Catatan: Arief Gunawan ( iniorangbiasa@yahoo.com )
DI Inggris anak muda yang mau jadi polisi suka ditanya kenapa ingin jadi polisi.
Jawabannya: be a good man, karena kepingin jadi orang baik.
Di sana polisi itu profesi pengabdi, pelayan, sehingga alat tugasnya sehari-hari pentungan dan buku notes.
Tetapi tekhnologi kepolisiannya sangat canggih, seperti polisi Scotland Yard, sehingga ada cerita legenda detektif seperti Sherlock Holmes.
Bagaimana polisi di sini?
Apa boleh buat, kata Gus Dur cuma ada tiga jenis polisi baik. Pertama mendiang Jenderal Hoegeng, patung polisi, dan polisi tidur. Tentu ini cuma satire sebab polisi baik tentu saja masih ada.
Tapi hari-hari belakangan ini katanya opini publik dan pemberitaan media massa terbelah jadi dua, berkaitan dengan ‘’dua penetapan’’ yang dilakukan oleh Jokowi dan yang dilakukan oleh KPK.
Yaitu penetapan Jokowi terhadap Budi Gunawan untuk menjadi calon Kapolri yg anehnya diloloskan oleh Komisi 3 DPR dan penetapan KPK terhadap Budi Gunawan sebagai tersangka.
Kenapa nampak sekali kesan bahwa penetapan Budi Gunawan sebagai calon Kapolri dipaksakan, misalnya prosesnya tidak dengan melibatkan KPK dan PPATK, karena Jokowi langsung bablas mengajukannya ke DPR untuk di-fit and proper test. Katanya hanya mendengar pertimbangan Kompolnas.
Kenapa Jokowi seperti itu?
Karena sebagaimana sudah sering disebut-sebut oleh banyak kalangan, Budi Gunawan itu merupakan orang yang sangat dekat dengan salah seorang ketua umum partai politik pendukung Jokowi. Karena itu wajar kalau Jokowi harus memuluskan titipan sang ketua umum partai politik tersebut.