Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Koridor

5 November 2020   10:33 Diperbarui: 5 November 2020   10:36 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sajak Koridor

Tuan-tuan, para dewan, rakyat jelata sekalian

Pengumuman-pengumuman, janda beranak tiga menjerit ditepian sungai karena kelaparan.

Para kolega, hartawan dan penjagal kaum proletar diduga terlibat korupsi dan matinya dihantui-hantu. Hantu-hantu nihilis, hantu-hantu komperador.

Pistol, bedil sarung tangan, dan jam dinding mulai meletus. Mulut taipan, berbusa memotivasi imigran supaya turut bantu perjuangan.

Teriakan 'hanya ada satu kata, lawan!' muncul dari benih-benih oligarki. Mati saja pencuri, digebug, dibakar seperti hilang asasi.

Munculnya sarjana hukum dari bukit, menyusuri jahanamnya kota. Jelaga.

Pada satu langkah, revolusi! Kita maju dan hancur lebur, bersinergi dalam kerangkeng polusi.

Jungkirbalik kota, tatanan masyarakat kemiskinan masih membabi buta.

Cepat, rehat. Panggil aku di halte sarinah, namamu akan tetap jaya dan kubaca kemenangan peristiwa semanggi di koridor.

Cilegon, 2020.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun