Judul : Pale Blue Dot, Memandang Masa Depan Manusia di Antariksa
Penulis: Carl Sagan
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Tahun: 2021
Tebal: xvii+346 halaman
ISBN: 978-6602-48-537-0
"Dalam ketidakberartian kita, dalam kekuasaan alam semesta, tidak ada tanda-tanda bahwa dari tempat lain akan datang pertolongan yang akan menyelamatkan kita dari diri kita sendiri" Carl Sagan, Pale Blue Dot, Memandang Masa Depan Manusia di Antariksa (hal.6 )
Alam semesta merupakan ruang yang sangat luas yang dipenuhi bintang-bintang, planet, asteroid dan matahari serta beragam galaksi juga bulan dan masih banyak lainnya yang belum terjelajah oleh manusia. Seperti disematkan dicover buku ini, isi buku ini menjelaskan masa depan umat manusia dari sudut pandang antariksa. Carl Sagan melihat  bumi yang diisi manusia ini sangat kecil, seperti titik. Pada abad kegelapan, bumi pernah menjadi pusat semesta. Titik biru kecil ini yang isinya orang-orang serakah, munafik, perusak ini pernah jadi pusat semesta.
Berkat Kopernikus, kemudian dilegitimasi oleh Galileo, yang akhirnya mengajarkan bahwa bumi itu mengelilingi matahari. Â Pada tahun 1633 Gereja Katolik menghukum Galileo. Galileo dipaksa untuk mengatakan :
"Dengan setulus hati dan keyakinan yang sungguh-sungguh, saya mengutuk dan membenci kesalahan-kesalahan dan bidah tersebut, dan pada dasarnya segala kekeliruan dan sekte yang bertentangan dengan gereja katolik" (hal. 39)
Pada masa itu memang doktrin gereja mendominasi hukum dan ilmu pengetahuan. Pernyataan Galileo dianggap bertentangan dengan ajaran agama, oleh karena itu Galileo mendapat hukuman dan bukunya dilarang untuk dibaca kalau tidak ingin rohnya yang kekal mendapatkan siksaan mengerikan. Namun, pada tahun 1832, Gereja Katolik mencabut status pelarangan itu. Setelah lebih dari 300 tahun tepatnya tahun 1992, Gereja Katolik mencabut dakwaannya terhadap Galileo. Paus Yohanes Paulus II mengemukakan :