Kekesalan masyarakat umum pengguna jalan tol sudah tidak terbendung lagi melihat ketidak pedulian dan ketidak tanggapan pengelola jalan toll untuk mengatasinya. Ada banyak hal2 simpel dan sangat mudah dikerjakan untuk membantu mengurangi kemacetan namun tidak dilakukan oleh pengelola jalan toll. Hal ini benar2 aneh bin ajaib serta tidak masuk akal sehat dan benar2 hanya menunjukkan ketidak pedulian pengelola jalan toll.
Misalnya kemacetan dipintu gerbang masuk dan gerbang keluar. Logika sederhana adalah bahwa jumlah gerbang yang dibuat / didesign adalah untuk cukup melayani beban arus lalu lintas dalam keadaan normal. Dalam keadaan tidak normal (darurat) seperti libur2 panjang sudah pasti jumlah gerbang yang ada tidak akan mampu melayani arus secara maksimal. Oleh sebab itu seharusnyalah keadaan arus yang tidak normal ini juga diantisipasi dan ditangani dengan cara yang tidak normal (darurat) juga. Misalnya untuk arus yang menumpuk di gerbang masuk maupun keluar harus dilakukan usaha darurat dgn cara jemput bola dimana petugas sebanyak banyaknya dikerahkan untuk jemput bola melakukan transaksi masuk maupun keluar tidak harus digerbang. Kalau smua petugas termasuk petugas kantorpun dikerahkan dan masih kurang pengelola bisa merekrut tenaga paruh waktu (part timer) dari kalangan mahasiswa atau juga bisa siswa sekolah menengah. Logika bisnis sederhana saja ini kan uang masuk yg luar biasa besar kenapa harus ragu mengeluarkan biaya tambahan untuk upah tenaga paruh waktu tadi. Masalah tehnisnya mestinya sangat mudah diatasi misalnya untuk pembayaran pintu keluar petugas jemput bola ini menerima pembayaran dan memberikan kartu bukti lunas yg tinggal diserahkan atau diperlihatkan saja di pintu gerbang. Dalam dua hari kemacetan ini jelas2 hal simple dan sederhana ini tidak dilakukan.
Juga ada hal sederhana lain yg tidak dikerjakan misalnya dipercabangan jalan keluar toll misalnya setelah kluar gerbang toll Ciawi. Ada arus yg mau belok kiri menuju Puncak dan ada juga arus yang lurus menuju Sukabumi. Pada umumnya arus menuju Puncak sangat padat sedangkan yang menuju Sukabumi relatif tidak padat. Namun karena atrian arus padat yang menuju Puncak ini dibiarkan menutupi jalur untuk arus lurus menuju Sukabumi maka akibatnya arus yang menuju Sukabumi yang mestinya lancar juga ikut tertahan dan menambah parah kemacetan. Hal sederhana dan sangat mudah dilakukan adalah dengan membuat pembatas jalan sementara kedua arus ini sehingga tidak memungkikannya untuk bercampur.
Kami yakin banyak sekali hal2 sederhana lain yang mestinya mudah dan bisa dilakukan mengurangi kemacetan namun karena ketidak pedulian, ketidak tanggapan dan ketidak prefesionalan petugas lapangan sampai pemimpin pengelola jalan toll hal mudah ini tidak dilakukan. Pernahkah mereka berpikir berapa besar kerugian masyarakat luas akibat ketidak pedulian mereka ? Bukankah perusahaan mendapat untung yang besar dan bukankah para petugas sampai pemimpinnya ini sudah digaji untuk tugasnya itu. Dimanakah tanggung jawab profesional mereka ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H