non, ada gado2, tapi cuma 2 bungkus. Dibagiin aja sp yang mau’... Wuaaahh siang2 begini disodorkan gado2 yg menggoda mmm... alhamdulillah rek, kl rejeki ga kemana. Tak jarang bapak rajin membawa makanan maupun cemilan ke kosan. Diantara jadwalx adalah ketika ada acara di rumahnya, ketika syukuran, ketika ramadhan (hampir tiap datang pasti bawa makanan), ketika ada penghuni baru, ketika ada yang bayar kosan hehehe...pokoke sering deh. Sampai2 beliau hapal cemilan favoritku: krupuk rambak (bajakanx, nah lho bingung khan yg mana) aku jg ga tau namanya krupuk apa, yang jelas dia mirip krupuk rambak. Pernah dibawakannya aku sekresek putih (ukuran L) krupuk itu, khususon untukku. Tengkiu bapak.
Juni 2010
Semester 2 sudah hampir selesai, namun yang menggelisahkan aku dan teman kelasku adalah living cost yang seharusnya kami terima tiap bulan belum juga cair sejak bulan lalu. Dan parahnya tidak ada info kepastian sampai kapan tidak akan cair. Yang kupikirkan adalah jika bulan Juli belum cair, dengan apa aku membayar uang kosku.. mmm buntu!
Aku akhirnya memutuskan untuk pulkam. Namun sebelumnya aku memastikan sampai kapan batas akhir pembayaran kosan. Bapak kos memberi tenggat wkt sampai pekan kedua Agustus. Okeh, aku pulang.
Agustus 2010
Pekan kedua sudah hampir usai. Beasiswaku belum lagi keluar. Aduh...bagaimana aku berbicara kepada bapak. Jujur aku sungkan, bapak sudah terlalu baik kepadaku. Meminta kelonggaran lagi enggan rasanya. Tapi setelah mengadakan KMB bersama beberapa teman2 kosanku, mereka menyarankan agar aku berbicara jujur saja bahwa memang beasiswa masih macet mungkin bulan depan keluarnya. Kuberanikan diri berbicara, walhasil: Gooooooolll, bapak mengerti.
September 2010
Hari raya telah tiba. Aku berlebaran di tempat temannya teman kos di banyuwangi 3 hari. Setelah itu pas hari ketujuh bapak kos datang membawa ketupat and the gank dikawal dengan opor dan kuah2 yang lainnya. ‘Sekarang ini lagi Kupatan’ katanya atau hari raya ketupat. Maka ditungguinyalah kami menghabiskan semua ‘berkat’ itu (istilah untuk makanan yang diberikan pada momen2 tertentu). Mmm yummie, alhamdulillah wa thanks god.
Sebulan lagi genaplah sudah satu semester beasiswa kami membeku. Akhirnya, aku memutuskan mencari pekerjaan dengan mengajar. Melihat semangatku yang begitu membara, bapak kos senang. Setidaknya beliau melihat aku berusaha untuk menutupi kekurangan finansial yang mendera. Tapi untuk membayar kosan setahun kayaknya belum cukup dengan gaji sebulan. Maka dengan muka yang udah ku semen dengan tebal, aku menghadap bapak kosan lagi. ‘Pak, beasiswa saya ternyata belum air bulan ini’ ku buka percakapan. Bapak kos bertanya:’sudah berapa lama Non?. ‘hampir 6 bln pak’ jawabku. Lalu kulanjutkan:’kl bln depan cair Insyaallah saya langsung ngambil setahun lagi pak. Saya sudah kerasan di sini. Di sini nyaman Pak’ jawabku apa adanya. Tak kusangka bapak menjawab:’kl biaya kuliah dan harian, ada?’. ‘iya pak, ada’ kataku. ‘ya udah dipikirkan kuliahnya aja Non, di sini kekeluargaan kok’. Subhanallah, semoga bapak banyak rezki, amin. Tak lupa kuucapkan terimakasih sebelum akhirnya aku kembali ke kamar.
Oktober 2010
Setelah sekian lama ditunggu dengan mengerahkan seluruh doa, akhirnya living cost kami dibayarkanlah. Dengan cerah ceria aku menyambut bapak kos yang baru muncul setelah beberapa hari tidak menengok kosan. ‘Pak, saya mau bayar uang kosan, beasiswa saya dah cair?’ sambil memulai pembicaraan. ‘Alhamdulillah Non’ kata bapak. ‘saya mau nambahin jadi 14 bulan sampai September pak, soalnya saya wisudanya September’ lanjutku lagi. ‘Jadi semuanya 4,1 ya pak? tanyaku. ‘oh, iya Non’ kata bapak. ‘saya bayar 4 aja ya pak, satunya didiskon boleh?’ dengan muka ngarep hehe... ‘ya udah, saya lagi butuh duit. Mau mantenan anak saya yang putri itu lho Non’ kata bapak berseri-seri. Wah selamat deh pak akhirnya putrinya menikah.. and matur tengkiu atas diskonx. (udah telat bayar minta diskon lagi, tega...ckckck sungguh terlalu, dapat di kosan mana coba!)
November 2010
Dengan menyewa angkot kami pergi kondangan ke mantenan putri bapak kos di daerah pakisaji, Malang kabupaten (orang biasa menyebutnya, soalnya kl hanya disebut Malang berarti yang dimaksud adalah Kota Malang). Tenyata supir angkot itu tidak tahu pasti tempatnya. Jadilah kami berputar2 ditengah sawah. Padahal kalau dari daerah Gadang itu lurus saja. Ah, sudahlah pengalaman memang mahal.
Sesampai ditempat pesta kami bertemulah dengan ibu kos yang belum pernah kulihat sejak ngekos di situ. Ibu kos cantik di usia yang sudah tidak muda lagi, hidungnya mancung. Ketika bertemu mantennya ternyata lebih cantik lagi, subhanallah, suatu perpaduan hidung bapak dan ibu yang lumayan tinggi. Mirip India yang memakai baju adat jawa. Barulah terjawab penasaranku, pantesan bapak tidak pernah melepas putrinya pergi sendiri. Karena sudah magrib dan pengantennya belum selesai ganti kostum, kami sekosan yang sudah ingin pamit meminta foto2. Dan akhirnya hanya sempat berfoto dengan pengantin tuanya di atas pelaminan dengan kamera HP temanku yang agak buram. Yah lengkaplah sudah kisah kondangan hari ini
Februari 2011
Ada program baru yang akan digelontorkan oleh bapak kos yaitu ekstensifikasi kos2an alias memperluas kosan dengan membangun 2 kamar baru plus ruang tamu yang luas. Pepohonan dibabat habis mulai dari pohon pisang, mangga, belimbing dan pandan diratakan dengan tanah (oh, gud bye smuanya, kl pohon pepayanya sdh mati duluan). Maka sejak bulan ini suara martil yang beradu dengan tembok pun kian nyaring dan lumayan membisingkan telinga.
Maret 2011
Kuliah sudah selesai, masing2 sudah sibuk dengan proposal tesis dan penelitiannya. Ditambah lagi dengan ujian akbar yang akan digelar bernama Ujian Komprehensif. Semua mata kuliah yang telah dilalui akan diujikan kembali. Maka kami bergegas tuk melakukan ikhtiar akbar dengan diskusi kelompok membahas materi ujian kompre. Tempatnya di musholla kosanku saja, aku mengusulkan dan mereka setuju. Pada saat ku tanyakan ke bapak kos, beliau mengizinkan.
Juni 2011
Karena kesibukan yang begitu pada aku mengamati badan bapak kos yang awalnya tinggi kekar dan tegap menyusut sedikit demi sedikit. Bagaimana tidak, selain di sawah, setiap hari mondar madir kosan kosan tuk mengawasi tukang dan mengecek ketersedian bahan bangunan. Sampai akhirnya beliau sering batuk2 dan agak sesak nafas. Aku pikir sih wajar, wong beliau kurang istirahat. Om dulu juga seperti itu waktu membangun rumah. Badannya susut karena kelelahan dan kurang istirahat.
Kembali ke bapak kos. Sampai pernah suatu petang, beliau belum keluar dari kamarnya dilantai atas. Aku khawatir biasanya setelah sholat magrib bapak akan bergegas pulang. Namun ini sudah selesai adzan isya beliau belum juga turun. Kuputuskan tuk sholat isya dulu, kl setelah ku sholat bapak belum turun aku akan menengok ke atas. Pas setelah selesai salam, aku mendengar suara kaki bapak dengan berat turun dari tangga. Nafasnya yang tersengal2 sampai kedengaran. Lalu aku menghambur keluar masih dengan mukenaku, takutnya bapak jatuh di tangga. Ternyata beliau sudah sampai bawa dan sementara duduk menata nafasnya. ‘bapak tidak usah pulang, bermalam saja’ bujukku. ‘ga papa non, bisa kok’ kata bapak. ‘Bapak sudah makan? Kl belum saya belikan makan dulu ya pak?’ lanjutku. ‘belum non, tapi tidak usah. Bapak ga nafsu makan’ katanya. ‘atau saya telponkan orang rumah gimana pak?’ aku bertanya. ‘ga usah’ kata bapak lagi.‘Jadi gimana, pak?’ tanyaku lagi. ‘tolong saya bawain motor sampai ke depan lorong ya?’ kata bapak. Akhirnya temanku menuntunkan motor bapak sampai ke jalan raya. Kami sendiri khawatir dengan keadaan bapak namun bapak memutuskan untuk pulang malam itu. dengan hati cemas dan penuh was-was kami bermohon semoga Allah mendampingi bapak sampai ke rumahnya. Tiga hari berselang dari malam itu kami dengar bapak masuk rumah sakit.
Juli 2011
Kami sudah berjibaku dengan urusan ujian tesis. Administrasinya yang lumayan ribet menyita waktu kami. Bapak kosan sudah datang menengok lagi. Kali ini sambil bercanda: ‘Putri, saya dikawal nih’. Yah semenjak bapak sakit, ibu kos jadi rajin menemani. Akhirnya kami mulai akrab dengan ibu kos. Kadang bapak masih sempat menanyakan bagaimana tesis kami, menyemangati kami yang mempunyai perputaran nasib yang begitu cepat tiap hari (kadang ada yang dah siap2 konsul, tiba2 dibatalkan penguji. Ada yang pagi itu ketawa2 eh malah dapat marah pas ketemu pembimbing. Ada yang belum mandi eh disuruh menghadap pembimbing saat itu juga. De el el). Pada saat pamit mau konsultasi rata2 memohon restu dari bapak seraya berujar: Doakan kami ya pak, smoga berhasil! (kayak benteng takeshi aj perjuangannya, eh tapi lebih berat ding! Kalo mEntal ga kuat, bisa2 MeNTAL deh kita.)
Suatu hari ia beliau mengatakan: ‘kalau lanjut S3 ntar ngekosnya disini aja Non’. Hehe... kujawab dengan senyum. Lain waktu beliau berujar: ‘ntar kalo main ke Malang, trus ada kamar kosong nginapnya disini aja Non’. ‘iya pak, makasih’ jawabku. Lalu bapak melanjutkan lagi ‘kalau mau pinjam motor kemari aja Non’. Aku tertawaterbahak-bahak, aku menyadari kalau akulah pelanggan motor bapak yang paling rajin meminjam motor. Ah bapak..bapak.. kalimatnya ambigu: sindirankah atau tawaran tulus. Sepertinya yang kedua.
Ada rasa sesak menyelinap di hatiku, ah sedihnya nanti pada saat pamit ke bapak kos tuk kembali ke kampung halaman.
11 September 2011
Aku baru kembali dari liburan. Kembali ke Malang tuk mengurus ijazah dan mempersiapkan wisuda. Seorang teman menyimpan motornya serta menitipkan kuncinya pada bapak. Rencananya kami mau menggunakan motor tersebut. Namun sayang kami mendengar kabar kalau bapak masuk RS lagi. Akhirnya temanku mencoba menelpon karena pompa airnya rusak. Ternyata bapak yang angkat dan bilang kalau ia masih di RS lalu meminta kami menghubungi tetangga yang biasa menangani hal ini, skalian juga saya meminta kunci motor. Sorenya ibu kos datang dan mengatakan kalau bapak mulai membaik, makannya sudah banyak, sudah tidak loyo lagi. Tinggal tunggu obat suntikannya habis dan izin dari dokter. Tapi ibu kos mengatakan dirawat beberapa hari lagi tidak ada masalah, yang penting bapak bisa benar-benar sembuh.
12 September 2011
Wisudaku tinggal beberapa hari lagi, sabtu 17 september tepatnya ia akan digelar. Setelah mendapatkan kunci motor kami mulai menyusun jadwal apa2 yang harus diselesaikan hari ini. Setelah menyelesaikan agenda terakhir hari ini yaitu mencari penginapan untuk keluarga temanku. Aku dan temanku memutuskan untuk pulang. Namun sepertinya ada yang kelupaan. Astagfirullah!! Kami belum menjenguk bapak. Sudahlah, kami putuskan besok pagi.
Setiba di kosan, aku menemui teman kosku yang lagi dinas di RS Tentara. Dengan heboh ia menceritakan kalau ia sempat melihat bapak dari jauh, tapi tidak sempat mampir karena masih mengikuti kegiatan orientasi. Bapak cukup heboh melambaikan tangan ke arah rombongannya itu. temanku bilang bapak sudah nampak sehat. Mungkin hari ini bapak sudah keluar kayaknya kata temanku ketika kami menyampaikan maksud tuk menjenguknya besok.
Ternyata benar jam 3 sore bapak sudah agak sehat dan sudah diperbolehkan keluar. Sekeluarnya dari RS bapak langsung menuju warung soto kegemarannya lalu menuju bank karena ada satu urusan.
13 september 2011
Pagi ini aku lupa kalau aku dah janjian dengan temanku tuk menjenguk bapak jam 7. Akhirnya karena menunggu aku, janjian kami molor sampai jam 8. Karena belum tahu kalau bapak sudah keluar dari RS maka skitar 8.30 kami meluncur ke RS Tentara. Sampai disana kami tak menemukan bapak. Baru kami tahu kalau bapak kos sudah keluar. Serta merta kami meluncur lagi kerumahnya. Karena dari awal memang kami sudah merencanakan akan melanjutkan kerumahnya kalau2 bapak sudah keluar.
Waktu menunjukkan kurang lebih 9.30 saat kami sampai dirumah bapak. Suasana agak sepi di depan rumahnya. Kami pun langsung masuk, ternyata ada beberapa orang keluarganya duduk disitu termasuk ibu kos dan putrinya yang tengah hamil 2 bulan. Aku pun bersalaman dan menyerahkan bawaan ala kadarnya. Namun aku tak lihat bapak, oh mungkin sedang istirahat di kamar. Aku pun bertanya: ‘bapak di dalam bu?’. Ibu kos menjawab: ‘bapak sudah ga ada...’. innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Aku baru sadar kalau ada aroma kamfer dari satu sisi ruangan itu, diiringi sesuatu yang tercerabut dari dinding hatiku, dalam, Sakit, perih, hampa.
Teriring untaian do’a dari seorang teman melalui sms:
Y Allah mmg bnar kmi adlh milikMu dn akan kmbli pdMu.
Y Allah bapak adlh sosok pribadi yg baik krn itu y Allah hamna mhon dgn sgt
Agar Engkau berkenan menerima semua amal ibdah beliau
Kmi jd bisa lulus dg baik tdk lpas dr bntuan beliau
Kini Engkau tlh memanngilny menghdpMu
Mohon maafkn maafkanlah dosa2 beliau wahai yg maha pengampun dan maha baik..amin.
Slmt jln bapak smg Allah menerimamu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H